Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham-Saham Blue Chip di Indonesia

El Heze

Di pasar saham, anda pasti tidak asing dengan istilah SAHAM BLUE CHIP. Tetapi banyak trader yang belum memahami kriteria saham blue chip, dan dalam hal apa suatu saham bisa dikatakan sebagai saham blue chip. Sebenarnya tidak ada ukuran atau aturan pasti mengenai kriteria saham blue chip.


Hal ini berarti suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham blue chip atau bukan, juga ada pengaruh dari subjektifitas masing-masing analisa. Akan tetapi, ada beberapa acuan yang setidaknya bisa kita gunakan sebagai patokan untuk menilai suatu saham dikategorikan sebagai saham blue chip atau bukan. 

Berikut beberapa kriteria saham-saham blue chip: 

1. Merupakan market leader di sektornya 

Perusahaan blue chip adalah perusahaan-perusahaan yang menjadi pemimpin (market leader) di sektor industrinya. Dikatakan market leader karena perusahaan tersebut memiliki company size yang paling besar di sektornya. 

Selain itu, kinerja fundamental paling mapan (dilihat dari ukuran-ukuran profitabilitas, kemampuan likuiditas, company size), serta memiliki brand image yang paling pada sektornya.   

2. Memiliki kapitalisasi pasar diatas 100 triliun atau mendekati

Ukuran kuantitatif yang bisa digunakan untuk melihat apakah suatu saham termasuk dalam saham blue chip, dapat dilihat dari nilai kapitalisasi pasarnya. Baca juga: Apa Itu Kapitalisasi Pasar?

Perusahaan blue chip umumnya memiliki kapitalisasi pasar diatas 100 triliun, atau paling tidak sedikit mendekati 100 triliun, dan tentu didukung dengan fundamental yang baik di sektornya (poin pertama). 

Saham-saham blue chip yang kita kenal di Indonesia seperti BBCA, BBRI, ASII, TLKM, UNVR bisa anda perhatikan memiliki kapitalisasi pasar diatas 100 triliun. Namun ada beberapa saham market leader di sektornya yang memiliki brand image bagus seperti KLBF, ADRO memiliki market cap sedikit dibawah 100 triliun, tetapi bisa dikategorikan sebagai saham blue chip karena merupakan market leader yang cukup signifikan di sektornya. 

Nilai kapitalisasi pasar sendiri bisa berubah-ubah. Hal ini karena harga saham di market akan berubah-ubah. Jika harga saham turun drastis, hal ini akan turut menurunkan nilai kapitalisasi pasar saham tersebut. 

3. Merupakan perusahaan acuan di sektor industrinya 

Perusahaan blue chip biasanya adalah perusahaan yang sering menjadi acuan di sektor industrinya. Kembali seperti yang kita bahas pada poin 1, kalau perusahaan merupakan acuan di sektor industrinya, itu artinya perusahaan tersebut merupakan market leader di sektor industrinya. 

Perusahaan memiliki fundamental yang bagus / mapan, market cap-nya besar, rajin bagi dividen, brand image dan cakupan pasar luas, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat, maupun analis-analis saham. 

Sebagai contoh, kalau kita bicara perusahaan di sektor semen, maka kita akan langsung ingat perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) atau Semen Gresik (SMGR). Kedua perusahaan ini memang memiliki fundamental paling bagus di sektornya, dan market cap-nya besar. 

Atau kalau kita bicara perusahaan di sektor tambang batu bara. Maka yang pertama diingat adalah saham Adaro Energy (ADRO), karena saham ADRO memiliki fundanental paling mapan di sektornya, dan market cap besar, sehingga sahamnya juga relatif lebih atraktif dibandingkan saham-saham tambang dengan market cap kecil. 

4. Rajin membagikan dividen 

Perusahaan blue chip biasanya rajin membagikan dividen. Namun dividen yang dibagikan oleh perusahaan blue chip biasanya memiliki nilai dividen per saham yang relatif jauh lebih besar dibandingkan perusahaan2 lainnya di sektor industri yang sama. 

Sebagai contoh, anda bisa bandingkan dividen yang dibagikan perusahaan2 BBCA, BBRI, BMRI, BBNI dibandingkan perusahaan-perusahaan perbankan lainnya (non blue chip). Keempat bank blue chip ini biasanya membagikan dividen per saham yang cukup besar.

SAHAM-SAHAM BLUE CHIP DI INDONESIA 

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, berikut contoh saham-saham blue chip di Indonesia:   

1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 
3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
5. PT Astra International Tbk (ASII) 
6. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
8. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
9. PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI)
10. PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA)
11. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) 
12. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
12. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
13. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 
14. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) 
15. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
16. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) 
17. PT United Tractors Tbk (UNTR) 
18. PT Bank Jago Tbk (ARTO) 
19. PT Charoend Pokhpand Indonesia Tbk (CPIN)
20. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
21. PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) 
22. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) 
23. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)
24. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 

Itulah contoh saham blue chip di Indonesia. Anda mungkin memiliki versi daftar saham-saham blue chip yang lain, itu sah saja, karena seperti yang kita bahas, sebenarnya kategori saham blue chip itu tidak ada aturan yang benar-benar pakem. 

Setiap orang juga bisa memiliki subjektifitas dalam menilai apakah suatu saham dikategorikan sebagai saham blue chip atau bukan. 

Perlu anda ingat juga, bahwa saham-saham blue chip biasanya masuk di dalam saham-saham Indeks LQ45. Indeks LQ45 berisi 45 saham paling likuid di Bursa Efek. 

Mayoritas saham blue chip masuk di indeks ini karena saham blue chip punya market cap besar, sehingga sering diperdagangkan. Hal inilah yang membuat saham blue chip menjadi saham yang likuid dan sering masuk di indeks LQ45. 

Namun tidak semua saham LQ45 adalah saham-saham blue chip. Jadi sangat menyamakan saham LQ45 dengan saham blue chip.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.