Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Strategi Averaging Up Saham

Belum lama ini, ada rekan trader yang bertanya pada saya tentang strategi melakukan averaging up untuk trading saham. Berikut pertanyaannya: 


Pak, pada saat dan situasi gimana yang tepat untuk melakukan average up pada saham yang kita pegang?" Kalau anda belum paham apa itu averaging up, anda bisa baca2 kembali tulisan saya disini: Averaging Down dan Averaging Up Saham. 

SISI POSITIF AVERAGING UP 

Average up itu ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya, kalau anda bisa melakukan average up, itu artinya anda sudah membeli saham di jalur uptrend. Anda menambah porsi saham saat saham lagi uptrend itu bagus. 

Kalau saham anda naik terus, maka profit anda juga semakin besar, karena jumlah lot anda terus bertambah. 

SISI NEGATIF AVERAGING UP

Sedangkan sisi negatif averaging up ada dua. Pertama, dengan terus melakukan averaging up, maka tentu saja harga rata2 saham anda akan semakin tinggi. Supaya nggak bingung, coba perhatikan ilustrasi averaging up berikut: 
Averaging up saham
Kita bisa lihat pada tabel diatas. Awalnya anda membeli saham ANTM di harga 1.000 sebanyak 10 lot. Karena anda baru beli saham sekali, maka harga rata-rata anda adalah 1.000. Setelah itu harga saham ANTM naik ke 1.025. Kemudian anda memutuskan membeli lagi ANTM di harga tersebut sebanyak 17 lot. 

Lalu, ANTM naik ke 1.050. Anda averaging up lagi sebanyak 10 lot. Ketiga, setelah ANTM uptrend lagi ke 1.100, anda averaging up sebanyak 30 lot. Sehingga, harga rata-rata anda sekarang anda 1.058 sebanyak 67 lot (awalnya harga rata2 anda adalah 1.000 sebanyak 10 lot). 

Angka 1.058 didapatkan dari (1.000.000 + 1.742.500 + 1.050.000 + 3.300.000) / (67 lot x 100 lembar). 

Kalau kemudian ANTM harganya naik lagi katakanlah sampai 1.200, nggak masalah, anda semakin untung. Tapi gimana kalau tiba2 ANTM berbalik arah dari harga 1.100. ANTM turun terus sampai 1.070, dan turun terus sampai 1.040? 

Kalau ANTM sudah turun sampai 1.040, maka anda sekarang bukan profit lagi, tapi sudah floating loss, soalnya anda sudah averaging up sampai tiga kali dan harga beli rata2 anda sekarang 1.058 (kalau ANTM turun ke 1.040, tentu saja anda sekarang floating loss, kan?).

Selain itu, floating loss anda otomatis  juga akan semakin besar nominalnya, karena jumlah lot anda sekarang semakin besar.

Nah, tapi kalau anda nggak melakukan averaging up, maka ketika ANTM turun ke 1.040 misalnya, anda masih profit (harga rata2 anda masih 1.000), dan mungkin anda bisa pertimbangkan jual untung ANTM jika anda berpikir ANTM bakalan downtrend lanjutan. 

Sisi negatif kedua, averaging up bisa menyebabkan anda greedy. Kalau anda terus membeli saham saat harganya naik, hal ini menandakan bahwa anda bernafsu untuk mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar. 

Hal ini tidak baik untuk trading anda. Celakanya, sifat greedy ini membuat anda menjadi buta dalam analisa. Kebanyakan trader yang averaging up terus menerus, trader tidak menyadari kalau sahamnya sudah mau turun, sehingga yang sering terjadi adalah, ketika harga rata2 saham anda sudah tinggi, dan harga saham akhirnya benar2 turun, anda yang sebelumnya profit, justru menjadi floating loss.  

KESIMPULANNYA: BOLEH NGGAK AVERAGING UP? 

Tentu saja boleh, tapi anda harus melakukannya secara wajar. Saya menyarankan pada anda untuk averaging up ketika saham anda paling tidak sudah untung (floating profit) sekitar 4% dari harga beli anda. 

Jangan averaging up kalau saham anda baru naik beberapa poin, karena ketika saham anda baru naik beberapa poin, maka anda belum tahu tren selanjutnya, apakah naik lagi atau balik koreksi, kecuali kalau anda sudah yakin dengan averaging up yang anda lakukan. 

Kedua, anda juga harus perhatikan momentum saat averaging up. Artinya, averaging up tidak boleh asal dilakukan dengan cara membeli saat harga naik. Perhatikan analisa tren, momentum market, dan support-resistennya juga yang terbentuk di saham tersebut. 


Ketiga, averaging up dengan modal yang wajar. Jangan rakus ketika averaging up. Lakukan averaging up semampu anda, dan usahakan jangan melakukan averaging up terlalu besar. Misalnya anda membeli saham di harga 1.000 sebanyak 10 lot. 

Lalu anda langsung averaging up di harga 1.050 sebanyak 80 lot. Ada baiknya averaging up dengan jumlah lot yang sama, lebih sedikit atau beberapa lot lebih besar dibandingkan harga beli anda pertama. 

Saran saya, dalam melakukan averaging up pertimbangkan dengan matang keputusan anda, karena banyak kasus di mana averaging up yang dilakukan terlalu sering justru menyebabkan floating loss yang besar ketika harga saham berbalik menjadi koreksi atau bahkan bearish trend. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.