Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Fundamental & Teknikal Tidak Berguna, karena Saham Digerakkan Bandar?

Ada statement menarik di pasar saham yang mungkin anda sering dengar: "Analisis fundamental dan teknikal itu nggak berguna, karena harga saham digerakkan oleh bandar.  



"Nggak peduli saham dengan fundamental baik, kalau bandar saham distribusi terus, ya harganya turun. Nggak peduli saham dengan fundamental jelek, kalau bandar akumulasi terus, harga bisa naik". 

"Nggak peduli analisa teknikal sebagus apapun, kalau bandar saham jualan terus, harganya pasti turun. Nggak peduli analisa teknikal se-amburadul apapun, kalau bandar beli sahamnya, harganya bisa naik tinggi". 

Statement diatas tidaklah salah. Buktinya, kita banyak temukan perusahaan yang laba bersihnya naik, kinerja bagus, valuasi murah, tetapi harga sahamnya malah turun. 

Sebaliknya demikian. Banyak perusahaan yang rugi, kinerjanya turun, valuasi mahal, namun harga sahamnya bisa naik puluhan persen dalam waktu cepat. 

Namun jangan salah persepsi, kalau analisa fundamental atau analisa teknikal sudah tidak berguna. Karena dalam praktikknya, banyak yang salah mengartikan analisa fundamental.

Analisa fundamental seringkali diartikan sebagai analisa untuk jangka pendek. Sehingga ketika fundamental perusahaan bagus, tetapi harga sahamnya 1 minggu turun, mulai banyak yang skeptis dengan analisis fundamental. 

Padahal time horizon analisis fundamental itu bukan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Jadi kalau ada saham yang fundamentalnya bagus, atau perusahaan yang baru rilis laporan keuangan, dan prospeknya sangat baik.... Lalu harga sahamnya cenderung turun selama 2 minggu. Itu bukan berarti analisa fundamental tidak berguna. 

Karena time horizon analisa fundamental adalah jangka panjang. Bukan harian, mingguan, atau 1 bulanan saja. 

Dalam jangka pendek harga saham memang lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan pelaku pasar, market maker (bandar), sentimen-sentimen dan faktor psikologis sehingga membuat harga saham jadi lebih volatil. 

Tetapi dalam jangka panjang, harga saham akan kembali ke nilai fundamentalnya

Buktinya? 

Gampang saja. Coba perhatikan beberapa kali crash market yang pernah terjadi di Indonesia. Misalnya tahun 1998, 2008, 2020 saat pandemi. Atau mungkin anda yang sudah masuk market di tahun 2014, anda juga merasakan perubahan drastis IHSG mulai April 2015 saat IHSG sempat strong bearish. 

Setelah memasuki periode bearish market, saham-saham yang naik dan pulih duluan adalah saham-saham seperti TLKM, BBCA, BBRI, ASII, INDF, ICBP dan saham-saham fundamental bagus lainnya. 

Mengapa? Sederhana saja, ya karena perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan yang fundamentalnya sangat solid, namun harganya sudah terdiskon banyak. 

Ketika market pulih dari periode crash atau strong bearish, banyak investor yang memanfaatkan momentum beli saham-saham bagus di harga bawah, akhirnya bisa memperoleh profit multi bagger di market. 

Karena perusahaan bagus sudah terdiskon, maka para investor terus mengoleksi sahamnya, dengan strategi akumulasi, sehingga dalam jangka panjang harganya akan naik lagi, dan balik ke NILAI FUNDAMENTALNYA. 

Demikian pula dengan saham yang kinerjanya jelek. Anda mungkin mengamati perusahaan yang rugi bersih, bisnisnya nggak jelas, GCG jelek, tapi dalam 1-2 minggu harganya malah naik puluhan persen. Sedangkan saham-saham bagus malah stagnan.

Tetapi apakah dalam jangka panjang perusahaan2 dengan kinerja kurang bagus harganya akan uptrend? Kebanyakan tidak. 

Anda bisa perhatikan sektor coal (batu bara). Saham-saham yang uptrend duluan saat harga batu bara lagi tinggi adalah saham-saham yang fundamentalnya bagus seperti ADRO, ITMG, PTBA, HRUM, UNTR dan kawan-kawan. 

Sementara saham BUMI geraknya malah tertinggal jauh (masih di gocap dalam waktu lama), karena secara fundamental BUMI tidak sebagus saham2 yang saya sebutkan diatas. Dengan beban bunga besar dan utang menggunung, pelaku pasar lebih memilih saham yang fundamentalnya bagus. 

