Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Exponential Moving Average

Moving Average (MA) merupakan indikator saham yang cukup populer dan memiliki banyak manfaat. Indikator MA dapat digunakan sebagai 'alat bantu' trader buat melihat titik support resisten yang bagus untuk trading, serta kecenderungan tren saham.

  


Kalau anda membaca berita-berita tentang analisis & rekomendasi saham, anda juga akan sering melihat ulasan para analis yang menggunakan indikator Moving Average buat menganalisa saham. 

Indikator MA sendiri sebenarnya terdiri dari beberapa macam jenis. Ada Simple Moving Average (SMA) dan ada Exponential Moving Average (EMA). Dua indikator ini yang pada umumnya cukup populer dan sering dipakai. 

Anda bisa pelajari juga praktik-praktik Moving Average yang lebih komplit, dan kombinasi MA yang paling praktis & efektif diterapkan untuk trading disini: Moving Average Praktis. 

Settingan default (umum) indikator MA adalah Simple Moving Average. Jadi kemungkinan besar kalau di berita ulasan-ulasan saham hanya dituliskan Moving Average, maka MA yang dimaksudkan adalah Simple Moving Average. 

Lalu apa kegunaaan Exponential Moving Average? Dan apa bedanya dengan Simple Moving Average? 

Beberapa waktu lalu ada trader yang meminta saran: Apakah sebaiknya menggunakan SMA atau EMA buat trading? Dan mana yang lebih efektif untuk diterapkan dalam analisa teknikal saham? 

Mari kita bahas.... 

SIMPLE MOVING AVERAGE (SMA) 

Simple Moving Average adalah indikator MA yang memberikan pembobotan atau penilaian yang sama pada setiap jumlah hari pada time frame MA. Sebagai contoh, anda menggunakan indikator Moving Average 20. 

MA 20 artinya adalah rata-rata Moving Average selama periode 20 hari. Nah, dalam SMA hari pertama sampai hari kedua puluh (Hari 1-20), akan diberikan bobot / nilai yang sama. 

Bobot hari pertama sama dengan bobot periode di hari kedua. Bobot time frame di hari kedua sama dengan bobot periode di harga ketiga. Demikian seterusnya sampai hari kedua-puluh. 

EXPONENTIAL MOVING AVERAGE (EMA)

Exponential Moving Average, adalah indikator MA yang memberikan pembobotan hari yang lebih besar pada hari terakhir atau pada hari yang terbaru. Sebagai contoh jika anda menggunakan MA20, maka hari kedua akan diberikan pembobotan nilai yang lebih besar dibandingkan hari pertama. 

Demikian juga hari ketiga, pembobotan nilainya akan lebih besar dibandingkan hari kedua dan hari pertama. Sehingga, pembobotan nilai yang paling besar atau yang pengaruhnya paling signifikan yaitu ada di hari terakhir, yaitu di hari ke 20. 

Sudah paham dasar-dasar EMA saham?

Jadi semakin kedepan, maka pembobotan harinya akan lebih besar ketimbang hari sebelumnya. Logikanya begini, harga saham itu kan sangat berkaitan dengan historis yang sudah terjadi. 

Saya tanya pada anda: "Mana yang lebih mudah dijadikan patokan untuk memprediksi harga saham: Harga saham yang terbentuk kemarin atau yang terbentuk 1 bulan lalu?"

Tentu saja harga saham yang paling akhir (hari ini) kan? Para trader akan cenderung melihat pola2 candle, akumulasi buy-sell yang terbentuk di hari ini sebagai dasar untuk melihat kecenderungan harga keesokan harinya apakah berpotensi naik atau turun.

Bukan berarti harga saham 1 bulan lalu itu tidak berguna. Tetapi tentu saja pembobotan harga saham 1 bulan dengan harga saham hari ini tidaklah sama, karena harga saham yang terbentuk hari ini adalah harga saham yang PALING BARU. 

Atas dasar inilah, terbentuklah konsep EXPONENTIAL MOVING AVERAGE. Jadi kalau pada SMA pembobotan periode hari dipukul rata (sama semua). 

Maka pada SMA, pembobotan periode hari tidak dipukul rata. Periode harga saham terkini akan diberikan pembobotan yang lebih besar dibandingkan harga saham di periode yang lebih lama. 

