Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Penerapan Strategi Trading Buy On Weakness, Sell On Strengh

Buy on weakness (BOW) adalah strategi saham yang dapat saya katakan strategi trading yang cukup aman. Mengenai BOW ini, saya pernah membahasnya di pos berikut: Buy On Weakness Saham: Strategi Trading yang Aman. Anda bisa baca-baca lagi. 

Kemudian strategi BOW ini masih lanjutannya. Setelah buy on weakness, trader biasanya suka dengan yang namanya sell on strengh (SOS). Jadi kalau digabung, trader dan para analis biasanya menyebut strategi ini dengan buy on weakness, sell on strengh. Untuk selanjuntya, kita singkat jadi BOW SOS aja yaa.. 

BOW SOS ini bahasa gampangnya adalah beli saham di harga bawah dan jual saham di harga resisten puncak. Jadi, anda beli saham di harga yang sangat rendah, dan jualnya di harga yang sangat tinggi. Baca juga: Cara Membaca Rekomendasi Saham. 

Strategi ini kebanyakan disukai oleh trader, karena logikanya profit yang besar dari saham bisa diraih apabila anda membeli saham di harga yang sangat rendah dan kemudian menjualnya di harga yang sangat tinggi. Bukankah begitu? 

Meskipun jujur saja, saya sendiri nggak yakin apakah trader-trader yang gembar-gembor pakai strategi BOW SOS ini bener2 bisa menerapkannya dengan baik. Kenapa saya bilang begitu? Mari saya jelaskan. 

Seringkali trader bisa merealisasikan profit di saham tertentu "hanya" sebesar 5% dalam beberapa hari, tidak jarang banyak trader yang mengkritik: "Ngapain realisasi profit cuman 5%. Jual saham harusnya di harga yang tinggi. Pakailah strategi BOW SOS supaya profitnya terasa". 

Itu kan teorinya... Bagaimana dengan praktiknya broo? Praktiknya, menerapkan strategi BOW SOS ini nggak semudah yang dipikirkan trader. Katakanlah ada saham yang turun diskon hingga ke level support 1.000. Anda kemudian melihat resisten puncak di 1.700 dan akhirnya anda berniat menjual sahamnya di 1.700.

Yang sering terjadi adalah saham sudah naik sampai 1.250, tapi nggak kunjung naik sampai 1.700, dan harga saham malah turun lagi di 1.100-an, dan tidak naik lagi sampai 1.250 dalam kurun waktu yang lama. Di sisi lain, banyak saham lain yang sudah pada terbang. 

Disini trader akan mulai menyesal: Kenapa ya nggak saya jual saja di 1.250. Toh, kalau anda nggak berambisi jual di harga 1.700, dan langsung jual saat naik 1.250, anda sudah untung sekitar 13%. 13% itu gede lhooo cuannya.. 

"Jadi Pak Heze, apakah strategi BOW SOS ini tidak disarankan untuk trader?'' Tanya anda penasaran

Tidak salah. Saya selalu menekankan bahwa strategi trading apapun sangat baik untuk anda, selama anda bisa menganalisisnya dengan baik, dan asalkan metode tersebut cocok untuk anda. 

Tapi banyak trader yang akhirnya gagal menerapkan BOW SOS ini, karena yang ada di pikiran trader adalah mencetak profit sebesar mungkin di pasar saham. Semua trader ingin profit besar, namun pertimbangan2 analisis anda, itulah yang lebih penting.  

Dan dalam praktikknya (bukan bicara teori yaa), saya akui BOW SOS ini tidak semudah yang kita pikirkan, karena seringkali harga saham justru turun sebelum mencapai titik puncak yang kita tentukan. Di satu sisi, sebenarnya kita juga sudah profit lumayan gede. Nah, kalau udah profit lumayan gede, lebih enak jual sahamnya kan? Lalu pindahkan modal anda ke saham lain... 

Penulis pribadi memang banyak membeli saham berdasarkan BOW, namun saya tidak ngotot untuk menerapkan SOS-nya... Dalam arti, kalau memang ada saham yang saya anggap sudah naik, meskipun tidak naik di resisten tinggi, saya akan ambil untung. Profit 5% dari saham itu sudah sangat besar. Jauh lebih baik mendapatkan profit 5%, daripada mengharapkan profit 20%, namun ujung2nya sulit terealisasi. 

Namun pada beberapa saham, penulis memang menerapkan strategi BOW SOS ini. Saya kasih satu contoh bocorannya adalah saham BBRI yang pernah saya beli di harga 3.050-an karena saat itu stock split, dan saya jual ketika harganya benar2 sudah di puncak.. 

Apabila anda mengalami harga saham sering turun duluan dari resisten yang anda terapkan, maka ada baiknya anda menurunkan target take profit anda, dengan logika anda sudah bisa untung 5% misalnya, untuk apa anda mengejar profit 20% yang sulit untuk diraih. Baca juga: Strategi Menentukan Target Take Profit 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.