Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham Cyclical dan Saham Non Cyclical

El Heze
Pernahkah anda mendengar istilah saham cyclical (saham siklus) dan saham non cyclical? Dua istilah ini bukanlah istilah asing dalam trading maupun investasi saham. Untuk anda yang belum mengerti apa itu saham siklus dan saham non siklus, di pos ini kita akan bahas bersama. 

Saham cyclical adalah saham perusahaan yang naik turun pendapatannya sangat mudah dipengaruhi siklus bisnis di sektornya dan kondisi ekonomi. 

Jadi ketika sektor usaha perusahaan sedang bagus dan booming, kondisi ekonomi lagi meningkat, maka perusahaan2 cyclical akan memperoleh pendapatan / omzet yang jauh lebih tinggi, karena produk / jasanya akan lebih banyak dibutuhkan oleh konsumen. 

Sebaliknya, ketika kondisi ekonomi sedang jelek / lesu, dan sedang ada gejolak2 di sektor usaha, maka saham-saham cyclical harga sahamnya akan dengan mudah turun drastis, dan tentu saja pendapatan perusahaan juga akan berpengaruh signifikan ketika sektor usahanya sedang bergejolak. 

Artinya, pergerakan harga saham cyclical biasanya cenderung lebih volatil, dan saham2 tersebut bisa naik sangat tinggi dan memberikan potensi return lebih besar. Di satu sisi, saham2 cyclical ketika lesu, tren sahamnya bisa turun terus bahkan bisa terjadi selama 1 tahun lebih.

CONTOH SAHAM CYCLICAL.. Mengapa dikatakan 'Siklus?

Contoh saham cyclical yang paling mudah kita temukan adalah saham-saham di sektor pertambangan (batu bara) seperti saham ADRO, ITMG, PTBA, INDY dan saham-saham di sektor perkebunan (kelapa sawit) seperti LSIP, AALI.

Saham-saham berbasis komoditas (tambang, CPO), kita tahu sendiri bahwa naik-turunnya komoditas juga sangat tergantung dari permintaan dan penawaran pasar, serta kondisi ekonomi. 

Kalau kondisi ekonomi sedang jelek, otomatis permintaan akan turun drastis. Demikian juga ketika terjadi pergolakan eksternal (misalnya Tiongkok yang memutuskan untuk mengurangi ekspor batu bara), maka harga batu bara akan cenderung turun terus. 

Sehingga, ketika harga batu bara dan permintaan pasar turun, tentu hal ini juga akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Kalau pendapatan perusahaan turun, investor akan menjual sahamnya. 

Tetapi tidak selamanya harga komoditas itu lesu. Nah, kalau kondisi perekonomian membaik, permintaan komoditas meningkat, harga sahamnya sudah undervalue plus sektornya bangkit, harga sahamnya biasanya akan naik sangat tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan sektor2 saham lainnya alias multi-bagger stock

Sehingga, tidak heran kalau dalam masa-masa tertentu para trader jangka menengah atau investor bisa mendapatkan return besar dari saham batu bara. 

Itulah kenapa dikatakan sebagai saham SIKLUS. Karena ada siklus bisnis dan siklus harga saham yang terbentuk, yaitu siklus naik (jaya) dan siklus turun atau lesu. Untuk lebih jelas, silahkan perhatikan grafik saham batu bara, yaitu saham PTBA berikut: 

Saham PTBA
Perhatikan tanda persegi. Saat itu adalah saat2 di mana harga komoditas sedang naik-naiknya. Hal ini juga berpengaruh ke salah satu saham PTBA sebagai saham blue chip batu bara. 

Tapi ketika komoditas lesu dan banyak gejolak ekonomi (tanda lingkaran), saham PTBA dengan mudah turun cepat, bahkan harganya bisa turun lebih dari 25% dari harga tertingginya dalam kurun waktu 1-2 tahun. 

Sedangkan saham non cyclical adalah saham yang pergerakannya tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi karena produknya dibutuhkan masyarakat banyak. 

Contohnya adalah saham UNVR, INDF, SIDO, ICBP. Produk mi instan , pasta gigi, sabun, sampo akan selalu dibutuhkan masyarakat dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, disebut juga sebagai saham defensif. 

Perlu anda pahami, bahwa saham non cyclical bukan berarti tidak bisa dan tidak pernah koreksi. Semua saham akan mengalami koreksi, tergantung berita dan momennya, walaupun saham non cyclical biasanya naik-turunnya tidak se-volatil saham2 cyclical, dan saham2 non cyclical sulit dijadikan multi bagger stock, karena kenaikannya yang cenderung lebih stabil. 

Anda bisa perhatikan contoh pergerakan saham Unilever (UNVR) berikut: 

Saham UNVR
Anda bisa lihat chart UNVR yang pergerakan trennya lebih smooth dibandingkan PTBA. Namun ada masa (lihat tanda persegi, dari harga 50.000 ke 41.000), di mana UNVR mengalami penurunan drastis. Yup, penurunan UNVR itu dikarenakan UNVR mencetak penurunan laba bersih. 

Di satu sisi, saham UNVR sudah overvalued alias mahal, sehingga hal ini membuat banyak pelaku pasar menjual saham UNVR besar-besaran.

Kesimpulannya, saham cyclical adalah saham2 yang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi ekonomi mikro dan makro, serta permintaan dan penawaran konsumen. Misalnya saham2 komoditas. Sehingga, pergerakan saham cyclical cukup volatil. 

Saham non cyclical adalah saham2 defensif, yang produknya tidak terlalu mudah terpengaruh kondisi ekonomi, karena dibutuhkan banyak orang. 

Kalau anda tipe pencari saham multi bagger, belilah saham cyclical saat harganya sedang turun banyak, undervalued, dan sektornya mulai bangkit. 

Tapi kalau anda tipe pencari saham2 yang 'aman', carilah saham non cyclical. Namun sekali lagi, jangan membeli saham hanya karena 'label': Aman, defensif atau apapun alasannya.

Jalau ada yang menyarankan anda untuk membeli saham2 defensif karena PASTI AMAN... Anjuran tersebut jangan ditelan mentah-mentah. Semua saham tidak kebal koreksi (anda sudah lihat sendiri bagaimana saham defensif macam UNVR pun bisa turun tajam). 

Untuk membeli saham, apapun tipe sahamnya, anda harus selalu melihat momen, analisa teknikal dan manajemen psikologis anda. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.