Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Cara Menentukan Time Frame Trading Saham

Setelah membeli saham, anda harus menentukan target jual saham. Pada harga berapa anda mau menjual saham anda, itu semua tergantung dari preferensi dan analisa mandiri yang sudah anda lakukan sebelumnya. 

Target jual saham yang anda tetapkan tidak lepas dari TIME FRAME TRADING. Apa itu time frame trading? Time frame artinya kurang lebih adalah jangka waktu trading. Jangka waktu dalam trading bisa bermacam-macam, bisa beberapa menit saja, satu hari trading, beberapa hari trading, seminggu trading, dibawah satu bulan, diatas satu bulan atau bahkan lebih lama dari itu. 

Dalam konteks jual saham, time frame trading berarti lamanya waktu yang anda butuhkan sejak anda menetapkan target jual, sampai saham anda benar2 terjual sesuai target anda (matched order).

Kenapa anda perlu menentukan time frame trading ketika anda memutuskan untuk menetapkan target jual anda? 

Tentu saja sangat penting. Saya berikan ilustrasinya. 

Anda membeli saham ASII di harga 8.000. Kemudian anda memasang target profit di harga 9.000 karena anda melihat harga 9.000 ini merupakan resisten kuat ASII yang sering tersentuh. Tidak ada salahnya anda beranggapan seperti itu. Akan tetapi, anda juga harus realistis. 

Kalau anda beli ASII di 8.000 dan jual 9.000, maka time frame anda harus lebih panjang. Kalau anda berharap mau jual ASII di 9.000 dalam waktu sehari-dua hari, maka target anda tentu akan sangat sulit terwujud. 

Sulit mengharapkan saham-saham yang likuid naik puluhan persen dalam sehari-dua hari (kecuali saham2 gorengan, tapi itu risikonya juga sangat besar). 

Selain itu, di pasar saham juga ada auto reject, yaitu batas kenaikan maksimal saham, sehingga tidak mungkin suatu saham bisa naik setinggi-tingginya dalam waktu sangat singkat. Anda bisa baca auto reject disini: Arti dan Ilustrasi Auto Reject Saham

Intinya, semakin rendah target harga jual anda, maka time frame yang anda tetapkan bisa semakin sempit / pendek, dan juga sebaliknya. Nah, apabila anda mau trading harian (time frame sempit) misalnya, maka anda bisa menetapkan target jual yang tidak perlu terlalu tinggi, asalkan profitnya konsisten dan lebih sering. Baca juga: Strategi Intraday & One Day Trading Saham. 

Saya banyak menemukan trader yang mudah panik jika target jualnya tidak tercapai dalam waktu dekat. Misalnya anda beli saham TLKM di 3.600. Anda mau jual TLKM di 3.800. TLKM kemudian naik sampai 3.680. 

Setelah sampai di 3.680, TLKM nggak kunjung naik sampai 3.800, dan TLKM cenderung naik turun lagi di 3.660-3.680. Anda kemudian mulai panik: "Wah kenapa ya TLKM nggak naik-naik. Apakah TLKM bakalan downtrend lagi?"

Padahal kalau anda sudah menetapkan target jual yang agak tinggi, itu artinya anda harus bisa toleransi terhadap penggunaan time frame yang lebih panjang, karena sekali lagi, semakin tinggi target jual, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut akan semakin lama. 

Lagian mayoritas saham biasanya memiliki pola-pola yang sama: Jika harganya sudah naik tinggi, maka dalam waktu dekat akan cooling down terlebih dahulu, sebelum melanjutkan kenaikannya lagi. 

Dari apa yang saya tulis di pos ini, dan berdasarkan pengalaman trading yang saya jalankan, maka dapat disimpulkan bahwa time frame trading seringkali ditentukan oleh psikologis anda sebagai trader: Seberapa kemampuan anda dalam menerima target yang sudah anda tetapkan sendiri. 

Tidak ada rumus baku untuk menentukan time frame trading ketika anda mau menjual saham. Anda yang harus menentukan time frame trading berdasarkan karakter dan psikologis anda. 

Jadi jika anda menetapkan target jual saham anda di harga tinggi, tapi level toleransi anda terhadap time frame lebih panjang ternyata rendah (seperti contoh saham TLKM yang saya paparkan tadi), maka ada baiknya anda memperpendek target jual anda misalnya dengan trading harian (dengan demikian, time frame trading anda juga akan lebih singkat). 

Sebaliknya, jika anda menetapkan target jual di harga yang rendah, dan saham yang jual selalu naik lagi, anda selalu punya keinginan untuk jual di harga tinggi, maka secara psikologis anda sebenarnya siap dengan time frame yang lebih panjang (anda siap menunggu saham anda naik tinggi, dengan time frame yang lebih lama). 

Paham sampai disini?  

PENERAPAN TIME FRAME TRADING TIDAK BOLEH KAKU 

Banyak trader yang masih menerapkan time frame trading secara kaku. Saya sering menemukan trader yang menetapkan target jual saham dan trader berprinsip menetapkan targetnya tercapai dalam dua minggu trading.

Ya sebenarnya tidak ada salahnya anda punya analisa seperti itu. Tapi kalau bagi saya sih, itu terlalu kaku. Dalam trading saham, kita harus luwes dan fleksibel. 

Masalahnya, anda dan saya juga tidak akan pernah mengetahui dengan pasti kapan saham anda naik pada hari ke berapa. Tapi memang ketika anda membeli saham2 yang bagus dengan analisa yang benar, saham2 anda tidak butuh waktu lama kok untuk naik lagi. 

Itulah mengapa saya pernah menulis artikel tentang cut loss dan hold saham. Anda bisa baca-baca lagi tulisan saya disini: Saham Turun: Pilih Hold atau Cut Loss?

Perlu anda menetapkan target jual, dan perlu juga anda memiliki toleransi untuk menunggu saham anda naik. Namun, penerapan time frame ini hendaknya tidak perlu terlalu kaku diterapkan. Selama anda pegang saham bagus, saya pikir anda tidak perlu terlalu kaku menetapkan time frame trading. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.