Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham ARB: Tips Beli Saham Saat ARB

Auto Reject merupakan istilah dalam perdagangan saham yang menunjukkan kenaikan dan penurunan harga saham hingga mencapai batas maksimum yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). 


Auto Reject dibagi menjadi dua yaitu Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Reject Bawah (ARB). Mengenai istilah dan penjelasan ARA dan ARB tidak kita bahas disini, karena sudah pernah kita ulas pada pos berikut: Apa Itu Auto Rejection Saham?

Di pos ini, kita akan membahas saham ARB. Saham ARB terlihat cukup ekstrem karena harga saham terus turun hingga mencapai batas maksimum yang ditetapkan oleh BEI. Dengan kata lain, saham ARB adalah saham yang berisiko untuk ditradingkan. 

Saham yang pernah kena ARB, bisa jadi hari-hari besoknya kena ARB lagi. Di pasar saham, kita sudah sering menemukan saham yang kena ARB sampai beberapa hari berturut-turut, contohnya pernah terjadi di saham-saham seperti DKFT, KAEF, INAF dan masih banyak lainnya. 

Tapi ketika saham kena ARB, otomatis harga saham jadi lebih murah. Sehingga saham-saham yang kena ARB bisa jadi menarik dari sisi trader. Namun sebaiknya anda tidak sembarangan ketika trading pada saham-saham ARB. 

Karena seperti yang kita bahas tadi, saham ARB bisa berisiko kena ARB atau turun lagi keesokan harinya, karena saham ARB menunjukkan bahwa saham tersebut sedang berada dalam TEKANAN JUAL yang besar. 

Beberapa waktu lalu, ada rekan trader yang berkonsultasi, dan menceritakan pengalaman beli saham murah, yaitu membeli saham ARB dan profit dalam sehari. Berikut chat rekan trader yang saya screenshoot:  

"Saya juga antri CTRA dapat ARB 860 sell 875"

Rekan trader membeli (antri beli) saham CTRA di harga ARB pada harga 860, dan ketika order matched, serta ARB di saham CTRA sudah reda, trader menjual sahamnya profit di harga 875. 

Sehingga saham ARB juga bisa digunakan sebagai sarana memperoleh profit jangka pendek. Berikut 3 (tiga) tips yang bisa anda terapkan jika anda ingin membeli saham ARB: 

1. Pilih saham likuid yang kena ARB  

Pilihlah saham-saham likuid yang lagi kena ARB saat itu. Saham likuid contohnya seperti saham2 LQ45 atau saham2 yang bid offernya tebal (Minimal ribuan untuk satu antrian harga). 

Saham-saham LQ45 bisa terkena ARB juga, kalau IHSG sedang turun drastis. Hal ini pernah terjadi pada saham2 seperti PGAS CTRA... Tapi karena saham-saham likuid banya peminatnya, biasanya ARB yang terjadi tidak terlalu lama, atau sampai berhari-hari seperti saham gorengan. 

Saham-saham likuid tidak butuh waktu untuk naik lagi setelah terkena ARB. Hal ini berbeda dengan saham-saham gorengan yang likuiditasnya rendah, dan saham2 yang sedang di pom-pom bandar, di mana ARB bisa terjadi sampai berhari-hari. 

Hindari saham gorengan, apalagi saham2 yang market capnya hanya sekitar 1 triliun dan antrian bid offer-nya tipis atau saham2 yang pola grafiknya sangat tidak beraturan, contohnya seperti chart berikut: 

Saham ARB

Perhatikan tanda lingkaran diatas. ARB saham IKAN terjadi sampai lebih dari 1 minggu. Kita juga bisa lihat chart IKAN diatas, di mana pola grafiknya sangat tidak beraturan. Harga saham yang awalnya tidak ada pergerakan tiba2 naik drastis, dan diikuti dengan ARB setelahnya. 

Jadi jika anda ingin beli saham yang lagi ARB, hindari saham-saham yang pergerakannya tidak jelas / tidak beraturan. Prioritaskan saham-saham likuid yang lagi ARB. 

2. Tunggu sampai ARB-nya reda (mulai ada tekanan beli) 

Untuk lebih aman, anda bisa menunggu beli saham ARI ketika tekanan jual mulai reda dan antrian offer-nya mulai menipis. Seperti kita ketahui, saham yang ARB hanya ada antrian offer, dan antrian bid-nya kosong (Karena semua trader ingin menjual saham). 

Namun bisa jadi di jam trading, offer lot-nya mulai menipis / berkurang terus karena saham tersebut mulai banyak dibeli. Ketika antrian offer lot (Terutama di best offer price-nya) mulai menipis atau ketika mulai ada antrian bid lagi, anda bisa pertimbangkan untuk mulai masuk di saham tersebut. 

Karena hal tersebut mengindikasikan bahwa saham tersebut mulai diminati lagi, sehingga ada peluang untuk rebound atau keluar dari ARB-nya. Contohnya perhatikan bid offer saham AGRS yang lagi ARB: 


Jika terjadi saham ARB seperti diatas, anda bisa menunggu offer lots-nya terus berkurang, yaitu offer lots di harga 244 sebanyak 435.460 lot (tanda lingkaran hijau). Ketika offer lotnya terus berkurang, atau mulai ada antrian bid lagi, itu artinya tekanan jual mulai reda dan saham mulai dibeli lagi. 

Tapi kalau saham masih "nyaman" di ARB-nya dan nggak ada pergerakan apapun, sebaiknya jangan langsung antri beli. 

3. Tunggu konfirmasi sinyal keesokan harinya 

Kalau anda masih belum yakin menerapkan strategi poin kedua, cara lainnya anda bisa menunggu konfirmasi sinyal keesokan harinya, untuk melihat apakah saham tersebut sudah mulai rebound atau masih turun. 

Karena kalau saham kena ARB, biasanya pola candlesticknya akan membentuk red marubozu. Baca juga: Belajar Analisis Teknikal: Candlestick Marubozu

Candle red marubozu menunjukkan bahwa saham tersebut masih dalam tekanan jual yang besar dan ada potensi turun lagi, walaupun tidak selalu terkena ARB. Jadi anda bisa menunggu konfirmasi sinyal keesokan hari, untuk memastikan pergerakan saham mulai stabil baru anda entry buy. 

4. Hindari saham ARB karena sentimen negatif atau karena sudah naik tinggi sebelumnya 

Saham yang kena ARB karena ada sentimen negatif risikonya cukup besar. Demikian juga dengan saham yang kena ARB karena harga saham sebelumnya sudah melambung tinggi (Contohnya seperti grafik saham IKAN yang kita bahas diatas tadi). 

Saham-saham seperti ini biasanya ada potensi terkena ARB lanjutan di hari-hari berikutnya, apalagi kalau sahamnya adalah saham gorengan / saham-saham yang peminatnya sedikit. 

Di market memang lebih banyak saham tidak likuid yang kena ARB. Jadi untuk memilih saham-saham ARB buat trading, ada baiknya anda lebih selektif dan jangan mudah tergoda membeli saham ARB hanya karena anda beranggapan saham sudah murah. Pertimbangkan risikonya juga.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.