Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Kesalahan Trader dalam Menggunakan Analisis Teknikal

Sebagai trader saham, analisa teknikal adalah senjata utama yang anda butuhkan agar anda bisa meraih profit di market. Namun banyak persepsi trader yang keliru tentang cara menginterpretasikan analisis teknikal maupun indikator saham. 


Banyak yang meragukan relevansi analisa teknikal dalam trading. Saya sering menerima pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: 

"Apakah indikator Stochastic ini masih relevan untuk kondisi market tahun ini?"

"Apakah analisa chart pattern masih akurat?"

"Apakah setting Exponential Moving Average masih bisa diterapkan buat market sekarang?"

Banyak trader menganggap kalau indikator A bisa diterapkan di tahun ini, belum tentu di tahun-tahun setelahnya bisa diaplikasikan lagi. 

Hal ini membuat trader akhirnya sering gonta-ganti trading plan dan analisa teknikal. Trader yang awalnya sudah cocok dengan sistem analisa teknikal tertentu, akhirnya mengganti sistem analisa teknikal berkali-kali, karena khawatir kalau indikator dan analisa teknikal yang digunakan tidak akurat lagi. 

Karena sering mengganti sistem trading, trader akhirnya kesulitan menerapkan analisa teknikal dan sistem tradingnya sendiri. Padahal trader hanya perlu MENGASAH dan "memodifikasi" sedikit sistem analisa teknikalnya sesuai dengan kondisi market. 

Sebenarnya cara membaca indikator saham seperti Stochastic, Moving Average, candlestick dan lain-lain itu selalu sama sejakdulu. Bahkan sebelum kita lahir, indikator-indikator tersebut sudah diciptakan, dan cara baca-nya ya seperti itu, tidak akan ada banyak perubahan. 

Dengan kata lain, indikator saham (Stochastic, RSI, MACD, MA dan lain-lain), price action, analisa support resisten selalu RELEVAN untuk diterapkan di pasar saham sampai KAPANPUN. 

Yang perlu anda fokuskan dalam trading adalah: KONDISI SAHAM dan SIKLUS  / MOMENTUM MARKET

Pertama, kondisi saham. Kondisi saham secara spesifik sangat mungin berubah, bisa jadi karena perubahan kinerja fundamental, news dan lain-lain. Saham yang dulunya enak untuk trading, likuid, pola-nya gampang dianalisa, bisa berubah menjadi sebaliknya. 

Dulu anda mungkuin bisa menganalisa saham tersebut dengan chart pattern dan, indikator dan selalu akurat. Tapi karena sekarang sahamnya sudah tidak se-bagus dulu, tidak likuid lagi, sekarang sahamnya jadi lebih sulit dianalisa dengan chart. 

Ini bukan berarti indikator atau analisa teknikal lainnya sudah tidak bisa diterapkan atau tidak relevan lagi. Hal ini terjadi karena perubahan kondisi saham yang membuat saham tersebut menjadi "tidak friendly" untuk trader. 

Atau bisa jadi sebaliknya. Misalnya, sebelum stock split tahun 2017 dulu, saham BBRI harganya masih di kisaran 13.000-15.000-an. Saya jarang mentradingkan saham BBRI selain karena harga per lot-nya yang relatif mahal, fluktuatif BBRI juga lambat. 

Tapi setelah BBRI stock split dan harganya menjadi 3.000-an saat itu, saya lebih sering trading di BBRI, karena terjadi perubahan pola saham secara signifikan, di mana dulu saham BBRI geraknya lambat, sekarang jauh lebih cepat dan mudah dianalisa dengan analisis teknikal. 

Jadi sebagai trader, anda harus selalu menyesuaikan analisa teknikal dengan kondisi saham, ataupun perubahan-perubahan pola saham, bukan "membuang" analisa teknikal yang sebenarnya sudah cocok untuk anda, karena asumsi kalau analisa teknikal tersebut sudah tidak relevan lagi. 

Kedua, siklus market. Analisa teknikal, indikator-indikator saham itu selalu bisa diterapkan sampai kapanpun. Hal ini karena siklus market (IHSG) selalu mirip. Historis yang terulang, pola-pola rebound koreksi selalu terulang dan pasti akan anda hadapi di market. 

Selalu ada bulan-bulan di mana terjadi penurunan volume transaksi market di pasar saham (biasanya sekitar pertengahan tahun). Selalu ada bulan-bulan IHSG mulai bullish (biasanya menjelang akhir tahun).   

Selalu ada siklus market, di mana ekonomi lesu dan ekonomi pulih dan pastinya akan sangat mempengruhi pergerakanh harga saham di market. Selalu ada siklus market jangka pendek, di mana setelah saham naik beberapa hari, saham pasti akan koreksi lagi. Demikian sebaliknya. 

History repeat itself...

Tidak ada yang berubah di market. Yang berubah hanyalah pola-pola saham spesifik, dan momentum market / trading. Artinya, penerapan analisa teknikal akan selalu sama. 

Sebagai trader anda perlu melihat hal-hal tersebut sebelum trading. Kadang indikayot dan analisa teknikal seolah-olah tidak relevan ya karena marketnya lagi jelek. Banyak saham yang turun karena masih banyak dijual, karena harganya memang sudah tinggi. 

Jadi bukan berarti indikator atau analisa teknikal tersebut sudah tidak bisa diterapkan/ dipakai lagi. Perubahan pada siklus market bisa memberikan pengaruh pada mayoritas saham di market. 

Kesimpulannya, kalau anda ingin menggunakan analisa teknikal, indikator, anda juga harus melihat MOMENTUM dan KONDISI SAHAM secara spesifik. 

Dengan cara ini, anda bisa adjust analisa teknikal anda untuk memilih saham-saham mana yang bagus untuk trading, dan saham-saham yang sebaiknya dihindari karena pola-nya jelek / berisiko. 

Kalau anda sudah menemukan sistem analisa teknikal yang cocok, anda tidak perlu terlalu sering mengganti sistem analisa teknikal anda, karena analisa teknikal yang anda pakai pasti akan relevan sampai kapanpun. 

Yang perlu anda fokuskan adalah, menganalisa sinyal, pattern saham-saham secara spesifik, dan analisa momentum supaya anda bisa trading (beli dan take profit) di harga yang bagus.

Semoga bermanfaat untuk anda. Silahkan dipraktikkan ke dalam praktik trading anda. Salam profit.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.