Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Apa Tujuan Perusahaan Menyisihkan Sebagian Laba Ditahan Perusahaan?

Pada saat anda belajar analisis laporan keuangan, anda pasti tidak asing dengan istilah LABA DITAHAN. Sesuai namanya, laba ditahan adalah laba bersih perusahaan yang tidak dibagikan kepaa pemegang saham / investor. 



Di pos ini kita tidak akan bahas banyak tentang definisi dan cara mencari laba ditahan di laporan keuangan, karena kita sudah pernah membahasnya secara lengkap pada pos tersendiri. 


Pada pos ini, kita akan membahas lebih banyak analisa mengapa perusahaan selalu menyisihkan laba bersih sebagai laba ditahan. Bahkan banyak perusahaan yang menyisihkan sebagian besar (lebih dari 50%) laba bersihnya sebagai laba ditahan dan tidak dibagikan pada pemegang saham. 

Apa tujuan perusahaan menyisihkan sebagian laba ditahan perusahaan? Berikut tujuan-tujuan perusahaan menyisihkan sebagian laba ditahan: 

1. Sebagai modal untuk ekspansi usaha 

Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha, yaitu dengan menambah kapasitas mesin, wilayah operasional (menambah pabrik) tentu membutuhkan pendanaan baik pendanaan utang dan ekuitas. 

Laba ditahan merupakan salah satu pendanaan yang bisa dilakukan perusahaan untuk mencukupi kebutuhan ekspansi usaha. Hal ini karena laba ditahan akan masuk ke dalam ekuittas perusahaan, di mana ekuitas menjadi salah satu sumber pendanaan untuk membiayai ekspansi usaha. 

Perusahaan yang sedang dalam tahap ekspansi, biasanya membutuhkan pendanaan lebih besar, sehingga umumnya perusahaan cenderung akan menyisihkan lebih banyak laba bersih sebagai laba ditahan, ketimbang membagikan dalam bentuk dividen.  

2. Melunasi kewajiban (utang)

Laba ditahan juga berguna untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo (utang). Untuk melunasi utang, perusahaan harus memiliki ketersediaan dana yang salah satunya berasal dari keuntungan (profit) yang diraih. 

Profit atau laba bersih yang tidak dibagikan pada pemegang saham akan memudahkan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya. 

3. Sebagai langkah antisipasi 

Perusahaan harus memiliki laba ditahan karena hal ini juga berguna sebagai langkah antisipasi apabila sewaktu-waktu perusahaan membukukan kerugian bersih, di mana rugi bersih tentu akan mengurangi komponen laba ditahan. 

Kalau perusahaan pada tahun2 sebelumnya sudah memiliki laba ditahan yang cukup besar, maka perusahaan masih dapat menutup rugi bersih di periode berjalan menggunakan surplus laba ditahan yang dimiliki perusahaan. 

Laba ditahan juga tidak dibagi ke pemegang saham dengan tujuan untuk membiayai operasional perusahaan yang sifatnya tidak terduga, misalnya perusahaan dalam waktu dekat harus membeli mesin baru atau ekspansi.  

Jadi laba bersih tidak dibagi dalam rangka untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa mendatang, sehingga ketika menghadapi ketidakpastian, perusahaan sudah memiliki laba ditahan yang mencukupi.

4. Memenuhi peraturan regulator 

Peraturan dari regulator khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan syarat-syarat pada perusahaan go public agar perusahaan memiliki kecukupan ekuitas, di mana salah satu komponen ekuitas berasal dari laba ditahan. Oleh karena itu, perusahaan juga harus memiliki laba ditahan, untuk memenuhi kecukupan ekuitas. 

5. Membiayai operasional perusahaan

Laba bersih tidak dibagikan dengan tujuan untuk membiayai operasional bisnis perusahaan termasuk ekspansi usaha seperti yang kita bahas di poin pertama. Operasional perusahaan biasanya dibagi dalam beberapa hal: 

- Laba ditahan untuk modal kerja (operasional)
- Laba ditahan untuk investasi / pembelian mesin baru
- Laba ditahan untuk perbaikan mesin pabrik 

Itulah 5 tujuan perusahaan menyisihkan sebagian laba ditahan perusahaan.. 

Jadi memang idealnya, tidak semua laba bersih yang diraih perusahaan wajib dibagikan kepada pemegang saham, karena sejatinya perusahaan juga membutuhkan cadangan modal dalam bentuk laba ditahan untuk hal-hal yang sudah kita bahas tadi. 

LABA DITAHAN PERUSAHAAN YANG IDEAL

Lalu berapa persen laba ditahan perusahaan yang ideal? Biasanya, setelah perusahaan mendapatkan laba bersih di periode berjalan, perusahaan akan memutuskan untuk membagikannya dalam bentuk dividen sebesar persentase yang disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

Tapi ada juga perusahaan yang walaupun memperoleh laba bersih, tidak membagikannya sebagai dividen alias 100% laba bersih dimasukkan dalam laba ditahan. Biasanya hal ini terjadi pada perusahaan2 yang sedang dalam tahap ekspansi, sehingga membutuhkan modal lebih besar untuk pengembangan usaha. 

Di satu sisi, untuk tujuan2 lain perusahaan juga bisa memutuskan untuk tidak membagikan laba bersih dalam bentuk dividen, misalnya setelah periode2 sebelumnya perusahaan selalu mencetak rugi bersih dan pada periode ini perusahaan bisa meraih laba bersih, maka perusahaan boleh tidak membagikan laba bersihnya sebagai dividen terlebih dahulu. 

Tidak ada aturan baku mengenai jumlah laba ditahan ideal yang seharusnya dimiliki perusahaan. Akan tetapi, memang sebaiknya perusahaan juga menyisihkan paling tidak 50% laba bersih sebagai laba ditahan dan tidak membagikan semua laba bersih sebagai dividen, kecuali kalau perusahaan sudah benar2 mapan. 

Karena perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki laba ditahan. Laba ditahan juga memiliki banyak manfaat untuk perusahaan. 

Sebagai contoh, kita bisa perhatikan perusahaan2 blue chip sekelas Bank BCA, Bank BRI, Indofood, Telkom, di mana perusahaan selalu membagikan laba bersih sebagai dividen sekitar 30-50%, sedangkan sisanya masuk sebagai laba ditahan. 

Sehingga, setiap periode perusahaan selalu memiliki laba ditahan dan menambah ekuitasnya. Hal ini juga mempengaruhi kesehatan struktur modal perusahaan. 

Kalau kita rangkum, berikut 5 alasan Tujuan Perusahaan Menyisihkan Sebagian Laba Ditahan Perusahaan:

Apa Tujuan Perusahaan Menyisihkan Sebagian Laba Ditahan Perusahaan?

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.