Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Penyebab Harga Saham Naik dan Turun

Di pasar saham banyak perdebatan antara penganut analisa teknikal, analisa fundamental maupun analisa bandarmologi. Pengguna analisa teknikal mengatakan bahwa pattern suatu saham adalah cerminan psikologis pasar, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi arah pergerakan saham. 

  

Pengguna analisa bandarmologi seringkali mengatakan bahwa analisa teknikal dan fundamental kurang memberikan efek ke harga saham, karena saham digerakkan oleh kemauan market maker, sehingga seringkali saham yang fundamentalnya jelek, harganya naik tinggi. 

Sebaliknya saham dengan fundamental bagus, harganya justru stagnan. Pengguna analisa fundamental percaya bahwa dalam jangka panjang perusahaan bagus harga sahamnya juga akan naik. 

Namun sebenarnya penyebab naik turunnya harga saham itu sangat banyak. Sebagai trader dan investor saham, anda harus memahami faktor-faktor yang menyebabkan naik turunnya harga saham di market. 

Di pasar saham ada beberapa penyebab harga saham naik dan turun, yaitu sebagai berikut: 

1. Faktor pergerakan pasar (harga saham rebound dan koreksi) 

Para trader biasanya akan membeli saham ketika harganya lagi murah / turun. Dan menjual saham / take profit ketika saham yang dibeli sudah naik banyak. 

Jadi ketika harga saham sudah turun banyak, para trader akan merealisasikan keuntungan, sehingga harga saham akan cenderung turun. Ketika saham-saham turun dan sudah murah, banyak trader yang mulai memborong saham, sehingga harganya naik lagi. 

Inilah yang dinamakan dengan siklus market. Dan siklus market pasti akan selalu terjadi. Kalau anda perhatikan pergerakan harga saham harian, mingguan, fluktuatif naik turunnya saham dikarenakan adanya aksi optimisme pasar ketika saham sudah murah, dan aksi profit taking ketika saham sudah naik. 

2. Perbedaan pandangan tentang nilai harga saham 

Adanya perbedaan pandangan tentang nilai (mahal murahnya) harga saham, menyebabkan harga saham bergerak naik dan turun. Ketika trader atau investor menganggap saham masih mahal, maka mereka akan menjual saham. 

Tetapi trader dan investor lain yang menganggap saham tersebut sudah atau masih murah, akan cenderung membeli sahamnya, sehingga harganya akan naik. 

Perbedaan-perbedaan pandangan ini menyebabkan variasi trader dan investor dalam mengambil keputusan beli jual saham, sehingga mempengaruhi besar kecilnya permintaan dan penawaran berdasarkan pandangan nilai subjektif setiap orang. 

3. Rekomendasi analis 

Rekomendasi analis seringkali bisa "mempengaruhi" minat, keputusan investor dan trader untuk membeli ataupun menjual saham. Hal ini pada akhirnya juga akan memberikan pengaruh pada permintaan dan penawaran di saham-saham yang diulas oleh analis saham. 

4. Faktor fundamental / perubahan fundamental emiten  

Dalam ilmu analisa fundamental, kita sering mendengar pepatah: "Harga saham akan kembali ke faktor fundamentalnya". Hal ini benar. Walaupun bisa terjadi dalam jangka panjang, tetapi faktor fundamental seringkali memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga saham, optimisme dan pesimisme pasar. 

Contohnya anda bisa lihat saham Unilever yang harganya terus turun, karena secara valuasi mahal, dan secara profitabilitas mengalami penurunan:

Grafik Unilever - Downtrend

Tetapi saham Unilever juga pernah mengalami masa-masa uptrend, ketika perusahaan masih bertumbuh, valuasi masih murah dan menarik. 

Kita juga banyak melihat perusahaan yang ketika mengalami perubahan fundamental, harga sahamnya juga berubah signifikan mengikuti fundamentalnya. Contohnya saham BUMI yang ketika mulai rugi bersih, utang besar, harga sahamnya kemudian terus mengalami penurunan. 

