Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Saham: Ukuran Perusahaan

Dalam analisa fundamental, anda mungkin pernah mendengar istilah UKURAN PERUSAHAAN (Company size).  Kalau anda mencari referensi mengenai ukuran perusahaan, maka rumus ukuran perusahaan dilakukan dengan melakukan logaritma natural aset total (Ln Total Aset). 


"Wah apalagi itu logaritma aset total?" Tanya anda. 

Tenang, di pos ini kita nggak akan banyak bahas teori, karena kita ingin melihat langsung bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap pergerakan saham di market, baik secara jangka pendek (trading) maupun jangka menengah-panjang (investasi).

Memang dalam melihat ukuran perusahaan, anda bisa melihatnya dari nilai logaritma natural aset total yang bisa anda hitung melalui excel. Tetapi kita tidak akan pakai itu untuk melihat ukuran perusahaan. 

Sebelum kita bahas lebih banyak, mungkin anda bertanya: "Bung Heze, memang apa kegunaan kita melihat ukuran perusahaan? Apa pengaruhnya buat trading atau investasi saham?"

Jangan salah, ukuran perusahaan juga menentukan minat trader dan investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi LIKUID tidaknya saham tersebut. 

Saham yang likuid akan lebih mudah dianalisa pola chart (grafik)-nya, sehingga hal ini juga membuat anda sebagai trader lebih mudah mempelajari dan mentradingkan sahamnya, ketimbang membeli saham2 yang tidak likuid. 

Secara kita sadari atau tidak, ukuran perusahaan akan mempengaruhi minat market untuk memilih saham2 yang punya company size yang besar, karena perusahaannya lebih menarik.  

Katakanlah ada 3 perusahaan, yaitu perusahaan A, B dan C. Perusahaan A mampu menghasilkan laba bersih Rp1 triliun. Perusahaan B menghasilkan laba bersih Rp50 miliar dan perusahaan C menghasilkan laba bersih Rp20 miliar. 

Tentu saja, dari segi profitabilitas (kemampuan perusahaan memperoleh profit), perusahaan A jauh lebih menarik investor dibandingkan perusahaan B dan C.

Jadi untuk melihat ukuran perusahaan, kita akan menggunakan beberapa kriteria berikut untuk melihat ukuran perusahaan:   
  • Aset total
  • Laba bersih 
  • Earning per Share (EPS)
  • Kapitalisasi pasar (market cap)
  • Tambahan: Jumlah ekuitas atau Return on Equity (ROE)
Catatan: Analisa dan indikator2 ukuran perusahaan di pos ini mungkin jarang anda temukan di referensi-referensi lain, karena saya menganalisa berdasarkan pengalaman pribadi (trading & investasi), serta dari hasil pengamatan pergerakan harga saham berdasarkan ukuran perusahaan. 

Namun ukuran2 yang saya pakai di pos ini, tentu saja bukan ngawur atau asal-asalan. Ukuran2 aset total, ekuitas, market cap, laba bersih, EPS adalah analisa2 yang kerap kali digunakan investor saham untuk melihat perusahaan2 yang bagus dan menarik secara grafik. 

1. Aset total

Aset total penting kita lihat karena besar kecilnya ukuran perusahaan tampak dari aset total. Sederhananya, semakin besar aset total, maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. 

2. Laba bersih dan EPS 

Kemampuan perusahaan memperoleh laba dapat mempengaruhi minat market. Seperti yang kita contohkan diatas tadi. Perusahaan yang bisa menghasilkan laba bersih Rp1 triliun pasti jauh lebih menarik dibandingkan yang laba bersihnya "hanya" Rp50 miliar (dengan catatan perusahaan bergerak di sektor yang sama). 

Laba bersih yang besar, otomatis EPS-nya juga jauh lebih besar. Semakin besar EPS, artinya perusahaan punya kemampuan untuk membagikan dividen per saham lebih tinggi, sehingga perusahaan yang EPS-nya besar, sahamnya lebih diminati. 

3. Kapitalisasi pasar (Market cap) 

Semakin besar market cap (harga saham x jumlah saham beredar), maka semakin banyak jumlah saham yang bisa diperdagangkan oleh trader. Ini artinya, saham yang punya market cap besar, jauh lebih menarik dibandingkan saham2 dengan market cap kecil. 

Perusahaan yang bisa menerbitkan saham beredar dengan jumlah banyak tentu memiliki modal/ ekuitas yang lebih besar dan pendanaan yang lebih kuat dibandingkan perusahaan2 yang saham beredarnya sedikit.      

