Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Pengalaman Trading Saham: Beli Saham Gorengan

Di pasar saham ada saham-saham yang likuid, saham-saham yang kurang likuid. Ada saham-saham dengan market cap besar, saham-saham market cap sedang, saham-saham market cap kecil (saham gorengan).  Sebagai trader, anda punya kebebasan untuk memilih saham-saham yang anda anggap layak atau bagus buat ditradingkan. 


Pasar saham itu luas, fleksibel, dan setiap trader memiliki banyak opsi serta alternatif trading yang bisa dipilih. Tidak ada rumus baku. Tidak ada aturan yang terlalu kaku di pasar saham.

Anda boleh memilih saham apapun untuk trading. Namun anda perlu memahami tingkat risiko setiap level dan jenis saham yang anda pilih. Tujuan trading saham selain untuk mendapatkan profit adalah supaya modal anda bisa SELAMAT dan berkembang. 

Di pos ini, saya ingin membahas pengalaman trading saham pribadi mentradingkan saham-saham third liner alias saham-saham gorengan dengan market cap kecil, dan saya juga ingin membandingkan pergerakan dan ketahanan saham gorengan dibandingkan saham-saham blue chip di market. 

Saham gorengan biasanya memiliki harga saham yang relatif murah, dan volatilitasnya tinggi. Saham gorengan umumnya tidak terlalu likuid dan memiliki fundamental yang tidak terlalu cemerlang. 

Berdasarkan pengalaman trading saya, saham gorengan bukanlah saham-saham yang bisa disimpan ataupun ditradingkan secara berkelanjutan. Banyak sekali saham gorengan yang mengalami perubahan-perubahan pattern secara signifikan. 

Saya ingat dulu tahun 2015, saya sering trading saham-saham small cap seperti SIAP, APOL, IATA. Tapi kalau anda adalah trader pemula, anda mungkin sudah nggak pernah dengar saham-saham yang saya tulis diatas tadi. 

Yap, saham-saham tersebut sudah delisting atau sudah menjadi saham tidur. Dulu saham-saham ini sering digoreng bandar. Saya sering pelajari pattern dan pola pergerakan bandar, sehingga saya bisa profit jangka pendek dari saham-saham murah ini. 

Tapi karena saham-saham gorengan sepi transaksi, market cap-nya kecil, fundamentalnya juga tidak sebagus saham-saham market leader, banyak saham gorengan yang "tidak bisa ditradingkan" lagi, karena sahamnya sudah ditinggal bandar, jadi saham tidur, sahamnya tidak diminati lagi seperti itu. 

Itulah mengapa saya menuliskan bahwa saham gorengan itu bukanlah saham-saham yang bisa ditradingkan secara BERKELANJUTAN. Saya tidak pernah melarang trader membeli saham gorengan. Saham apapun yang anda beli, itu adalah kebebasan anda masing-masing. 

Saya ingin sharing bahwa saham gorengan itu sulit dijadikan patokan untuk trading. Dengan kata lain, jangan mencintai saham gorengan tertentu hanya karena anda bisa profit beberapa kali di saham tersebut. 

Dinamika perubahan-perubahan pola, perubahan likuiditas, perubahan cara bandar menggoreng saham-saham third liner sangat cepat, sehingga anda harus lebih waspada terhadap perubahan2 yang terjadi. 

Kalau saham gorengan yang dulunya anda tradingkan bagus, tapi sekarang mengalami perubahan pola, sebaiknya anda tinggalkan sahamnya. Carilah saham yang lain. Banyak saham yang lebih likuid dan bagus.  

Trading di gorengan harus jauh lebih DISIPLIN dalam take profit maupun cut loss. Kalau saham anda sudah profit, segera jual. Kalau saham anda turun dibawah target support-supportnya, pertimbangkan untuk segera cut loss, supaya anda membatasi kerugian. 

SAHAM GORENGAN SERING JADI SAHAM TIDUR 

Di satu sisi, cukup banyak saham gorengan yang menjadi saham tidur. Anda bisa perhatikan beberapa contoh pergerakan saham gorengan berikut: 

Saham BKSL

Saham MYRX

Perhatikan adanya perubahan pola secara signifikan di saham-saham tersebut. Awalnya terlihat fluktuatif yang jelas pada grafik (tanda lingkaran). Namun dalam beberapa bulan, harga sahamnya mulai turun terus dan akhirnya menjadi saham tidur, dan nyaris tidak diperdagangkan lagi sahamnya. 

Saya juga selalu memiliki pilihan saham-saham lapis tiga / saham gorengan untuk trading. Tapi jujur saja, pilihan saham gorengan saya itu selalu berubah-ubah dan terus saya ganti. 

Karena saham gorengan itu ibaratnya "tidak abadi". Hari ini sampai 1-2 bulan kedepan sahamnya bagus untuk trading. Tiga bulan setelahnya, bandar jualan terus dan tidak masuk lagi di saham tersebut, sehingga jadi saham tidur. 

Jarang sekali kita menemukan saham gorengan yang bisa bertahan sampai diatas 3-5 tahunan. Mayoritas saham gorengan biasanya lebih cepat mengalami perubahan pola. 

Hal ini berbeda dengan saham-saham blue chip seperti TLKM, BBRI, BBCA, ASII, ICBP dari dulu sampai sekarang tetap bisa ditradingkan dan pattern-nya tidak mengalami banyak perubahan. 

Saya mentradingkan saham-saham blue chip seperti BBRI, ASII, BMRI sejak sebelum stock split, dan setelah stock split pun juga masih tetap bagus buat trading. Sahamnya tetap likuid, tetap diminati oleh market, walaupun ada saham-saham blue chip yang mengalami perubahan pola tren juga seperti UNVR atau GGRM. 

Pattern saham blue chip ya gitu-gitu aja. Bahkan sejak sebelum saya trading, saham-saham blue chip ini juga selalu banyak diulas di media-media masa.

Kesimpulannya, di pos ini saya ingin sharing dan menekankan tentang peluang dan risiko membeli saham gorengan. Anda boleh saja membeli saham gorengan, selama anda merasa kalau saham tersebut bisa memberikan anda peluang profit, dan bisa anda analisa pola-pola pergerakannya. 

Namun anda harus lebih disiplin menetapkan take profit & cut loss. Anda harus diversifikasi saham, tidak disarankan hanya mengandalkan saham-saham gorengan. Karena perubahan pola saham gorengan bisa terjadi secara cepat, dan tidak ada saham gorengan yang "abadi".

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.