Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Menetapkan Saham Pilihan Trading (Part I)

Anda sudah bisa trading saham sendiri? Berapa lama Anda sudah menjelajahi dunia trading saham? Berapa besar keuntungan yang Anda dapatkan? Saham2 apa yang biasa Anda tradingkan?

Pertanyaan2 itu barangkali sering Anda jumpai kalau adalah trader, apalagi kalau Anda sudah trading lebih dari 2 tahun. Nah, yang jadi masalah: Pernahkah Anda sudah berkecimpung cukup lama (diatas 2 tahun) di dunia saham, tapi Anda justru sering rugi (sering cut loss)? 

Jika ya, maka saya akan mengulas salah satu penyebab utamanya. Tentu, masih ada penyebab2 lainnya, tapi yang akan saya bahas di pos ini juga merupakan masalah yang cukup krusial untuk para trader. So, penyebab utama Anda sering rugi adalah Anda belum bisa menetapkan saham pilihan untuk trading. Baca postingan: Trader Harus Punya Saham Pilihan

Apa maksudnya saham pilihan?  

Saham pilihan maksudnya adalah saham2 yang paling nyaman untuk Anda tradingkan dan yang paling sering menghasilkan profit untuk Anda.  "Terus, bagaimana cara menentukan saham2 dengan tipe seperti itu?" Tanya Anda.

Sekali lagi, saya tekankan pasar modal adalah subjektif. Penilaian setiap orang terhadap prediksi saham bisa berbeda-beda. Jadi, dalam menetapkan saham pilihan untuk trading, tentu saya tidak bisa memaparkan rumusnya untuk Anda, karena setiap trader pasti memiliki saham pilihan sendiri2 tergantung tipe mereka. 

Tapi yang jelas, ciri2 saham pilihan adalah:

1. Saham tersebut bukanlah saham lapis III (saham gorengan atau penny stock)

Saham gorengan arahnya sangat tidak menentu. Bahkan, analisis teknikal pun sulit memprediksi pergerakan saham gorengan. Anda bisa untung banyak dalam sehari, bisa rugi besar dalam sehari. Kalau Anda bilang saham gorengan adalah pilihan Anda, maka jelas itu bukan saham pilihan Anda, tapi lebhi tepatnya Anda hanya spekulasi saja. 

2. Saham tersebut paling mudah Anda prediksi dan hampir selalu benar

Saham tersebut rasanya sangat familiar dengan Anda. Anda bahkan seakan sudah hafal dimana garis support dan resistennya. Anda sudah paham di rentang harga berapa saham tersebut turun dan di rentang harga berapa saham tersebut akan naik lagi.  

3. Anda merasa nyaman jika menaruh dana di saham tersebut dan terbukti menghasilkan profit bagi Anda

Anda seakan tidak ragu untuk memasukkan dana di saham tersebut ketika harga sudah mencapai titik supportnya. Ketika Anda membeli saham tersebut dan menjualnya Anda profit dan Anda merasa nyaman dengan saham tersebut.

4. Barangkali, Anda paling sering men-trading-kan saham tersebut.  

Jika Anda sering sekali trading di saham2 tertentu, maka bisa jadi tanpa Anda sadari itu adalah saham2 pilihan Anda. 

Kalau Anda belum punya saham2 pilihan, menentukan saham pilihan bisa dimulai dari memantau pergerakan saham2 yang likuid, seperti saham2 LQ45, kemudian Anda menyeleksi perlahan saham2 tersebut. Lihatlah, apakah kenaikannya terlalu lama, atau cukup stabil demikian juga dengan penurunannya.

Kalau naiknya terlalu lama, saya sarankan lebih baik jangan dijadikan sebagai saham pilihan. Kecuali, kalau Anda punya tujuan trading untuk mid-term. Salah satu saham yang bagus untuk dijadikan saham pilihan adalah: Saham likuid (bisa lihat dari volume atau daftar LQ45), naik lumayan cepat dan turun juga agak cepat tapi bukan saham gorengan. Contohnya adalah MPPA dan PWON.

"Terus, saham pilihan Pak Heze sendiri apa?"

Saya pribadi, saham pilihan saya tidak banyak, karena menurut saya, saham pilihan sebaiknya jangan terlalu banyak, paling tidak 3-6 saham cukup. Saham2 pilihan saya adalah PWON, MPPA, GIAA, SMRA. Kalau urutan pertama, memang saham PWON yang paling saya sukai. Pertama kali saya trading di pasar saham, PWON saham yang pertama saya beli dan sampai sekarang, portofolio saya paling banyak trading saham PWON.


Tapi perlu diingat, bahwa saham pilihan itu sifatnya tidak mutlak. Maksudnya, saham2 yang dulunya Anda banggakan, bisa saja sekarang sudah bukan jadi saham pilihan Anda lagi. 

Lho, kok bisa begitu?

OK, mari lihat contoh yang saya alami sendiri. 

Dulu saya punya saham pilihan, yaitu APLN. Sering saya tradingkan pada tahun 2014 sampai bulan April 2015. Saya berkali-kali cuan dari saham APLN. Tapi, saya mulai melihat tanda2 kalau saham APLN mulai tidak likuid. Kalau tidak percaya, waktu pasar buka coba Anda bandingkan antrian saham APLN dengan WIKA atau UNVR. Pasti antrian APLN jauh kalah ramai. 

Dan benar saja, pada akhir April 2015 pasar saham jatuh, saya masih pegang APLN dan harganya anjlok saya cepat2 cut loss. Sampai sekarang saya sudah nggak pernah pegang APLN dan harga sahamnya sudah tidak berjaya seperti dulu. APLN akhirnya saya buang dari daftar saham pilihan saya.

Jadi, kalau Anda trader Anda memang harus dituntut aktif memantau pasar. Aktif disini bukan berarti harus memantau setiap menit, setiap jam, tapi paling tidak Anda harus meluangkan waktu. Meluangkan waktu untuk memantau menyeleksi saham2 pilihan Anda. 

Pelajaran berharga dari pos ini  yang ingin saya paparkan pada Anda adalah: Anda harus punya saham2 pilihan Anda sendiri. Jangan sampai Anda tidak punya. Karena, terbukti kebanyakan trader bisa menghasilkan cuan karena mereka memang punya saham2 pilihan mereka sendiri. Jumlah saham pilihan tidak perlu terlalu banyak, paling tidak Anda punya 3-6 saham sudah cukup. Agar Anda tidak susah untuk memantau pergerakannya.

Tidak punya saham pilihan menyebabkan Anda berpotensi lebih besar untuk rugi.  Silahkan baca postingan selanjutnya: Trader Harus Punya Saham Pilihan (Part II).

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.