Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Sektor Saham yang akan Bagger setelah Batubara

El Heze

Saham-saham komoditas, khususnya batu bara saat ini masih menjadi saham-saham primadona. Tapi tidak ada salahnya jika kita mulai melirik sektor yang berpotensi menghasilkan profit multi bagger setelah saham-saham energi. 


Sektor saham apa yang kira-kira akan berpotensi menghasilkan multi bagger setelah batu bara? SEKTOR PROPERTI adalah sektor yang berpotensi naik tinggi setelah booming batu bara. 

Rasanya masih "terlalu dini" membahas properti, karena saham-saham properti sekarang masih lesu. Perhatian pelaku pasar juga masih ke saham-saham energi / komoditas. 

Tetapi karena saham-saham di sektor properti ini yang belum dapat momentumnya, harga saham-saham properti masih turun sendiri, maka saham-saham properti bisa mulai anda cermati, sehingga investor bisa mulai pertimbangkan strategi untuk "curi start".

Berkaca dari pengalaman tahun 2013, setelah sektor batu bara selesai booming, maka giliran selanjutnya yang "manggung" adalah sektor properti. Dan sampai tahun 2014-awal 2015 banyak saham properti yang naik tinggi. 

Ada beberapa hal menarik yang perlu dicermati tentang sektor properti: 

1. Laporan keuangan sektor properti 

Sebentar lagi laporan keuangan kuartal 2 akan rilis (kemungkinan akhir Juli - awal Agustus), bersamaan juga dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lain di BEI. Di kuartal 1 lalu, mayoritas perusahaan properti seperti CTRA, PWON, DMAS, BSDE, SMRA dan lain-lain membukukan kenaikan laba bersih. 

Jika kinerja sektor properti masih solid di kuartal 2 (net profit masih naik / tumbuh), maka investor bisa pertimbangkan untuk mulai akumulasi di sektor ini. 

Namun jika kinerja kuartal 2 kembali tertekan, investor bisa wait and see, karena saham-saham properti sendiri walaupun sekarang sudah turun banyak, tetapi masih belum menyentuh bottom support majornya di 2020 atau 2021. 

Jadi kalau laporan keuangan kuartal 2 justru menjadi bad news, maka saham-saham properti bisa turun lagi.  

2. Pertumbuhan kredit KPR 

Penyaluran kredit KPR hinggal Semester 1 ini masih bertumbuh. Beberapa bank besar seperti BRI mencatatkan penyaluran KPR di semester 2 tumbuh sebesar 10%. Ini artinya, ekonomi kita bertumbuh, walaupun banyak kekhawatiran resesi, dan penurunan daya beli.

Meskipun bukan ukuran utama, pertumbuhan KPR yang positif menunjukkan bahwa permintaan pada sektor properti masih menarik. 

TANTANGAN SAHAM-SAHAM PROPERTI 

Seperti yang saya ulas di awal, perhatian pelaku pasar sekarang masih di sektor komoditas. Jadi memang sektor properti tidak akan langsung "tancap gas" dalam waktu dekat ini. Sektor properti masih menghadapi beberapa tantangan: 

1. Inflasi dan potensi kenaikan suku bunga

Tantangan utama sektor properti sekarang adalah kenaikan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga BI. Sehingga dengan kenaikan inflasi, masyarakat akan lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan pokok terlebih dahulu, dan properti yang sifatnya sebagai barang mewah, bisa ditunda.

Hal ini juga bisa menekan laju pertumbuhan sektor properti. Jika nantinya suku bunga BI naik (sekarang masih bertahan di 3,5%), kenaikan suku bunga akan memberikan dampak ke sektor properti juga.  

Kalaupun dampak kenaikan suku bunga tidak terlalu besar, psikologis pasar bisa memberikan respon yang berlebihan, sehingga dapat memberikan reaksi berlebihan juga terhadap saham-saham properti, yang membuat saham properti koreksi lagi. 

2. Belum banyak sentimen positif yang mendongkrak saham-saham properti 

Belum banyak sentimen positif yang bisa menggerakkan saham-saham properti. Itulah kenapa saham-saham properti sekarang pergerakan harganya masih agak lambat. 

Mungkin good news yang kita lihat sekarang seputar pertumbuhan kredit KPR atau pertumbuhan penjualan properti. 

Sentimen-sentimen ini bisa memberikan "angin segar" pada saham-saham properti, namun belum cukup mendongkrak saham properti kembali ke bullish period. 

APAKAH SEKARANG SUDAH WAKTUNYA MASUK KE SEKTOR PROPERTI? 

