Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Inti dan Prinsip Dasar Analisis Fundamental - Part II

Baca Part sebelumnya: Inti dan Prinsip Dasar Analisis Fundamental - Part I. Jika anda sudah memiliki tiga poin sebagai fundamentalist (baca part I), anda masih belum dapat dikatakan sebagai fundamentalist sejati. Mengapa demikian? Baca poin keempat.

KeempatToleransi terhadap risiko. Masih ada hubungan dengan poin ketiga. Seumpama Anda membeli saham untuk investasi di harga 250 per lembar. Dalam 4 bulan harga saham naik menjadi 600. Anda senang. Tiba2 karena sektor di industri tersebut ada sedikit guncangan, harga saham Anda dari 600 turun menjadi 500, dan beberapa bulan kemudian turun lagi menjadi 400. Anda panik, dan cepat2 menjual sahamnya. 

Dari kasus diatas, kalau mental Anda tidak kuat melihat saham yang Anda investasikan harganya turun, artinya toleransi Anda terhadap risiko rendah. Apa artinya? Artinya, Anda lebih cocok menjadi seorang teknikalis, bukan fundamentalist. Seorang fundamentalist memiliki toleransi terhadap risiko yang tinggi. 

Harga saham turun sesaat tidak serta merta membuat para fundamentalist panik dan menjual sahamnya. Seorang fundamentalist dengan analisis jangka panjangnya akan tetap memiliki keyakinan yang kuat, bahwa suatu saat harga saham perusahaan akan tetap naik, meskipun terjadi fluktuasi yang membuat harga saham, mungkin, turun agak banyak. 

Dengan catatan, penurunan harga saham perusahan bukan dikarenakan kasus2 diluar dugaan, seorang fundamentalist harusnya memiliki pendirian dan keyakinan yang kuat bahwa saham perusahaan tetap naik untuk jangka panjang. Kasus diluar dugaan contohnya: Tiba2 pabrik perusahaan mengalami kebakaran, operasional perusahaan mandek, utang membengkak. Akhirnya, harga saham turun drastis. 

Kelima. Growth investing atau value investing? Inti analisis fundamental adalah, Anda harus bisa menentukan apakah Anda cenderung lebih suka melakukan pendekatan berdasarkan growth investing atau value investing.

[Growth investing: Strategi investasi dengan membeli perusahaan yang belum mapan, namun punya potensi yang sangat besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Growth investor akan cenderung mencari harga saham yang cenderung masih "murah". Value investing: Strategi investasi dengan membeli perusahaan yang sudah mature, perusahaan yang selalu memimpin sektor industrinya, rajin, membagi dividen]

Jadi, kalau Anda ingin menjadi seorang fundamentalist, Anda harus memiliki seluruh apsek diatas. Kebanyakan para pedagang saham merasa bahwa mereka adalah seorang investor, padahal mereka hanya memiliki tujuan untuk investasi jangka panjang, tanpa mempertimbangkan aspek2 lainnya. 


Menjadi seorang fundamentalist tidaklah mudah. Saya akui, memang lebih mudah menjadi seorang teknikalis. Seorang fundamentalist harus memiliki analisis perusahaan yang jeli, dan Anda harus berani mengambil keputusan investasi, dan menahan saham Anda bertahun-tahun, bahkan tidak langsung menjual pada saat harga saham turun.   

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.