Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

4 Kesalahan Menggunakan Indikator Moving Average

Indikator Moving Average (MA) termasuk salah satu indikator favorit yang sering digunakan trader. Walaupun jumlah indikator saham itu sangat banyak, tetapi Moving Average adalah indikator populer di market, sehingga banyak digunakan. Namun dalam praktikknya, banyak trader yang belum paham menggunakan indikator Moving Average. 


Hal ini membuat penggunaan Moving Average menjadi tidak akurat dan tidak praktis. Padahal Moving Average memiliki banyak manfaat dalam analisa chart jika digunakan dengan benar. 

[Anda bisa perdalam cara-cara simpel dan efektif screening saham bagus, dan full praktik analisa Moving Average disini: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus + Full Analisa Moving Average]

Ada 4 (empat) kesalahan yang paling sering terjadi dalam menginterpretasikan Moving Average, yaitu sebagai berikut: 

1. Terlalu banyak menggunakan garis crossover MA 

Banyak yang menggunakan garis Moving Average dengan strategi crossover Moving Average, yaitu menggunakan dua kombinasi garis Moving Average. Karena crossover MA bisa digunakan untuk melihat sinyal beli dan sinyal jual saham. 

Ketika kedua garis MA berpotongan keatas (golden cross), maka harga saham berpotensi naik / rebound. Sebaliknya pada saat kedua garis MA berpotongan kebawah (death cross), maka harga saham berpotensi turun. Baca juga: Moving Average (MA) Cross Saham.  

Trader seringkali berasumsi kalau menggunakan banyak crossover MA, maka sinyal trading yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga bisa digunakan untuk mengambil trading decision lebih akurat.

Padahal anggapan tersebut kurang tepat. Banyak trader yang menggunakan kombinasi banyak garis crossover MA, mulai dari MA20, MA60, MA15, MA5 dimasukkan semua dalam satu grafik untuk analisa crossover. Hasilnya trader justru bingung menginterpretasikan sinyal trading yang dihasilkan dari MA. 

Saran saya, kalau anda ingin gunakan analisa crossover MA, anda cukup gunakan dua sampai tiga garis Moving Average sebagai sinyal trading. Terlalu banyak menggunakan garis MA akan menimbulkan bias dan kebingungan dalam analisa. 

2. Menggunakan time frame MA tidak sesuai dengan tujuan trading  

Banyak trader yang ingin swing trading, namun menggunakan time frame MA dengan periode terlalu pendek misalnya MA5, MA10. Padahal konsepnya, semakin pendek time frame MA, volatilitas garis dan sinyal yang dihasilkan akan semakin banyak. 

Banyak swing trader yang berasumsi bahwa semakin banyak sinyal yang dihasilkan dari garis MA, trader bisa meraih profit lebih sering. Padahal, semakin cepat dan banyak sinyal dari garis MA, trader juga berisiko terjebak fake signal. 

Garis time frame MA yang pendek lebih cocok digunakan untuk scalping trading atau trading harian, karena garis MA dengan time frame pendek seringkali memberikan sinyal jangka pendek juga, namun tidak untuk jangka waktu yang lebih panjang misalnya mingguan. 

Garis MA pendek (misalnya MA5 atau MA10) kurang cocok digunakan untuk swing trading, karena saham-saham yang mantul dari garis MA seringkali hanya naik dalam 1-3 harian. Kalau anda hold saham lebih lama menggunakan MA periode pendek, saham anda keburu turun duluan setelah rebound 1-3 harian. 

Sedangkan swing trading adalah strategi trading yang dilakukan dengan buy and hold saham minimal dengan jangka waktu 1 minggu. Artinya, untuk para swing trader disarankan memilih Moving Average dengan periode waktu yang agak panjang, minimal MA20. 

Anda bisa kombinasikan atau gunakan beberapa garis MA untuk menghasilkan sinyal yang lebih banyak misalnya dengan menggunakan MA20, MA50, MA100 atau MA30, MA60 dan MA200.  

3. Mengabaikan MA sebagai indikator lagging 

Trader seringkali terlalu fokus menggunakan Moving Average untuk melihat sinyal trading (buy and sell). Memang MA bisa digunakan buat melihat sinyal beli dan jual, melalui perpotongan dua garis MA atau kita sebut dengan crossover MA (kita bahas di poin 1). 

Akan tetapi, jangan lupa bahwa Moving Average itu adalah indikator lagging yang artinya adalah TERLMBAT dalam memberikan sinyal. Dengan kata lain, indikator MA adalah indikator yang mengikuti pergerakan harga saham, bukan sinyal mendahului pergerakan saham (leading). 

Itulah mengapa indikator Moving Average selalu berdekatan dengan candlestick / harga saham, karena sifat indikator MA adalah indikator lagging. Baca juga: Analisis Teknikal: Indikator Lagging Vs Indikator Leading. 

Nah, indikator lagging bisa digunakan sebagai acuan untuk menentukan titik support resisten, analisa tren maupun untuk melihat potensi breakout dan breakdown suatu saham. Jadi untuk para pengguna Moving Average, manfaatkan Moving Average sebagai analisa untuk menentukan support resisten atau analisa tren, bukan hanya untuk melihat crossover MA. Baca juga: Cara Menggunakan Moving Average yang Benar.  

Kombinasi-kombinasi Moving Average dan cara menggunakan MA praktis bisa anda pelajari disini: Full Strategi Analisa Moving Average - Moving Average Praktis.

4. Terlalu kaku dalam menggunakan Moving Average 

Moving Average dengan periode panjang, misalnya MA100 atau MA200 dapat digunakan sebagai garis tren, untuk menentukan tren bullish atau tren bearish. Ketika garis MA berada diatas candlestick, maka tren saham adalah BEARISH. 

Sebaliknya ketika garis MA berada dibawah candlestick, maka tren saham adalah BULLISH. Tetapi banyak trader yang terlalu kaku dalam menginterpretasikan tren MA. Misalnya, trader cenderung menghindari saham yang trennya bearish hanya karena garis MA berada diatas candlestick. 

Atau sebaliknya, trader langsung membeli saham tanpa pikir panjang hanya karena trennya bullish (garis MA berada dibawah candlestick). Padahal saham yang trennya bullish menurut MA, belum tentu harga sahamnya pasti akan naik terus. 

Sebaliknya, saham yang trennya bearish menurut MA belum tentu harga sahamnya turun setiap hari. Contohnya perhatikan chart saham IMAS berikut:    


Pada chart IMAS diatas, terlihat bahwa MA periode panjang yaitu MA200 (warna hijau, lihat tanda persegi), berada diatas harga saham (Candlestick). Ini artinya tren harga saham sedang bearish. 

Tapi kalau kita perhatikan, di dalam tren bearish candlesticknya, harga saham IMAS tetap mengalami kenaikan-kenaikan dan technical rebound. Tidak setiap hari saham IMAS turun. Ketika saham IMAS sudah turun beberapa hari, selalu ada kenaikan harga saham setelahnya. 

Ini membuktikan bahwa kita tidak bisa terlalu kaku dalam menggunakan MA. Solusinya, anda sebaiknya kombinasikan garis MA periode panjang dengan periode yang agak pendek. Misalnya MA200, MA50, MA20. 

Dengan cara ini, anda bisa melihat garis MA yang lebih pendek sebagai sinyal trading yang lebih dekat dengan pergerakan harga saham. 

Itulah beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam analisa Moving Average. Dengan mengetahui potensi kesalahan analisa MA, anda bisa memperbaikinya, sehingga analisa Moving Average yang anda gunakan bisa lebih akurat dan membuat trading decision anda lebih baik.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.