Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Fundamental: Price to Cash Flow Ratio (PCFR)

Ketika anda sedang melakukan analisa valuasi saham, biasanya rumus yang digunakan adalah Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value Ratio (PBVR). 


Namun tahukah anda ada satu rasio keuangan lagi yang bisa digunakan untuk menilai valuasi saham selain PER dan PBV, yaitu Price to Cash Flow Ratio (PCF) atau dalam Bahasa Indonesia adalah rasio harga saham dibandingkan arus kas. Sesuai namanya, Price to Cash Flow Ratio menilai valuasi berdasarkan cash flow (arus kas) perusahaan. 

RUMUS PRICE TO CASH FLOW RATIO 

Price to Cash Flow

Cash Flow per Share

Price to Cash Flow Ratio dihitung dengan membagi harga saham dengan cash flow per share / arus kas per saham. Untuk cash flow per share (CFPS) rumusnya adalah operating cash flow dibagi dengan jumlah saham beredar. 

Untuk harga saham, anda bisa ambil harga saham perusahaan yang paling update. Sedangkan untuk Operating Cash Flow, anda bisa ambil pada laporan keuangan arus kas pada bagian total Arus Kas Aktivitas Operasi. 

Sedangkan Informasi jumlah saham beredar bisa anda lihat di IDX atau di laporan keuangan. Baca juga: Cara Mencari Jumlah Saham Beredar di Laporan Keuangan dan Cara Mendapatkan Data Jumlah Saham Beredar di IDX. 

KEGUNAAN PRICE TO CASH FLOW RATIO 

Anda mungkin bertanya-tanya: "Kan untuk hitung valuasi saham sudah ada PER dan PBV. Lalu apa kegunaan Price to Cash Flow Ratio ini buat analisa valuasi? Dan kenapa harus menggunakan arus kas operasi untuk analisa?" 

Seperti kita ketahui, PER digunakan untuk valuasi saham berdasarkan pada ukuran laba bersih. Sedangkan PBV menilai valuasi berdasarkan ukuran ekuitas. 

Namun dalam praktikknya, komponen laba bersih (untuk menghitung PER) bisa saja didapatkan dari item-item non-cash seperti depresiasi atau selisih kurs mata uang asing. 

Padahal dalam praktik analisa fundamental, kita juga perlu melihat analisa kesehatan keluar masuknya arus kas secara riil. Dalam hal ini, muncullah price to cash flow ratio yang digunakan untuk menganalisa valuasi saham menggunakan ukuran arus kas secara riil. 

Dengan menganalisa valuasi berdasarkan aliran arus kas tunainya, maka anda bisa menganalisa apakah perusahaan memiliki aliran kas yang sehat atau tidak. Sebab investor pasti tidak akan berinvestasi pada perusahaan yang perputaran uangnya tidak sehat / macet. 

Jadi untuk anda yang ingin menganalisa valuasi dengan melihat lebih jauh aliran arus kasnya secara riil, maka PCFR adalah ukuran yang lebih baik ketimbang PER, karena arus kas riil lebih sulit dimanipulasi ketimbang laba bersih. 

CARA MEMBACA PRICE TO CASH FLOW RATIO  

Sama seperti PER dan PBV, semakin besar PCFR, maka semakin mahal / tinggi valuasi saham perusahaan. Katakanlah PCF sebesar 5 kali, Itu artinya harga saham saat ini adalah 5 kali lipat dari aliran cash flow per lembar saham. Semakin besar rasio ini, berarti semain tinggi harga saham dibandingkan cash flow yang dihasilkan perusahaan. 

Namun PCFR ini bukanalah analisa yang bisa berdiri sendiri. Tidak ada analisa yang 100% bisa menjadi jawaban buat menilai saham yang undervalued ataupun overvalued. Anda harus membandingkan rasio ini dengan perusahaan di sektor sejenis untuk melihat apakah saham perusahaan sudah murah atau overvalued. 

Sederhananya, jika rasio PCF perusahaan berada dibawah rata-rata sektor sejenis, maka dapat dikatakan valuasi saham perusahaan murah (undervalued). Demikian pula sebaliknya. 

CONTOH PRICE TO CASH FLOW RATIO 

Sekarang kita akan menganalisa cara menghitung price to cash flow ratio pada laporan keuangan perusahaan secara riil. Kita akan menggunakan contoh laporan keuangan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). 

