Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Memahami Bubble Ekonomi dan Gejalanya

El Heze
Belakangan ini IHSG turun tajam (tepatnya sejak pertengahan Agustus 2016), setelah sempat naik drastis dalam beberapa bulan. Kita pernah membahas di pos ini: Strategi Trading: IHSG Down.... Penurunan IHSG kali ini saya akui cukup tajam, karena IHSG yang sempat menyentuh 5.476 (all time high di tahun 2016, 9 Agustus 2016), kini turun lagi hingga sampai 5.139 (pertengahan September 2016). 

Yang jadi pertanyaan: Apakah ini ada pertanda 'bubble ekonomi'? Sebelum saya menjawab pertanyaan banyak rekan2 trader, ada baiknya Anda mengetahui apa itu bubble ekonomi dan indikasi bubble ekonomi. 

Apa itu Bubble Ekonomi?

Bubble = gelembung
Ekonomi = ekonomi

Berarti kalau diartikan adalah gelembung ekonomi. Apa maksudnya? Bubble ekonomi adalah fenomena dimana ada overreaksi (overconfidence) dari masyarakat dan pelaku pasar terhadap bangkitnya kondisi ekonomi negara, yang menyebabkan harga saham2 naik secara drastis, padahal belum ada dampak positif apapun yang ditimbulkan. Dengan kata lain adalah EUFORIA.

Namanya euforia dan overreaksi pastinya sifat pelaku pasar dan masyarakat tersebut adalah seusatu yang berlebihan, yang tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Gejala timbulnya bubble adalah sebagai berikut.

Ada suatu harapan dan sentimen positif yang berpotensi untuk mendongkrak perekonomian suatu negara. Sentimen positif ini kemudian direpson sangat baik oleh masyarakat dan pelaku pasar (pasar modal). Harga saham naik, berita bagus sana-sini seakan mewarnai negara. 

Di satu sisi, sentimen itu hanyalah sentimen, yang belum menimbulkan dampak positif apapun ke sektor riil. Justru yang sebenarnya terjadi adalah kondisi perekonomian yang jauh dari harapan. Sementara IHSG naik terus, banyak ekspektasi pelaku pasar (bubble terus membesar) tetapi tidak ditunjang dengan perekonomian yang positif, maka tinggal tunggu saja bubble-nya pecah. 

Suatu saat, cepat atau lama saat banyak sektor usaha yang kinerjanya turun, pendapatan turun, ekspor turun, nilai tukar mata uang turun, maka IHSG akan terjun bebas, ekpektasi tinggi berubah menjadi perekonomian lesu dan lain-lain (bubble pecah).   

Contoh bubble ekonomi

Contoh terbaru, yaitu pada tahun 2015 lalu. Itulah yang bisa kita sebut sebagai bubble ekonomi. Awal dari bubble ekonomi ini sebenarnya sudah terjadi sejak pertengahan 2014, dimana saat itu ada pemilu presiden dan Jokowi terpilih sebagai presiden. Jokowi yang kerap disukai masyrakat karena berwibawa, sangat sosial dan berjiwa pemimpin diyakini mampu mendongkrak perekonomian negeri. Sehingga, muncullah Jokowi Effect. 

Jokowi Effect, seperti penjelasannya berarti masih sekedar euforia saja, belum ada dampak positif apapun ke sektor ekonomi. Dampak positif baru terasa setelah kinerja Jokowi terlihat. Saat Jokowi terplih, para pelaku pasar modal langsung memborong saham, yang membuat IHSG melejit kencang. Kalau saya tidak salah, pada pertengahan 2014, IHSG masih bertengger di 4.700-an. Dan pada Bulan Aprl 2015 IHSG mencapai all time high di 5.524. 

Di satu sisi, di balik euforia yang terjadi, ada problem yang tidak disadari oleh masyarakat. Di tengah2 kegirangan pelaku pasar, sesungguhnya ekonomi sedang lesu, perlahan tapi pasti. Banyak usaha yang mulai mengalami penurunan pendapatan, nilai tukar Rupiah terus melemah, laba2 emiten diperkirakan akan turun. Intinya, perekonomian tidak seperti yang diharapkan. 

Dengan kondisi seperti itu, ketika April 2015 banyak sekali emiten yang mengumumkan penurunan laba bersih, bahkan rugi, dan petumbuhan ekonomi Indonesia merosot, maka IHSG pun juga ikut anjlok. Itulah contoh bubble ekonomi.

Kapan kondisi tersebut akan pulih? Tergantung dari perekonomian negara. Jika kebijakan pemerintah memiliki dampak signifikan terhadap banyak sektor usaha, maka bubble ekonomi ini akan segera berakhir, dan harga saham pun akan kembali ke nilai intrinsiknya. 

Bubble Ekonomi dan Trading Saham

Jadi begini, kalau memang IHSG naik karena euforia, Anda jangan ikut euforia. Kalau Anda sudah baca tanda2 ekonomi mulai lesu (sektor usaha mulai rugi, nilai tukar melemah dan lain-lain), maka itulah saatnya Anda keluar dari market. Meskipun, IHSG masih naik, tapi cepat atau lama IHSG akan jatuh bebas. Jadi, alangkah baiknya kalau Anda tutup posisi dahulu, daripada pas IHSG down, saham2 Anda malah nyangkut semua. 

Ketika bubble ekonomi terjadi dan bubble (gelembung)-nya meletus, maka strategi trading untuk masuk posisi memang sangat tidak aman dan ruang geraknya rasanya sempit sekali. Lalu bagaimana strateginya? Anda bisa baca disini: Strategi Trading Saat IHSG Down

The last, bubble ekonomi kalau disimpulkan seperti ini:

- Diawali dengan euforia, tetapi tidak diikuti kondisi ekonomi yang bagus.
- Indeks saham naik kuencengg hanya dalam beberapa bulan, dan terkesan tidak wajar.
- Tetapi, Banyak sektor usaha yang sedang lesu.
- Perlahan, saat kondisi fundamental mulai tampak (lesu), indeks saham langsung anjlok drastis dalam waktu cepat. 

Saya rasa itu saja tulisan saya tentang bubble ekonomi......... 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.