Dan masih banyak contoh lainnya di mana saham-saham dengan fundamental yang kurang bagus, dalam jangka panjang harganya akan relatif turun / downtrend.   

Lalu, bagaimana dengan analisis teknikal? 

Konsepnya sama saja. Anda harus pahami terlebih dahulu SIAPA ITU BANDAR SAHAM. Bandar saham itu bukan hanya sekelompok orang yang bergabung di grup-grup saham, lalu "menggoreng" saham-saham small cap yang bisa naik turun dengan cepat dalam hitungan menit. 

Sekuritas juga memiliki bandar, atau konotasi lebih halus kita bisa bilang MARKET MAKER. Di sekuritas, market maker biasa disebut sebagai Trader (divisi trader), ataupun Fund Manager. 

Trader sekuritas, fund manager adalah orang-orang yang sangat berpengalaman. Mereka paham analisis teknikal, analisis fundamental, rotasi sektor, valuasi, momentum. Dan tentu saja, modal sekuritas pasti jauh lebih besar daripada modal perorangan (ritel). 

Karena market maker memiliki pengalaman di market, tentu saja mereka membeli saham bukan karena "asal gue suka". Mereka tidak membeli saham secara random dan asal-asalan. 

Sebagai contoh, saat saham-saham batu bara mulai naik akhir tahun, sampai awal tahun ini, asing mulai banyak akumulasi di saham-saham ADRO, ITMG dan lain-lain. 

Mengapa asing, lokal pada beli saham-saham batu bara? Apakah market maker beli saham-saham tersebut karena "asal gue suka"? 

Tentu saja tidak. Market maker bisa melihat momentum, analisa teknikal, fundamental, valuasi. Saham-saham batu bara yang secara teknikal sudah murah, valuasi juga murah, fundamental bagus, momentumnya tepat, harga batu bara lagi "panas-panasny", maka market maker akan masuk di saham-saham tersebut, yang membuat harganya naik karena aksi akumulasi. 

Demikian pula kalau ada saham-saham yang teknikalnya bagus, diskon, murah, seringkali saham-saham tersebut tidak lama kemudian bisa naik. Itu karena market maker juga punya kemampuan untuk menganalisa chart. 

Ingat pula bahwa grafik saham terbentuk karena adanya transaksi saham, baik transaksi yang dilakukan bandar maupun ritel. Jadi analisa teknikal memberikan gambaran cerminan psikologis market.

Kita bisa perhatikan juga ketika terjadi perubahan susunan indeks, baik indeks LQ45, IDX30 atau indeks-indeks lainnya. 

Pada saat terjadi perubahan susunan indeks, para manager investasi atau fund manager sekuritas (market maker) yang punya modal besar, akan melakukan rebalancing portofolio.

Rebalancing dilakukan dengan menjual saham-saham yang kurang bagus, dan mengganti dengan saham-saham yang dianggap lebih bagus, atau likuid. 

Rebalancing ini seringkali menyebabkan harga saham tertentu naik dan turun dengan cepat, ketika terjadi perubahan susunan indeks. 

Perhatikan, rebalancing yang dilakukan para pemodal besar alias market maker tidak dilakukan asal-asalan. Rebalancing dilakukan dengan mempertimbangkan faktor fundamental, dan likuiditas suatu saham. Jadi kembali lagi ke analisa teknikal dan fundamentalna. 

Jadi kalau market maker memiliki kemampuan analisa fundamental dan teknikal, dan digunakan sebagai dasar untuk akumulasi dan distribusi saham, itu artinya analisis fundamental dan analisa teknikal IS NOT DEAD.

DO YOUR BEST, DO YOUR OWN RESEARCH 

Tulisan ini bukan bertujuan untuk menyudutkan analisis tertentu, atau mendewakan analisa tertentu. Saya selalu berpesan: Do your best, do your own research. 

Metode trading dan investasi apapun itu, bisa menjadi metode terbaik kalau memang cocok untuk anda. Anda mau pakai analisis teknikal, analisis fundamental, analisis bandarmologi, atau mixed analisa, selama bisa memberikan keuntungan buat anda, lanjutkan saja. 

Untuk mengetahui metode trading / investasi terbaik, memang anda harus melakukan riset mandiri. Perlu ada trial and error, perlu belajar. Ada prosesnya. Itulah kenapa saya mengatakan: Do your own research. 

Artinya, jangan terpaku, atau terlalu percaya dengan analisa atau metode orang lain. Jangan membeli saham karena FOMO, tetapi anda tidak tahu analisanya mengapa anda membeli saham tersebut. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.