Untuk melihat arus kas operasi, anda bisa lihat di laporan arus kas pada bagian arus kas dari aktivitas operasi: 

Klik gambar untuk memperbesar 

Yap, untuk menghitung PCFR, anda bisa ambil total Kas Neto yang Diperoleh dari Aktivitas Operasi seperti yang anda lihat pada laporan keuangan diatas. Laporan keuangan ICBP menggunakan angka Jutaan Rupiah, jadi Operating Cash Flownya sebesar: 9.336.780.000.000. Berikut perhitungan PCFR saham ICBP: 

Cash Flow per Share

Price to Cash Flow

Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai rasio price to cash flow ICBP adalah sebesar 10,6 kali. Artinya, valuasi saham ICBP dinilai sebesar 10,6 kali. Harga saham ICBP saat ini adalah 10,6 kali lipat dari aliran cash flow per lembar sahamnya.

Pada umumnya, valuasi saham yang murah (baik PER maupun PCFR) jika nilainya dibawah 10 kali. Namun seperti yang kita tuliskan diatas, bahwa untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, anda harus membandingkan dengan perusahaan di sektor sejenis. 

Sama seperti analisa rasio lainnya, PCFR ini tidak bisa berdiri sendiri, karena pada dasarnya tidak ada analisa rasio manapun yang dapat digunakan secara satu arah untuk menilai bagus tidaknya perusahaan. 

Menilai fundamental juga tidak disarankan cuma melihat dari segi valuasinya saja. Karena valuasi saham tidak bisa 100% mewakili fundamental. Sebagai contoh, untuk sektor perbankan anda juga perlu melihat risiko kredit macet selain valuasi saham. 

Selain analisa valuasi, anda harus menggunakan kombinasi analisa keuangan lainnya seperti ROE, DER, EPS, tren profitabilitas selama 5 tahun dan lain-lain, serta analisa-analisa fundamental kualitatif (tata kelola, analisa sektoral). 

Karena tidak selalu saham yang valuasinya murah, harganya pasti naik. Faktor-faktor fundamental lainnya dan sektoral bisnis saham tersebut juga sangat mempengaruhi minat investor. 

Sebagai referensi belajar analisa fundamental tambahan, anda bisa pelajari full praktik analisis fundamnetal saham untuk mencari saham2 bagus jangka menengah - panjang disini: Ebook Analisis Fundamental Saham Pemula - Expert. 


PER VS PCFR 

Dalam analisa valuasi saham, mana yang sebaiknya digunakan, PER atau PCFR? Seperti yang kita bahas diatas, PCFR memiliki kelebihan dibandingkan PER, karena PCFR melihat analisa valuasi dari segi arus kas-nya secara langsung, sehingga tidak bisa dimanipulasi seperti halnya laba bersih. 

Tetapi di dalam praktik yang kita jumpai, memang PER masih lebih populer dibandingkan PCFR. Kalau anda ingin mencari valuasi yang lebih menekankan pada aliran kas, anda bisa gunakan valuasi PCFR. 

Namun kalau anda lebih memilih untuk menggunakan analisa valuasi yang lebih populer dan sering dipakai, anda bisa gunakan PER. Dalam analisa valuasi, anda juga bisa mengkombinasikan keduanya, atau memilih salah satu rasio yang anda anggap nyaman untuk dipakai, asalkan anda menggunakan secara konsisten.

KESIMPULAN PCFR 

Kesimpulannya, Price to Cash Flow Ratio adalah analisa yang digunakan untuk menilai valuasi saham (mahal murah saham berdasarkan analisa fundamental), dengan menggunakan ukuran cash flow (arus kas operasi). 

Semakin rendah PCFR, berarti valuasi harga saham semakin murah. Semakin tinggi nilai PCFR, maka valuasi harga saham semakin mahal. Tidak ada ukuran pasti berapa nilai PCFR yang murah.

Umumnya, valuasi yang murah adalah valuasi dibawah 10 kali. Ada baiknya juga anda membandingkan dengan sektor perusahaan sejenis. Di satu sisi, valuasi PCFR yang murah bukan berarti saham tersebut layak diinvestasikan. 

Karena ada banyak faktor yang bisa menyebabkan saham menjadi murah. Bisa jadi karena memang market sedang turun, sehingga saham2 valuasinya murah. Atau kinerja fundamentalnya jelek, sehingga saham pantasi dihargai murah. 

Oleh karena itu, analisa valuasi seperti PCFR tidak bisa berdiri sendiri. Anda harus mengkombinasikan dengan analisa fundamental lainnya.   

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.