5. Aksi spekulator / bandar - manipulasi 

Di pasar saham, pasti ada bandar saham atau dikenal dengan istilah market maker. Market maker inilah yang membuat saham-saham menjadi lebih ramai diperdagangkan. 

Aksi market maker menaikkan dan menurunkan saham-saham tertentu ("digoreng") juga merupakan salah satu penyebab harga saham naik dan turun secara signifikan. 

Itulah mengapa banyak saham yang perusahaannya kurang bagus, tetapi sahamnya sering naik sampai 10-20% sehari. Hal ini karena adanya aksi market maker yang "menggoreng" saham tersebut. Ilmu mempelajari gerak-gerik market maker disebut dengan ilmu bandarmologi. 

6. Pengaruh teknikal / grafik

Para trader saham yang melihat saham-saham dengan analisa grafik, ketika melihat saham sudah murah secara teknikal, pattern-nya bagus, maka trader akan membeli saham berdasarkan grafiknya. 

Sebaliknya trader yang melihat saham dengan grafik yang sudah mahal, biasanya akan cenderung menghindari sahamnya atau melakukan profit taking terlebih dahulu. 

Pengarug teknikal ini juga dapat berbeda-beda setiap orang. Trader A mungkin mengatakan saham TLKM layak dibeli, tapi trader B mengatakan saham TLKM masih rawan koreksi. Perbedaan pandangan nilai ini adanya pergerakan harga saham yang lebih fluktuatif di market. 

7. Berita dan sentimen 

Berita-berita terbaru terkait emiten, sentimen-sentimen pasar, berita-berita pasar seperti nilai tukar, kondisi politik, perubahan GDP, inflasi, perubahan suku bunga akan sangat mempengaruhi reaksi pasar. 

Berita dan sentimen yang memiliki pengaruh positif biasanya akan meningkatkan optimisme pelaku pasar untuk membeli saham, sehingga harganya relatif naik. Sebaliknya berita dan sentimen yang buruk terhadap pasar saham, membuat market menjadi pesimis sehingga menjual sahamnya.

Adanya berita dan sentimen juga membuat saham-saham yang kelihatannya murah ternyata masih turun lagi (kalau ada berita jelek), dan saham yang sudah naik tinggi masih bisa naik lagi (kalau ada berita bagus).   

8. Koreksi teknis 

Saham-saham yang sudah naik tinggi, maka pelaku pasar akan cenderung melakukan aksi profit taking, alias ambil untung, sehingga harganya akan turun lagi. Kita bisa melihat saham-saham atau IHSG yang sudah naik, maka tidak lama kemudian akan turun. 

Karena di pasar saham banyak trader jangka pendek yang memanfaatkan peluang trading cepat. Faktor koreksi teknis ini juga menjadi penyebab harga saham naik dan turun. 

9. Faktor euforia dan panik 

Psikologis euforia dan panik yang dialami trader dapat menyebabkan adanya fluktuatif pada pergerakan harga saham. Para trader saham yang belum sempat masuk di saham-saham yang lagi naik tinggi, akan terbawa euforia, sehingga akan membeli saham yang lagi naik. 

Demikian juga, para trader yang melihat saham yang sedang turun banyak, akan terbawa panic selling, sehingga ikut menjual / cut loss, menyebabkan harga saham menjadi turun lebih dalam. 

Itulah beberapa penyebab harga saham naik dan turun. Jadi ada banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya saham di market. 

Faktor fundamental, faktor teknikal, faktor bandarmologi semuanya akan bercampur di market, termasuk adanya perbedaan-perbedaan pandangan soal nilai harga saham. Hal ini pada akhirnya akan membuat para trader dan investor mengambil keputusan yang berbeda, menyebabakan harga saham bergerak naik turun, dan seringkali bergerak upnormal.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.