Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Jual Saham Harga Murah atau Mahal?

Kalau saya tanya pada anda: Apakah anda memilih menjual saham anda di harga murah (rendah) atau mahal (tinggi), mayoritas anda (pasti) memilih untuk menjual saham di harga tinggi. 

Logikanya, siapa sih yang nggak mau menjual saham di harga yang mahal? Setiap dari kita pasti ingin bisa jual saham di harga tinggi. 

But let's be logic... Kebanyakan edukasi2 saham akan mengatakan dan mengajurkan anda untuk menjual saham anda di harga yang tinggi. Tapi apakah trader bisa selalu menerapkan jual saham di harga yang tinggi atau bahkan sangat tinggi? 

Dalam banyak praktik trading, anda mungkin bisa menjual saham di harga tinggi / mahal. Letika momen untuk membeli saham di harga murah sudah tepat, maka anda bisa menjual di harga yang lebih tinggi. Baca juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon dan Murah. 

Demikian juga ketika anda memilih saham yang benar untuk trading, maka anda bisa hold saham lebih lama, dan anda bisa jual di harga mahal (swing trading atau trend follower). 

Namun ada saat-saat di mana anda juga harus fleksibel dalam menetapkan target profit. Tidak setiap saat anda bisa menjual saham di harga yang sangat tinggi. 

Tinggi rendahnya target take profit anda, selain bergantung pada saham yang anda pilih, dan analisa teknikal yang benar, juga SANGAT TERGANTUNG pada dua kondisi berikut:  

1. Jangka waktu trading  

Jangka waktu trading sangat menentukan target take profit. Semakin panjang time frame trading anda (itu berarti frekuensi trading anda juga semakin sedikit / jarang), maka anda bisa menetapkan target jual saham di harga yang lebih tinggi. 

Sebaliknya, kalau anda berniat untuk trading cepat atau trading harian (intraday trading), maka hendaknya anda menetapkan target jual di harga yang lebih rendah daripada target anda kalau anda mau trading lebih panjang, misalnya swing trading. 

Frekuensi trading harian akan jauh lebih banyak dibandingkan jika anda hold saham lebih lama, dan jangka waktu tradingnya tentu juga jauh lebih singkat. Maka dari itu, buat anda trader harian, anda harus menetapkan target jual yang tidak terlalu tinggi.

"Kenapa begitu Pak Heze? Masa trader harian nggak bisa menetapkan untung 20% sehari?" Protes anda.  

Well, terkait hal itu, saya sudah pernah menjelaskannya di pos ini tentang frekuensi trading: Frekuensi Trading Saham Ideal. Anda bisa baca-baca kembali. 

Intinya, berapa cepat atau lamanya anda mau menjual saham / strategi trading yang mau anda pakai itu sangat sangatlah menentukan target profit yang realistis yang anda tetapkan. 

Sebagai contoh, anda mau trading harian itu berarti anda menjual saham anda sehari setelah anda beli atau bahkan anda jual saham di hari yang sama. Baca juga: Cara Mencari Saham Bagus untuk Intraday Trading. 

Maka jelas tidak realistis kalau anda mau jual saham anda 15% dalam sehari. Apalagi kalau anda tradingnya di saham-saham lapis dua atau LQ45, maka jarang sekali ada saham likuid yang bisa naik sampai 15% dalam sehari. 

Jadi nggak logis kalau anda mau jual saham di harga setinggi langit padahal jangka waktu trading anda cukup singkat / harian. Buat trader jangka pendek (harian), anda cukup menetapkan target profit 1-4% net saja dari harga beli. 

Tapi karena anda trading jangka pendek, maka frekuensi trading anda ini lebih sering dilakukan. Jadi walaupun target profit anda "hanya" 1-4%-an, tetapi anda bisa mendapatkannya dengan lebih banyak / sering. 

Hal ini beda dengan strategi buy and hold / swing trading misalnya. Kalau anda mau hold saham-saham yang bagus untuk beberapa minggu, maka anda bisa menetapkan target jual anda 7-15% dalam waktu yang lebih lama. Soalnya kalau anda mau buy and hold dan anda cuma nmenetapkan target jual 1%, maka nanggung sekali. Baca juga: Strategi Swing Trading Saham. 

