Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Membatasi Frekuensi Trading Saham

Frekuensi trading merupakan seberapa banyak aktivitas beli jual saham yang anda lakukan dalam periode waktu tertentu. Bisa dalam satu hari. Bisa dalam  satu minggu atau satu bulan.


Kalau saya pribadi, biasanya mengukur frekuensi trading dalam harian, supaya saya bisa mengetahui lebih jelas apakah aktivitas trading yang saya lakukan sudah sesuai atau saya terlalu banyak trading. 

Sebagai trader saham, ada baiknya anda juga memperhatikan frekuensi trading yang anda lakukan. Tujuan mengetahui frekuensi trading adalah supaya anda bisa mengetahui apakah anda overtrading atau tidak. 

Kita sudah membahas tentang overtrading dan cara mengatasinya disini: Cara Mengatasi Overtrading. Ingat bahwa overtrading terjadi karena frekuensi trading yang anda lakukan terlalu banyak, sehingga dapat mempengaruhi psikologis trader. 

Ketika anda trading terlalu sering, maka anda harus semakin sering memantau market, memantau saham, memilih saham. Pada akhirnya, aktivitas trading yang berlebihan bisa membuat anda stress. 

Seharusnya anda bisa istirahat, rileks, dan melupakan trading saham sejenak. Namun karena anda ingin dapat profit terus, akhirnya anda memaksakan trading. Hal ini 

Dan hal ini bisa terjadi pada semua trader, baik trader harian maupun swing trader. Jangan beranggapan bahwa ketika anda memperpanjang time frame trading, maka otomatis frekuensi trading anda menjadi lebih ideal. 

Faktanya, saya sering menemukan trader yang mengalami kerugian-kerugian besar karena frekuensi tradingnya terlalu banyak. Dengan frekuensi trading terlalu banyak, trader akhirnya tidak bisa mengambil keputusan trading yang lebih objektif dan rasional. 

FREKUENSI TRADING SAHAM IDEAL 

Ada baiknya anda juga membatasi frekuensi trading. Membatasi frekuensi trading itu contohnya seperti ini: 

Contoh kasus 1: Dalam satu hari, saya maksimal hanya beli jual saham sekali saja. Setelah target profit tercapai, tidak perlu trading lagi dan tunggu keesokan harinya. Namun kalau kondisi marketnya belum mendukung, saya akan tetap wait and see dan tidak perlu memaksakan beli saham. Cara ini biasanya diterapkan oleh trader harian. 

Contoh kasus 2: Dalam satu minggu, trader menetapkan untuk menyimpan saham maksimal 3 saham saja. Sehingga, trader tidak terlalu banyak saham di portofolionya, yang dapat menyulitkan trader dalam memantau harga saham. 

Itu adalah beberapa contoh analisa frekuensi trading saham. Nah, untuk menentukan frekuensi trading saham ideal, anda harus menyesuaikannya dengan kebutuhan anda. 

"Bagaimana caranya Pak Heze?" Tanya anda. 

1. Tetapkan frekuensi trading yang tidak mengganggu psikologis 

Banyak sedikitnya frekuensi trading dalam sehari, seminggu, sebulan, termasuk menetapkan berapa banyak saham yang mau anda simpan di portofolio. 

Semuanya tergantung dari strategi anda masing-masing. Ada trader yang merasa kalau trading satu kali sehari cukup. Ada trader yang tetap bisa meraih profit konsisten walaupun dalam sehari beli beberapa saham langsung. 

Tapi inti yang ingin saya tekankan disini adalah: Anda harus tetap memiliki batasan frekuensi trading. Caranya: Anda harus analisa berapa banyak trading saham yang anda lakukan, yang masih belum mengganggu psikologis. 

Misalnya, anda beli jual saham di hari yang sama. Setelah anda profit, anda mencoba beli saham lagi. Ternyata anda sudah nggak bisa konsen dan fokus menganalisa. Itu artinya, anda sebaiknya hanya menetapkan maksimal satu kali trading saham dalam sehari.  

2. Hindari trading saham setiap hari  

Ingat juga bahwa trading saham itu tidak perlu dilakukan setiap hari. Tradinglah ketika: 
  • Sedang banyak saham yang menurut anda potensi naik
  • Secara analisa, kondisi market mendukung buat trading
  • Psikologis / mood anda sedang baik 
Jadi kalau menurut analisa anda pribadi masih belum ada saham yang cocok buat dibeli pada hari itu. Atau anda masih belum mood trading.. Anda tidak perlu memaksakan trading. 

Trading yang dilakukan setiap saat justru tidak akan berdampak efektif untuk anda. Dalam trading, kualitas analisa jauh lebih penting ketimbang kuantitas. 

Saya pribadi juga selalu membatasi frekuensi trading. Terutama kalau saya lagi menerapkan strategi trading harian. 

Setelah saya meraih profit dari beli jual saham sehari, dan saya mencoba untuk beli saham lagi, ternyata saya sudah mulai nggak konsen menganalisa, maka saya putuskan untuk berhenti trading di hari itu, dan lanjutkan trading keesokan hari.  

Tapi kalau saya memaksakan untuk trading, kemungkinan besar saham saya akan nyangkut. Jadi alangkah baiknya saya istirahat trading ketika sinyal otak sudah tidak mengatakan 'nggak perlu trading lagi'.

Membatasi frekuensi trading saham juga berguna untuk mengontrol emosi. Hal ini karena seringkali trader yang ingin trading terus sebanyak mungkin, trader memiliki tujuan untuk dapat profit sebanyak mungkin di saham.

Akhirnya trader trading terustanpa menganalisa. Hal ini membuat rasionalitas trader hilang, sehingga trader kerap kali salah mengambil keputusan. 

Semua trader pasti ingin meraih profit dari aktivitas trading. Tetapi jangan lupa untuk selalu mengontrol frekuensi frekuensi trading. Frekuensi trading yang wajar juga akan membuat pengambilan keputusan trading anda lebih berkualitas.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.