EMA VS SMA 

Lalu apa dampaknya untuk trading? Anda bisa lihat perbedaan paling jelas antara settingan Moving Average menggunakan EMA dan SMA. Perhatikan kedua garis MA berikut: 

Exponential Moving Average

Simple Moving Average

Disini kita pakai contoh settingan Moving Average 200 (Lihat garis hijau). Perbedaan EMA dan SMA sangat jelas. Ketika kita menggunakan EMA, garis Moving Average-nya akan LEBIH DEKAT ke harga saham terakhir. Perhatikan chart Exponential Moving Average diatas. 

Hal ini karena pembobotan periode hari pada EMA lebih besar di hari terakhir, sehingga

Sebaliknya ketika kita setting menggunakan Simple Moving Average, maka garis MA-nya LEBIH JAUH ke harga saham terakhir. Dan bisa anda lihat perbedaan jarak MA ke harga saham antara EMA dengan SMA cukup signifikan. 

Kelebihan EMA 

EMA lebih dekat ke harga saham, sehingga sinyal trading yang dihasilkan juga lebih cepat. And bisa melihat lebih cepat saham-saham yang mulai turun ke MA-nya, atau sebaliknya saham-saham yang mulai rebound dari MA-nya. 

Sehingga dengan EMA anda juga bisa melihat lebih cepat perubahan tren dan support resisten saham yang terjadi (Indikator MA juga berguna untuk melihat tren suatu saham).  

Sedangkan kalau anda pakai SMA, indikator MA terlihat cukup jauh dari harga saham saat ini jika dibandingkan dengan EMA. Kalau anda pakai SMA dan anda menunggu harga saham konfirmasi ke garis MA-nya, anda akan menunggu waktu yang lebih lama. Tapi kalau anda pakai EMA, sinyal trading yang dihasilkan akan lebih cepat. 

Kelemahan EMA 

Tetapi EMA juga ada kelemahannya. Kelemahan utama dari EMA adalah potensi fake signal. Karena garis MA lebih dekat ke harga saham, otomatis sinyal trading yang dihasilkan juga lebih cepat. 

Karena sinyal trading yang dihasilkan relatif cepat, hal ini bisa menimbulkan fake signal. Terutama ketika market sedang berada dalam tren turun yang tajam, ketika harga saham turun ke indikator MA, harga saham bisa jadi malah turun lagi dari tren MA-nya. 

Trader mungkin bisa terkecoh membeli saham saat suda turun menyentuh garis EMA, padahal harga saham masih bisa turun lagi karena marketnya bearish. Inilah kelemahan utama EMA di mana garis EMA memberikan sinyal yang cepat ke harga saham, sehingga juga bisa berpotensi menghasilkan fake signal. 

EMA LEBIH EFEKTIF UNTUK TRADING HARIAN 

Kalau anda bertanya mana yang lebih bagus antara SMA dan EMA, maka jawabannya tergantung dari tujuan dan time frame trading yang anda jalankan. 

To be honest, selama pengalaman trading yang saya jalankan, EMA sangat bagus diterapkan untuk trader harian, yaitu trader yang punya tujuan untuk trading cepat (beli jual saham di hari yang sama sampai di bawah 1 minggu). 

Karena sinyal yang dihasilkan EMA relatif cepat, sehingga cocok untuk trading cepat juga. Sedangkan kalau trader harian menggunakan SMA, sinyal yang dihasilkan akan sangat lama. 

Terkadang kita menunggu saham koreksi ke garis SMA, tapi masih jauh dari SMA-nya. Namun saat setting indikatornya diganti pake EMA, harga saham sudah mulai mendekati dan mantul dan EMA. So, EMA sangat efektif untuk trader harian. 

Buat trader yang ingin SWING TRADING atau trading dengan jangka waktu lebih panjang, anda bisa pertimbangkan untuk menggunakan SMA, karena garis SMA lebih smooth ketimbang EMA, sehingga lebih enak untuk trading santai. 

Yap, jadi walaupun sama-sama Moving Average, tetapi perbedaan setting Moving Average akan memberikan hasil yang cukup signifikan. Karena bisa kita lihat pada chart diatas, bahwa perbedaan jarak SMA dan EMA ke harga saham cukup besar. 

Itulah penjelasan tentang Exponential Moving Average beserta kelebihan, kekurangan dan kapan sebaiknya digunakan untuk trading.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.