Tetapi untuk strategi buy and hold ini, frekuensi trading anda akan lebih sedikit (karena anda lebih banyak hold saham). Jadi anda dapat jual di harga tinggi, namun frekuensi trading anda nggak sebanyak trader harian. 

Nah, di kebanyakan edukasi2 saham yang saya temui, banyak yang selalu menyarankan trader untuk jual saham di harga tinggi biar cuannya gede, tanpa memberikan praktik2 lebih lanjut terkait strategi trading yang dipakai. 

Padahal, tidak semua strategi trading itu bisa diterapkan target jual yang sama. Sebagai trader, anda juga harus realistis dalam menetapkan target profit. Jangan maunya untung besar dalam semalam setiap harinya. 

Karena di dalam trading, anda juga butuh analisa yang benar, tidak hanya asal beli saham yang kelihatannya naik, tanpa tahu kenapa saham tersebut bagus secara teknikal. Anda yang lebih kritis mungkin akan bertanya lagi: 

"Tapi Pak Heze, gimana kalau saya beli saham-saham gorengan saja? Kan bisa naik 20% cuma dalam beberapa menit? Berarti kan bisa menetapkan jual di harga tinggi?" 

Iya sih saham gorengan memang bisa naik 20% atau lebih dalam sehari. Bahkan waran bisa naik diatas 30%. Tapi anda yakin mau trading terus di saham2 seperti itu? 

Saham2 seperti itu risikonya besar, pergerakannya tergantung dari bandar, sahamnya nggak likuid, banyak "jebakan batman".

Banyak sekali trader yang mau untung cepat, akhirnya nekad terjun di saham2 ini, walaupun terkadang trader sesekali beruntung, tapi di hari2 berikutnya trader mengalami rugi besar, dan sahamnya nyangkut.

Celakanya, kalau udah nyangkut di saham gorengan (trader nggak mau cut loss), maka kualitas portofolio anda akan menurun, karena mayoritas saham gorengan harga sahamnya nggak kembali ke harga awal, dan bahkan banyak saham gorengan yang ujung2nya "ditinggal bandar". 

2. Kondisi market

Jangan pernah melupakan kondisi market / IHSG saat ini. Terkadang begini, anda sudah menetapkan mau jual saham di harga tinggi, namun karena kondisi IHSG lagi jelek, banyak saham yang naik sebentar lalu turun lagi, maka ya anda harus menyesuaikan juga sama kondisi market. 

Kalau market lagi strong bearish, banyak sentimen2 jelek, jangan memaksakan untuk hold saham terlalu lama dan jual di harga terlalu tinggi. 

Dalam kondisi market yang lagi jelek, anda cukup manfaatkan technical rebound jangka pendek, dan pilih saham2 yang mudah naik setelah turun.

Sebaliknya kalau kondisi marketnya lagi ijo, lagi bagus, disitulah anda bisa manfaatkan untuk beli saham2 yang sudah turun, dan juallah saham anda di harga yang tinggi. 

Dua faktor ini yang harus anda perhatikan sebelum anda memutuskan apakah anda mau jual saham anda di harga tinggi atau di harga yang lebih rendah, mungkin anda cuma jual beberapa fraksi diatas harga jual anda (Toh kalau konsisten profitnya juga besar).

Sebenarnya kalau kita bicara soal jual saham di harga tinggi atau rendah, ukurannya cukup relatif. Karena semua juga bergantung pengalaman masing2 trader. Kalau anda biasanya bisa untung di saham 5% dalam seminggu, maka untung 1% seminggu akan terasa kecil. 

Namun kalau anda biasanya sering rugi, dan anda bisa untung konsisten 1% seminggu, maka untung 1% seminggu akan terasa besar dan sangat menyenangkan. 

Yang lebih penting adalah, anda harus bisa jadi trader yang REALISTIS, dan menyesuaikan dengan target dan strategi trading anda. 

Apalagi kalau anda bisa untung 1-4% dalam jangka pendek secara konsisten, anda yang sudah pengalaman di dunia trading, anda sudah paham bahwa untung segitu bukanlah untung yang kecil. 

Satu hal lagi, selalu lakukan analisa sebelum membeli saham maupun menetapkan target jual. Jangan hanya terpengaruh oleh kata-kata diluar yang mengatakan "jual saham itu harus di harga yang tinggi". Sekali lagi, sesuaikan dengan kondisi, trading plan dan target2 yang sudah anda tetapkan. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.