Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Penyebab Turunnya Harga Saham Secara Cepat

Pergerakan harga saham itu selalu mengalami fluktuatif. Ketika harga saham naik, maka nggak mungkin selamanya harga saham akan naik. Pasti ada masa di mana harga saham akan turun setelah mengalami uptrend. Demikian pun sebaliknya, harga saham yang turun pasti ada masanya untuk naik / rebound lagi. 

Nah, yang seringkali menjadi dilema bagi sebagian besar trader, gimana kalau harga saham yang awalnya naik atau pergerakannya baik-baik saja, tiba-tiba harga sahamnya turun terus? Saya beri contoh kasus ASII yang harga sahamnya sempat anjlok "tidak wajar".

ASII ini adalah saham blue chip yang biasanya harganya di kisaran 8.600. Akan tetapi, tiba-tiba ASII terus turun sampai ke harga 8.000. Memang ASII mencatat penjualan terendah selama kuartal tersebut waktu itu. Tetapi apakah hanya karena hal itu maka harga saham ASII sampai turun sebanyak itu? 

Bisa jadi alasan fundamental bisa membuat harga saham turun. Namun di satu sisi, fluktuatif pasar saham juga berkaitan dengan psikologis, bukan hanya fundamental. Sehingga, alasan fundamental (laporan kuartal dan sebagainya) bukanlah satu-satunya yang menyebabkan harga saham turun dalam jangka pendek. 

Penyebab turunnya harga saham secara cepat pada saham-saham blue chip atau saham-saham yang biasanya likuid dan baik-baik saja, sebenarnya ada 2 (dua) hal utama yang bisa menjelaskannya: 

1. Secara analisis teknikal sudah jenuh beli

Banyak saham yang harga terkoreksi selama berhari-hari. Ternyata kalau kita lihat dari chartnya saja harganya sudah naik tinggi sebelumnya. Jadi, wajar saja kalau harga sahamnya kemudian koreksi, karena nggak mungkin selamanya harga saham akan naik terus tanpa ada turunnya sama sekali. 

Contohnya, coba anda perhatikan NIKL yang harganya sempat menyentuh 6.000 kemudian jatuh hingga ke 2.500-an. Turunnya NIKL salah satunya dikarenakan harga sahamnya sudah naik drastis selama satu tahun. Turunnya harga saham ini mengindikasikan adanya jenuh beli.

2. Pemain saham asing banyak yang melakukan net sell

Penyebab kedua inilah yang sering terjadi. Terkadang ada saham yang terlihat sudah koreksi, seperti ASII yang saya bahas tadi, tapi harganya kok masih turun terus. Hal ini biasanya dikarenakan pemain saham asing banyak yang melakukan net sell secara besar-besaran dalam beberapa hari terakhir sampai sekarang. 

Jadi, nggak peduli laporan keuangannya laba, nggak peduli penjualannya naik, nggak peduli pangasa pasarnya segede apapun, lha kenyataannya kalau asing mau net sell terus, gimana harga sahamnya nggak turun? Hal ini sering terjadi pada saham-saham blue chip. 

Lalu, kenapa asing melakukan net sell terus secara besar-besaran? Kita tidak akan pernah mengetahuinya secara pasti. Bisa jadi asing memang berencana untuk beli lagi di harga bawah dengan jumlah besar supaya bisa cuan di harga atas, who knows?

Disini trader juga harus dituntut kejeliannya. Misalnya, kalau anda melihat asing masih melakukan jual besar-besaran, maka hindari dahulu saham tersebut meskipun harganya sudah diskon (walaupun net sell asing bukanlah patokan utama, tetapi dalam beberapa kasus net sell dan net buy asing bisa menjadi pertimbangan dan analisis).

Sekali lagi saya tekankan pada anda, pasar saham itu berkaitan dengan psikologis. Anda dan saya tidak mungkin bisa membaca pikiran dari berjuta-juta orang yang mentradingkan saham-saham di Bursa Efek. Baca juga: Analisa Teknikal Vs Market.

Intinya, di pasar modal nggak ada rumus pasti. Anda harus jeli dalam menganalisis setiap informasi yang ada, anda harus memilah setiap berita-berita yang ada, dan dalam trading jangan pernah melupakan analisis teknikal.  

2 komentar:

  1. Bung Heze , bisa kita BOW aja ASII ini ? Kalo rebound nikmat juga

    ReplyDelete
  2. ASII trennya masih turun.. Kawal terus saja kalau rebound volume gede baru bisa BOW... Sekarang kayaknya masih belum tepat

    ReplyDelete

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.