Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Hubungan Kenaikan Suku Bunga terhadap Harga Saham

El Heze

Suku bunga AS kembali naik 75 bps setelah rapat The FED 27 Juli lalu, sementara Indonesia masih mempertahankan suku bunga di 3,5%.


Namun kenaikan inflasi di Indonesia diprediksi terus berlanjut. Survei Bank Indonesia, memprediksi inflasi Juli 2022 secara year on year, diperkirakan berada di kisaran 4,6-4,8%% (naik dibandingkan sebelumnya 4,35%).

Cepat atau lama, Bank sentral Indonesia (BI) pasti akan menaikkan suku bunga. Bukan hanya bertujuan menekan laju inflasi, tetapi untuk meningkatkan kembali capital inflow, serta menguatkan nilai tukar Rupiah.                 

Suku bunga Indonesia diprediksi akan naik sekitar 50 bps sampai akhir tahun ini. Jadi kuartal III dan kuartal IV, kemungkinan besar suku bunga mulai dinaikkan. Lalu, apa dampaknya ke pasar saham?

Sederhananya, kenaikan suku bunga akan meningkatkan suku bunga kredit, bunga KPR, dan meningkatkan return pada instrumen pasar uang (deposito, reksadana pasar uang). Dengan naiknya suku bunga, perbankan akan menyesuaikan kenaikan bunga deposito.

Kenaikan suku bunga kredit berpotensi membuat pengusaha / masyarakat menunda untuk mengambil kredit atau KPR.

Kenaikan suku bunga akan meningkatkan porsi utang pada Perusahaan-perusahaan yang memiliki utang bank (bunga) yang besar, sehingga muncul risiko kesulitan membayar beban bunga.

Kenaikan suku bunga BI dapat mengerem minat masyarakat untuk konsumsi, dan menginvestasikan uang cash-nya ke pasar uang seperti deposito, atau RDPU (karena return instrumen pasar uang meningkat sejalan kenaikan suku bunga).

Hal ini membuat kenaikan suku bunga pada akhirnya berpotensi mengerem sementara laju pertumbuhan ekonomi dalam JANGKA PENDEK, karena memang itulah tujuan dinaikkan suku bunga, yaitu membuat masyarakat mengerem konsumsi dengan cara menginvestasikan uangnya di pasar uang, sehingga pada akhirnya inflasi akan turun.

Dampak JANGKA PENDEK, kenaikan suku bunga kemungkinan besar menimbulkan aksi profit taking di pasar saham, sehingga IHSG KOREKSI, karena masyarakat akan “memindahkan” uang cash ke instrumen pasar uang.

Kenaikan suku bunga dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga para pelaku pasar berpotensi melakukan aksi profit taking terlebih dahulu di pasar saham.

Tetapi dalam praktikknya, yang terjadi bisa sebaliknya. Contohnya, pengumuman kenaikan suku bunga The FED setelah rapat 27 Juli lalu sebesar 75 bps, justru membuat Wall Street melaju kencang.

Hal ini bisa terjadi karena dua hal. Pertama, market sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga, karena biasanya kenaikan suku bunga tidak terjadi secara mendadak, tetapi sudah ada isu-isu atau rumor sebelumnya. Jadi market sudah tidak kaget.

Kedua, kenaikan suku bunga sudah sesuai ekspektasi pasar. Ketika pasar melihat kenaikan suku bunga sesuai ekspektasi, justru pasar melihat kenaikan suku bunga adalah kebijakan yang pada akhirnya tidak akan memberikan pengaruh besar ke pasar saham.

Dampak JANGKA PANJANG, justru kenaikan suku bunga (dengan keputusan yang tepat), akan memberikan dampak positif ke pasar saham, karena tujuan suku bunga pada akhirnya adalah untuk mengendalikan inflasi, menguatkan kembali nilai tukar Rupiah.

Sehingga meningkatkan capital inflow dan dalam jangka panjang, daya beli masyarakat akan terjaga jika inflasi stabil, yang pada akhirnya akan meningkatkan optimisme pelaku pasar untuk masuk ke pasar saham.

Jadi, dalam jangka panjang kenaikan suku bunga justru akan berdampak sangat bagus untuk perekonomian Indonesia. Kalau ekonomi bagus, IHSG naik, saham-saham dengan fundamental bagus akan dibeli.

POTENSI PERGERAKAN IHSG & STRATEGI INVESTASI SAHAM SAAT SUKU BUNGA NAIK

Akhir minggu ketiga-keempat bulan Juli, IHSG berbalik menuju tren bullish (diatas tren MA200) sempat menyentuh kembali resisten psikologis 7.000.

Namun dalam jangka pendek, IHSG rawan koreksi. Selain karena aksi profit taking (karena IHSG sudah naik), potensi kenaikan suku bunga BI nantinya dapat berpotensi menekan laju pergerakan IHSG.

Sebenarnya kenaikan suku bunga adalah hal biasa. Tahun 2016-2018 suku bunga BI juga pernah naik, dampaknya untuk jangka panjang juga bagus untuk IHSG, walaupun ada gejolak pasar jangka pendek.

By the way, Indonesia sekarang relatif aman dari resesi (data IMF menyebutkan potensi Indonesia kena resesi hanya 3%). Kinerja emiten kuartal II ini banyak yang bagus, banyak valuasi saham yang lagi murah (seperti ASII, BEST, INKP, PGAS, UNTR dan masih banyak lainnya).

Sedangkan pertanda awal resesi di suatu negara umumnya bisa dilihat dari banyaknya valuasi saham yang overvalued, GDP growth turun drastis, banyak emiten yang net profitnya turun. Sejauh ini, kita tidak mengalami hal tersebut.

Jadi kalau IHSG koreksi dan kembali ke area support 6.600-6.700 (support terdekat), atau kalau IHSG kembali turun karena mulai muncul rumor kenaikan suku bunga BI, tunggu apa lagi, justru ini adalah kesempatan besar untuk membeli kembali saham-saham yang murah.

Postingan saya di web Saham Gain sebelumnya: Sektor-Sektor yang Terdampak dengan Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi, saya sudah mengulas sektor-sektor yang terdampak karena inflasi, Rupiah melemah dan era kenaikan suku bunga.

Saham-saham blue chip perbankan yang turun, saham-saham yang valuasinya murah, saham-saham yang sudah di support (untuk trading), bisa jadi bahan pertimbangan untuk koleksi.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.