Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Beli Saham IPO atau Beli Saham Lama?

El Heze
Dengan semakin bertambahnya jumlah saham go public di Indonesia yang melalui proses initial public offering (IPO), maka baik para trader maupun calon investor akan semakin memiliki banyak variasi saham. Saham2 yang sering menarik perhatian adalah saham2 yang baru saja IPO atau melantai di Bursa. 

Saham yang baru IPO akan menjadi sanat menarik karena beberapa hal. Pertama, saham2 IPO biasanya akan cenderung naik tinggi saat hari-hari awal melantai di Bursa Efek. Kedua, saham2 yang baru IPO yang memiliki prospektus yang bagus dan yang produknya dikenal oleh masyarakat biasanya akan menarik perhatian investor maupun trader. 

Saham yang baru IPO itu ibarat barang baru. Barang baru umumnya terlihat lebih menarik. Jadi, apakah dengan membeli saham IPO seorang pemain saham bisa mendapatkan untung yang lebih besar?Apakah sebaiknya anda membeli saham IPO atau saham yang sudah lama melantai di Bursa Efek? 

Membeli saham IPO sebenarnya tidak masalah, tapi anda perlu ingat bahwa saham yang baru IPO itu memiliki risiko yang jauh lebih tinggi, terutama kalau anda ingin investasi pada saham2 IPO. Ada beberapa alasan mengapa saya mengatakan bahwa saham IPO memiliki kecenderungan risiko yang lebih tinggi:

1. Kepastian saham IPO di masa depan masih belum jelas 

Saya mengatakan hal ini karena saya sudah menemukan banyak sekali saham2 IPO yang awalnya digembar-gemborkan oleh analis, pakar saham, dan lain2 akan menjadi saham yang akan bersinar setelah IPO, tapi kenyataannya saham tersebut dalam 1-1,5 tahun harganya justru jatuh. 

Sebagai contoh, perhatikan saja saham2 seperti POWR, PRDA. Lihat grafiknya selama 1,5-2 tahun setelah IPO. Kalau anda berpikir ingin meraup untung besar dari saham2 tersebut dalam waktu 1 tahun setelah anda membeli sahamnya, maka nilai pasar saham anda akan mengalami penurunan yang cukup besar. 

Saat saham tersebut akan melantai2 di Bursa, sudah banyak analis yang memberikan harga wajar saham tersebut di atas harga IPO dengan berbagai tetek-bengek analisisnya. Tapi kenyataannya justru berbanding terbalik. 

Hal ini dikarenakan kita harus melihat kinerja perusahaan tersebut setelah go public. I mean, terlalu dini kalau anda mengatakan perusahaan A bagus hanya karena melihat prospektusnya. Selain itu, pemain saham kemungkinan besar juga memiliki kecenderungan untuk main di saham2 yang sudah lama melantai yang sudah ada grafiknya. 

Saya tidak mengatakan bahwa saham2 yang sudah lama melantai di Bursa pasti akan lebih bagus. Tapi setidaknya, kalau anda membeli saham2 yang prospeknya jelas seperti BBCA, JSMR, kepastian saham2 tersebut akan lebih jelas daripada saham2 yang baru melantai. 

2. Pergerakan saham terlalu liar

Pergerakan saham pasca IPO biasanya sangat liar. Kenaikan sangat cepat, demikian juga dengan penurunannya. 

Selain itu, banyak saham2 yang naik 25% sehari, tapi sahamnya sangat tidak likuid. Tentu saja, kalau anda membeli saham2 seperti ini dan tidak menyeleksi terlebih dahulu, nilai saham anda bisa tergerus habis. 

Terus gimana dengan saham2 seperti CLEO, TOPS dan ZINC yang naik sangat tinggi setelah IPO?

Nah kembali lagi, pergerakan saham2 saat IPO terlalu liar ini cenderung mengandun risiko yang besar. Kalau anda punya tipikal trader, memang ada baiknya anda memanfaatkan momen2 seperti ini untuk trading. 

Tapi anda harus bisa menyeleksi saham dan jangan terus tergiur untuk mengejar saham2 yang baru IPO. Sebagai gambaran, saya ikut trading di saham CLEO, tapi setelah saham ini 'sudah ada grafiknya', sudah ada titik support-resistennya.   

Jadi, untuk menghindari risiko yang terlalu besar, baik untuk investor maupun trader saham, ada baiknya anda lebih cenderung membeli saham2 yang sudah melantai di bursa. Jangan membeli saham yang baru 1 hari atau beberapa hari melantai di Bursa hanya karena ingin profit yang besar.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.