Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Debt to Equity Ratio (DER) yang Bagus

Dalam analisa fundamental, selain memperhatikan profitabilitas perusahaan, anda juga harus menganalisa kesehatan struktur modal perusahaan. Struktur modal merupakan persentase penggunaan modal perusahaan yang berasal dari utang dan ekuitas.


Inti dari struktur modal adalah melihat apakah perusahaan lebih dominan menggunakan utang atau ekuitas untuk pendanaannya. Salah satu analisa untuk melihat struktur modal perusahaan bisa melalui analisis Debt to Equity Ratio (DER). 

Mengenai cara menghitung DER, tidak akan kita bahas disini, karena kita sudah pernah bahas di pos berikut: Analisis Fundamental: Debt To Equity Ratio (DER). Anda bisa pelajari kembali. 

Disini kita akan bahas mengenai analisa DER yang ideal. Karena ketika saya pernah membahas tentang DER di grup Facebook Saham Gain, saya pernah mendapatkan pertanyaan seperti berikut: 

"Pak Heze, DER-nya saham BBCA itu besar. Berarti itu bahaya buat perusahaan, karena risiko pailitnya akan semakin tinggi."

Jadi idealnya, DER itu akan semakin bagus kalau nilainya kecil. Semakin kecil DER, berarti perusahaan dapat membiayai usahanya dengan alternatif sumber dana diluar utang. 

Ingat bahwa utang yang besar, juga akan berpengaruh terhadap beban bunga yang tinggi. Beban bunga yang besar juga dapat berpengaruh terhadap pengurang laba rugi. Di satu sisi, DER yang besar meningkatkan risiko gagal bayar apabila perusahaan tidak dapat melunasi utang2nya yang menumpuk. 

Inilah kenapa DER yang besar itu risikonya juga besar buat perusahaan. Kalau anda menemukan rasio DER yang hanya berkisar antara satu kali atau bahkan dibawah 1, artinya struktur modal perusahaan AMAN. Karena utang perusahaan kecil, maka utang perusahaan terkontrol, sehingga aman dari risiko gagal bayar. 

Namun dalam praktiknya, kita tidak bisa pukul rata dengan mengatakan DER diatas 1 kali berarti perusahaannya berbahaya, tidak layak investasi, risiko pailitnya tinggi. 

Penggunaan utang yang besar tidak selamanya buruk selama utang tersebut mampu digunakan perusahaan untuk meningkatkan operasionalnya. Maka dari itu, kalau anda mau menyimpulkan aman tidaknya DER perusahaan sebaiknya bandingkan DER perusahaan dengan rata-rata sektor industrinya. 
DER BAGUS = DER YANG RENDAH DIBANDINGKAN SEKTOR INDUSTRI  
Katakanlah DER perusahaan sebesar 2 kali (penggunaan utang lebih besar dua kali lipat daripada ekuitas). Tetapi DER rata-rata industri sebesar 3 kali. Maka DER sebesar 2 kali bisa dikatakan wajar. 

Selain itu, untuk melihat apakah struktur utang perusahaan mengganggu profitabilitas perusahaan, anda bisa lihat analisa beban bunga perusahaan di laporan laba rugi melalui analisa TIER. Kita sudah pernah membahasnya di pos berikut: Analisis Fundamental: Time Interest Earned Ratio (TIER). 

Sebaliknya, jika DER perusahaan relatif lebih besar dibandingkan rata-rata sektor industrinya, maka anda harus waspadai struktur utang perusahaan tersebut. 

Sebagai contoh, saham BUMI memiliki utang 6 kali lebih besar dibandingkan pendanaan ekuitasnya. Perhatikan laporan posisi keuangan BUMI berikut: 

Debt to Equity Ratio

Padahal di sektor mining, rata-rata DER sektor industri hanya sekitar 1 kali atau dibawah itu. Sebagai contoh, saham PTBA memiliki DER hanya sekitar 0,42 kali. Maka dari itu, DER yang jauh diatas sektor industrinya, harus anda waspadai. 

DER SEKTOR PERBANKAN 

Selain itu, DER setiap sektor industri tidaklah sama. Perusahaan consumer goods memiliki DER hingga 3 kali mungkin terlalu besar. Namun untuk perusahaan sektor perbankan, DER sebesar 3 kali adalah wajar. 

DER perusahaan2 bank bisa sampai 4-5 kali lebih. Hal ini karena perusahaan perbankan adalah perusahaan yang salah satu kegiatannya berkaitan dengan simpan pinjam. Nah, simpanan nasabah dalam bentuk tabungan, deposito, giro akan dimasukkan sebagai liabilitas (utang) / kewajiban perbankan. 

Karena uang yang ditaruh nasabah di bank seperti tabungan, deposito, giro merupakan kewajiban / utang perbankan untuk memberikan imbal hasil kepada nasabah, sehingga perbankan mengklasifikasikan akun-akun tersebut ke dalam kewajiban (liabilitas). 


Perhatikan contoh laporan keuangan Bank BNI diatas, di mana pada akun liabilitas terdapat akun Simpanan Nasabah. Justru pada laporan keuangan bank, kontribusi utang paling besar biasanya ada pada simpanan nasabah, deposito, giro. 

Justru semakin banyak nasabah yang menabung di bank atau menepatkan depositonya, maka kredibilitas perbankan semakin bagus. 

Logikanya, kalau bank sepi, dan nggak ada nasabah yang menabung di bank tersebut, apakah anda sebagai calon nasabah berani menempatkan tabungan atau deposito anda di bank yang bersangkutan? 

Tentu tidak kan? 

Anda pasti akan mencari bank yang dikenal masyarakat. Bank yang terbukti punya banyak nasabah dibandingkan bank yang sepi. 

Oleh karena itu, besar kecilnya DER di sektor perbankan menurut saya pribadi kurang bisa dijadikan patokan untuk menilai sehat tidaknya struktur utang bank. Kecuali untuk sektor2 seperti mining, consumer goods, pendanaan struktur modal ini perlu anda perhatikan. 

Kesimpulannya, untuk menilai DER yang bagus ada tiga hal yang perlu anda perhatikan yaitu: 
  1. Jika DER perusahaan hanya sekitar 1 atau dibawah 1, berarti solvabilitas bagus.
  2. Poin satu tidak berlaku untuk perbankan
  3. Bagus tidaknya struktur utang, bandingkan dengan sektor sejenis.
  4. Waspadai jika DER besar, namun laba turun atau bahkan rugi. Artinya, penggunaan utang perusahaan tidak dapat dimanfaatkan secara efektif. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.