Kemungkinan besar, momentum saham-saham properti terjadi 1-2 tahun lagi. Dan biasanya ketika saham-saham komoditas nanti sudah tidak semenarik sekarang (entah harga batu bara mulai turun, supply demand sudah "bertemu", perang Rusia-Ukraina sudah mulai mencapai kesepakatan damai, atau ketegangan perang tidak setinggi sekarang), maka kemungkinan besar akan terjadi ROTASI SEKTOR. 

Karena sektor properti adalah sektor laggard yang harga sahamnya masih terkoreksi, para pelaku pasar kemungkinan akan mulai masuk di saham-saham properti yang sudah murah. Dengan catatan, didukung dengan kinerja keuangan yang solid.

Nah, kalau investor ingin masuk ke saham properti sekarang, bisa pertimbangkan untuk menunggu kinerja kuartal II-nya yang nggak akan lama lagi bisa kita lihat, kemungkinan akan rilis akhir Juli - bulan Agustus.

Kalau mayoritas perusahaan properti ternyata masih mencatatkan pertumbuhan net profit di kuartal II, disinilah anda bisa mulai akumulasi atau CURI START. 

Tapi buat yang lebih konservatif lagi, anda bisa wait and see dan menunggu laporan keuangan kuartal III (sekitar Oktober-November). 

SAHAM-SAHAM PROPERTI YANG BAGUS

Saham-saham sektor properti market leader dengan pangsa pasar luas, bisa anda cermati saham CTRA. CTRA pangsa pasarnya tersebar di 33 kota, dan saya lihat proyek-proyeknya sangat aktif dan manajemen-nya juga gerak cepat. Atau pilihan lainnya BSDE. 

Selain kedua saham itu, PWON bisa menjadi alternatif. PWON memiliki recurring income besar, yang membuat bottom line PWON lebih stabil, termasuk di era inflasi dan potensi kenaikan suku bunga seperti yang terjadi sekarang. 

Atau investor bisa pertimbangkan masuk ke saham-saham properti yang valuasinya sudah murah, dan turnaround (kinerjanya berbalik menjadi profit). Misalnya ASRI yang PER dan PBV-nya masing-masing sudah sangat murah di 6,1 kali dan 0,35 kali. 

Pilihan lainnya saham properti dengan valuasi murah adalah MDLN (PER = 5,51 kali dan PBV = 0,27 kali). Namun untuk saham-saham dengan market cap kecil seperti ASRI dan MDLN risiko volatilitasnya juga lebih besar. 

Selain ASRI dan MDLN, yang ingin incar saham properti dengan ROE besar diatas 15% (27%), valuasi murah (PER = 5,73x dan PBV = 1,5x), serta DER yang sangat kecil hanya 0,15 kali, dan dividend yieldnya mencapai 9,16%, anda bisa cek saham DMAS. 

Biasanya booming sektor properti diikuti dengan kenaikan SEKTOR SEMEN, karena permintaan semen akan meningkat. Beberapa saham sektor semen seperti SMGR, INTP bisa dicermati investor, dan bisa diversifikasi juga ke sektor semen selain properti.

MENUNGGU WAKTU 

Sama seperti rotasi sektor yang sudah terjadi di saham-saham komoditas, saham perbankan dan saham-saham lainnya... Multi bagger di sektor properti perlu menunggu waktu. Tidak akan terjadi dalam 1-3 minggu. 

Jadi ketika kita bicara potensi multi bagger, maka time horizon-nya adalah mid-long term, bukan harian. 

Dengan kata lain, para investor yang ingin mulai "curi start" di saham properti maka bisa menerapkan akumulasi, jangan langsung all in. Dan selalu perhatikan perkembangan sektor properti, terutama laporan keuangan yang akan rilis terdekat nanti di kuartal 2, atau kuartal 3 nanti.  

KEKURANGAN SAHAM PROPERTI = DIVIDEN KECIL 

Kekurangan saham properti adalah dividen yang rendah. Mayoritas saham properti dividennya tidak terlalu besar. Di BEI, sektor yang dividennya menarik adalah komoditas dan perbankan. 

Kalaupun ada sektor properti yang rajin bagi dividen seperti DMAS, dividen per saham-nya masih jauh lebih kecil dibandingkan saham-saham seperti ADRO, ITMG, atau BBRI, BBCA. 

Jadi buat dividend seeker, sektor properti mungkin kurang cocok. Tetapi untuk yang ingin mengincar saham sektor laggard (tertinggal) yang belum banyak dilirik dan ada potensi bagger di masa depan, maka sektor properti salah satunya yang bisa anda lirik.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.