Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

3 Kesalahan Memasang Take Profit dan Stop Loss

Memasang target adalah hal yang sangat penting dalam trading saham. Target yang kita maksud disini adalah memasang target TAKE PROFIT dan STOP LOSS (Cut loss). 


Karena di dalam trading, anda tidak mungkin menahan saham anda terus menerus. Ada saatnya anda melepas (menjual) saham yang sudah anda beli. Berarti anda harus memasang target harga jual saham. 

Memasang target jual bisa dilakukan dengan take profit, yaitu anda menjual saham diatas harga beli. Anda meraih profit (capital). Sedangkan stop loss (cut loss) berarti anda menjual saham dibawah harga beli. Dalam hal ini, cut loss digunakan sebagai proteksi modal supaya floating loss anda tidak semakin besar. 

[Anda bisa pelajari full praktik dan strategi memasang target profit dan stop loss saham yang tepat disini: Cara Menentukan Take Profit dan Stop Loss Saham yang Tepat.]

Namun dalam praktikknya, trader saham seringkali melakukan 3 kesalahan pada saat memasang target take profit dan stop loss. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi ketika memasang target take profit dan stop loss:

1. Terlalu kaku menentukan target take profit dan cut loss 

Terlalu kaku menetapkan target jual saham... Misalnya anda beli saham ASII di harga 5.100. Anda menetapkan target take profit di 5.300. Anda menganggap bahwa harga 5.300 adalah harga pakem yang tidak boleh diubah-ubah. 

Jadi kalau ASII naik 5.250, anda tidak akan jual sampai harganya mencapai 5.300. Saat ASII naik 5.300, anda harus jual. Anda tidak menunggu target yang lebih tinggi... 

Sebenarnya ini bukan 100% kesalahan. Menenetukan target profit dan cut loss itu adalah hak anda. Tetapi kalau anda terlalu kaku memasang target, terkadang target anda justru berpotensi meleset alias tidak mencapai apa yang anda harapkan. 

Hal ini karena pasar saham itu sangat dinamis dan fluktuatif. Terkadang anda juga perlu menyesuaikan target profit dan stop loss sesuai dengan kondisi market saat itu. 

Saya berikan satu contoh yang terkadang saya alami sendiri. Saya membeli saham ACES di harga 1.550. Kemudian saya memasang target jual di 1.675. Dan benar saja, beberapa jam kemudian, ACES naik sampai 1.610. Saya hold ACES sampai besok akrena target 1.675 belum tercapai. 

Tapi keesokan hari tiba-tiba IHSG mulai turun dan ada berita-berita negatif. IHSG dibuka langsung turun -0,7%. Saham ACES saya dibuka di 1.605. Ketika melihat kondisi market yang tiba-tiba berubah, saya segera take profit saham ACES di harga 1.600. Tidak lama kemudian, ACES balik turun dibawah 1.600. 

Bayangkan kalau saya terlalu kaku menetapkan target: Apapun yang terjadi harus jual di 1.675. Maka target tersebut justru tidak akan tercapai. 

Toh, saya jual saham di 1.600 masih tetap profit, dan bisa buyback lagi di harga bawah. Ketimbang saya ngotot harus jual di 1.675 padahal marketnya tidak mendukung. 

Jadi dalam memasang target profit dan stop loss, hendaknya anda juga bisa melakukan lebih fleksibel, dengan menyesuaikan kondisi market. 

Sebagai referensi tambahan, anda bisa pelajari juga lebih dalam tentang 'aturan' cut loss ketika saham turun disini: Saham Turun: Cut Loss, Hold atau Averaging?  

2. Menetapkan target profit dan cut loss terlalu jauh / terlalu rapat

Kesalahan trader yang sering terjadi adalah menetapkan target profit dan cut loss dengan range harga yang terlalu jauh. Atau sebaliknya, terlalu rapat. Sebagai contoh, perhatikan chart saham berikut: 

Memasang take profit dan stop loss

Perhatikan chart BBRI diatas. Anda ada pada tanda panah, di mana BBRI harganya 3.290. Anda menetapkan target take profit di harga 3.900 (persegi) dan menetapkan cut loss pada harga 2.400 (lingkaran). 

Ini adalah target yang terlalu jauh. Dalam jangka pendek-menengah, target2 ini kemugkinan besar akan sulit tercapai. Oleh karena itu, sebaiknya anda menetapkan target yang lebih realistis. 

Gunakan titik support resisten yang lebih dekat dengan harga saat ini. Anda bisa gunakan titik support resisten krusial, atau support resisten kuat. Karena titik harga yang lebih dekat, akan lebih cepat tercapai.

Di pos ini: Cara Menentukan Take Profit dan Stop Loss Saham yang Tepat, kita juga sudah membahas praktik-praktik untuk menentukan target support resisten yang dapat diaplikasikan langsung ke dalam sistem trading anda. 

3. Menentukan target tepat pada harga support dan resistennya 

Trader seringkali menenetukan target profit dan cut loss tepat berada pada harga support dan resisten. Misalnya anda bisa perhatikan chart BBRI berikut: 


Jika support kuat suatu saham katakanlah adalah 3.000, maka sebaiknya anda mengambil target cut loss sedikit dibawah harga 3.000, jangan tepat pada harga 3.000. 

Karena seringkali terjadi ketika harga saham sudah menyentuh support, harga saham justru berbalik arah / rebound. Tapi kalau saham jatuh dari supportnya, ada kemungkinan harga saham akan mengalami penurunan tren lanjutan. Jadi jika anda menetapkan cut loss, sebaiknya jangan mengambil harga tepat di harga support / harga psikologis. 

Demikian juga ketika anda menetapkan take profit, maka jangan menetapkan take profit tepat di harga resistennya. Tetapkan target profit sedikit diatas atau dibawah harga resisten. 

Sebagai contoh, ketika market bearish, saham-saham yang awalnya sempat naik, biasanya hanya akan bertahan sampai resistennya, kemudin harganya akan balik arah koreksi. Kalau anda pasang harga tepat di resistennya, kemungkinan besar anda, target take profit anda tidak akan tercapai. 

Kesalahan-kesalahan inilah yang seringkali membuat para trader akhirnya kesulitan mencapai target take profit dan salah mengambil keputusan cut loss. 

Melalui pos ini, anda bisa melakukan evaluasi kembali, apakah penetapan target-target yang anda lakukan sudah tepat sasaran atau belum. Kini saatnya anda praktik. SALAM PROFIT. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.