Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham-saham Kontruksi yang Terus Jatuh

El Heze
Saya menerima banyak email dan request dari rekan2 yang menginginkan saya untuk membahas saham-saham di sub sektor konstruksi, terutama saham2 sektor konstruksi BUMN, terutama saham2 seperti WIKA, ADHI, WSKT, WSBP, PTPP.

Kita tahu bahwa pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur, dan tentunya hal ini akan berdampak positif terhadap saham2 di sub sektor konstruksi karena pengerjaan infrastruktur pasti akan berdampak pada kontruksi BUMN, karena memang sebagian besar proyek2 pemerintah ini banyak diambil oleh emiten2 BUMN. 

Di satu sisi saham2nya justru jatuh cukup dalam sejak tahun 2017, padahal laba bersih saham2 di sektor ini cenderung naik terus. Maka dari itu, saya tertarik untuk membahas alasan mengapa saham2 ini terus saja jatuh. 

Setelah melakukan analisis, saya bisa menyimpulkan ada beberapa penyebab yang membuat saham2 konstruksi ini jatuh terus: 

1. Sentimen2 negatif

Banyak yang mengkhawatirkan pengerjaan konstruksi yang dikebut ini justru kurang baik bagi sektor konstruksi, karena emiten2 konstruksi harus menggunakan utang yang besar yang berdampak buruk untuk emiten itu sendiri. 

Kekhawatiran2 mengenai dana yang digunakan untuk pembangunan, proyek2 mangkrak (contohnya sentimen negatif ADHI yang proyek LRT-nya dikhawatirkan akan mangkrak) membuat banyak investor yang menahan diri untuk tidak membeli saham2 konstruksi, dan para trader pun juga banyak yang melakukan aksi jual di saham konstruksi. 

Proyek2 infrastruktur yang mulai dibuka kepada pihak swasta juga memberikan tekanan pada saham2 konstruksi, meskipun hal ini bukan dampak utamanya, tapi sentimen2 negatif seperti ini bisa memberikan pengaruh terhadap ekspektasi saham2 konstruksi.

2. Laporan keuangan emiten2 konstruksi 

Seperti yang saya katakan, emiten2 konstruksi BUMN selalu membukukan kenaikan laba. Anda bisa cek sendiri LK-nya di IDX. Tapi di satu sisi, semua emiten2 konstruksi membukukan arus kas operasi negatif. Coba perhatikan dua contoh laporan arus kas WIKA dan WSKT untuk Kuartal II / 2017 dibawah ini: 

Arus Kas WIKA Kuartal II/ 2017. Klik gambar untuk memperbesar
Arus kas WSKT Kuartal II/ 2017. Klik gambar untuk memperbesar

Kalau kita bedah laporan keuangannya, penyebab arus kas operasi negatif karena setiap emiten konstruk memiliki nilai pembayaran pemasok (untuk biaya operasi proyek) yang sangat besar dibandingkan dengan penerimaan kas dari pelanggan. 

Nah, terkait arus kas operasi negatif ini saya kira wajar, karena emiten2 konstruksi ini mengerjakan proyek2 besar, di mana penerimaan hasil proyek tentu saja tidak mungkin bisa langsung diterima begitu saja, tapi penerimaan uang dari proyek kemungkinan baru akan menghasilkan ketika proyeknya selesai, kemungkinan di tahun 2018-2020. 

Ketika penerimaan kas sudah diterima, maka emiten2 kontruksi pun akan mampu membayar utang2nya yang menjadi penyebab besarnya DER mereka selama ini. 

Sehingga, kalau nanti laba bersih bisa bertumbuh lebih besar dan disertai dengan arus kas yang lebih sehat, plus sahamnya memang sudah waktunya rebound, maka harga sahamnya pasti akan naik. Potensi saham konstruksi ini juga pernah saya bahas di pos ini: Analisis Saham: Peluang Saham Konstruksi 

Barangkali anda ingat sektor mining yang harganya sempat drop, ternyata harganya juga berbalik naik. Intinya, kita hanya butuh 'pemicu' yang bisa membuat saham2 konstruksi naik lagi, salah satunya ya laporan keuangannya. 

Jadi, kalau selama ini anda bertanya-tanya, kenapa ya kok saham2 konstruksi turun terus? Apakah fundamental konstruksi sekarang lagi jelek?

Maka di pos ini anda sudah mendapatkan jawabannya. Intinya bukan karena fundamental konstruksi lagi jelek, tapi ini hanya SOAL WAKTU saja, karena di pos ini: Analisis Saham: Peluang Saham Konstruksi, saya juga sudah mengatakan bahwa kita hanya butuh 'pemacu' agar saham2 konstruksi bisa naik lagi. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.