4. Ekuitas dan ROE 

Sebagai tambahan, ekuitas total juga bisa dimasukkan untuk melihat ukuran perusahaan. Perusahaan yang punya ekuitas lebih besar dibandingkan sektor industri sejenis, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki permodalan yang lebih kuat. 

CONTOH KASUS: SAHAM SEKTOR PAKAN TERNAK  

Sekarang kita akan masuk ke contoh cara melihat ukuran perusahaan yang paling besar di satu sektor industri. Kita akan pakai contoh saham2 di sektor pakan ternak. 

Di sektor pakan ternak, ada lima saham yaitu CPIN, CPRO, JPFA, MAIN dan SIPD. Dari sini, kita bisa lihat perusahaan apa di sektor pakan ternak yang memiliki company size paling besar:  
Analisa saham

Dari kelima saham sektor pakan ternak diatas, dapat kita lihat emiten yang punya company size paling besar adalah PT Charoend Pokhpand Indonesia Tbk (CPIN). 

Secara kasat mata, kita bisa melihat perbandingan yang sangat jauh antara aset total, market cap, jumlah laba bersih yang diperoleh CPIN dibandingkan perusahaan2 di satu sektornya. 

CPIN mampu mmeperoleh laba bersih yang sangat besar (Rp2,2 triliun) dibandingkan JPFA yang "hanya" Rp303 miliar.  Market cap CPIN juga mendominasi dibandingkan perusahaan2 lainnya, di mana market cap sebesar Rp108,23 triliun. Sedangkan peringkat kedua yaitu JPFA hanya sebesar Rp18,12 triliun. 

Kemudian, diikuti dengan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) yang memiliki aset total terbesar kedua. Namun dari segi market cap, masih jauh dibawah CPIN. 

Ekuitas total CPIN juga jauh lebih besar dibandingkan keempat perusahaan lainnya. Sedangkan ROE CPIN juga paling tinggi. 

Sedangkan ketiga emiten lainnya memiliki company size yang jauh lebih kecil dibandingkan CPIN dan JPFA. 

Itulah cara mudah dan simpel untuk melihat ukuran perusahaan. Cara ini juga bisa digunakan untuk melihat perusahaan MARKET LEADER di sektor industrinya. 

Karena salah satu ukuran perusahaan dikatakan market leader adalah ukuran perusahaan yang unggul dibandingkan perusahaan lain pada sektor sejenis. Ukuran perusahaan menunjukkan tingkat kemapanan operasi perusahaan. 

Seperti yang kita sudah ulas, bahwa ukuran perusahaan sebenarnya juga menentukan minat trader dan investor untuk memilih suatu saham. 

Perusahaan yang leading di sektor industrinya, akan lebih banyak menjadi incaran trader dan investor ketika harga sahamnya sedang turun banyak. Di satu sisi, market cap yang besar juga membuat saham menjadi lebih atraktif buat trading. 

Hal inilah yang menjadi jawaban mengapa saham2 di satu sektor industri ada yang likuid dan kurang likuid. Ada saham di satu sektor yang tren-nya bagus secara teknikal dan ada yang jelek.  

Sebagai contoh, anda bisa perhatikan perbandingan grafik saham CPIN vs MAIN berikut:   

Saham CPIN

Saham MAIN

Pada saat saham2 sektor pakan ternak turun drastis, saham CPIN jauh lebih cepat naik dibandingkan saham MAIN yang masih diam di tempat (lihat tanda persegi). Saham CPIN juga punya fluktuatif lebih bagus karena sahamnya punya likuiditas lebih besar. 

Pada umumnya, saham2 yang diincar pertama ketika harganya jatuh adalah saham2 market leader, yang punya company size besar dan leading di sektor industrinya. 

Anda juga bisa perhatikan saham2 blue chip sekelas BBRI BMRI TLKM, yang harga  sahamnya selalu naik duluan ketika harganya sudah jatuh. Baru kemudian disusul dengan saham-saham second liner yang market cap dan company size-nya dibawah saham2 blue chip. 

Analisa ini juga bisa anda gunakan untuk memilih saham, baik buat swing trading ataupun investasi. Katakanlah ada dua atau tiga saham di satu sektor yang sahamnya sama2 turun banyak. 

Anda bingung harus memilih saham yang mana untuk dibeli. Anda bisa prioritaskan berdasarkan company size dan likuiditas (market cap) sahamnya. Dan jangan lupa untuk kombinasikan pula dengan analisa chart (tren dan support resisten).  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.