Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Perjalanan Pengalaman Trading Saham Saya

Pengalaman adalah guru paling berharga. Best practice terbaik adalah dengan praktik dan menerapkannya sendiri... Begitulah kira-kira rangkuman yang saya dapatkan selama ini dari ilmu yang saya dapatkan di pasar saham. 


Pada pos ini, saya ingin sharing sedikit mengenai pengalaman trading saham pribadi, dan cara-cara saya bertahan di market, mengembangkan modal hingga sampai saat ini.

Kondisi market seringkali bergerak diluar harapan kita. Setiap beberapa tahun sekali, kita selalu menghadapi market dalam kondisi downtrend / strong downtrend. Contohnya, tahun 2008, pasar saham pernah menghadapi crash market. 

Dan kalau anda sudah trading di tahun 2013, bulan Mei-Agustus 2013 pasar saham kita juga sempat jatuh. Kemudian di bulan April-Oktober 2015, IHSG pernah jatuh saat kondisi ekonomi anjlok (walaupun bukan termasuk dalam crash market). 

Tahun 2020, IHSG juga pernah strong downtrend karena kondisi pandemi. Pertengahan  2021, volume transaksi IHSG pernah turun secara signifikan, banyak orang pindah crypto, pasar saham sideways. 

Tentu saja, tanpa ilmu dan pondasi trading yang kuat, kita akan sulit bertahan dalam kondisi market yang fluktuatif. Lalu, bagaimana cara saya bertahan di pasar saham?  

Hal pertama yang selalu saya tekankan dalam trading saham adalah: BELAJAR SAHAM MANDIRI. Saya memulai trading dengan modal kecil, hanya di kisaran Rp1-1,5 juta saat pertama kali trading. Baca juga: Langkah-langkah Belajar Saham Otodidak. 

Apakah saya berarti 100% belajar sendiri, nggak belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman? 

Tentu saja saya juga memiliki referensi-referensi awal belajar saham. Saya juga belajar dari berbagai sumber, saya juga belajar saham dari broker saya. Intinya, kalau anda pemula, anda  tetap butuh referensi2 belajar saham.

Kita tidak mungkin belajar sendiri. Menerka-nerka sendiri. Referensi belajar dari buku, trader, broker yang lebih berpengalaman kita butuhkan.  

Namun dalam belajar saham dan trading, 95% lebih kontribusi adalah berasal dari DIRI KITA SENDIRI. Menganalisa saham, mengembangkan trading plan, belajar membaca indikator, screening saham, semuanya adalah tugas kita. 

Saya ingat dulu sebelum trading full time sekarang, awal-awal mengerti dunia trading, saya dulu juga seorang pekerja kantoran. Tentu sebagai pekerja kantoran, saya tidak punya banyak waktu untuk menganalisa saham di jam market. 

Oleh karena itu, saya selalu meluangkan waktu untuk menganalisa saham ketika market tutup. Biasanya saya meluangkan waktu malam hari untuk analisa teknikal saham-saham tertentu. Atau pagi harinya saya sempat waktu untuk melihat indeks global dan analisa chart. 

Bahkan hari Sabtu dan Minggu saat market tutup, saya lebih sering meluangkan waktu buat menganalisa saham, screening, belajar indikator2 saham, chart pattern yang belum saya mengerti. 

Dalam mengambil keputusan trading, saya juga melakukan secara otodidak, yaitu menguji sistem trading dari apa yang sudah saya analisa di hari sebelumnya. Walaupun saat masih pemula, terkadang saya juga melihat referensi rekomendasi saham dari media masa. 

Saat itu masih dalam bentuk koran cetak. Koran digital / online belum menjamur seperti sekarang. Terkadang saya juga bertanya ke broker saya tentang analisa saham2 tertentu yang saya belum yakin.  

Tetapi seluruh keputusan trading, analisa saham, diversifikasi portofolio, manajemen modal selalu saya lakukan sendiri, secara otodidak. Terkadang indikator yang saya pakai tidak cocok. 

Saya lakukan evaluasi dan mengganti indikator yang lebih nyaman untuk anda. Jika ada saham-saham yang berhasil saya analisa, saya selalu simpan analisa tersebut. Siapa tahu bisa dipakai lagi di trading-trading selanjutnya. 

Lelah... Pengorbanan waktu... Terjebak membeli saham yang salah. Tergoda beli saham pom pom... Semua saya alami dalam proses-proses belajar saham tersebut. Tapi dari sinilah saya dapat banyak sekali pengalaman pribadi.

Dan dari proses belajar saham, hingga saat ini saya bisa bertahan di market dan mengembangkan modal. Meskipun di saat-saat kondisi market lagi jelek saya mungkin nggak trading sebanyak biasanya (Tentu saja profitnya juga nggak sebesar kondisi market normal)... 

Di pos ini: Pengalaman Trading Saham: Berapa Lama Trader Bisa Profit Konsisten? Saya sudah sharing tentang pengalaman pribadi saya mendapatkan profit konsisten di market. Walaupun saya bisa profit konsisten dengan range tertentu, tapi tetap saja dalam kondisi market jelek, profit saya bisa lebih kecil, karena saat market turun, kita tidak disarankan untuk trading terus. Ada saatnya wait and see. 

Tapi coba bayangkan kalau saya nggak pernah belajar saham mandiri, nggak pernah mengorbankan waktu untuk menganalisa. Mungkin modal saya sudah habis ketika kondisi market lagi jelek. 

Inilah mengapa saya sering menyarankan pada trader betapa pentingnya belajar saham mandiri. Karena dengan belajar saham mandiri, PONDASI TRADING anda akan terbentuk. 

Apa saja pondasi trading itu? 

Pondasi trading berkaitan dengan kemampuan menganalisa & screening saham pribadi, manajemen modal, menyusun trading plan, dan memahami seni-seni trading secara mandiri, sehingga dalam kondisi market bullish, bearish, sideways anda paham apa yang harus dilakukan. 

Namun jika anda nggak ada pondasi trading, anda akan mudah goyah. Dalam kondisi market bullish, anda mungkin bisa dapat untung besar. Tapi ketika market berbalik arah, pondasi anda akan kacau balau. 

Hal ini sudah sering terjadi pada kebanyakan trader. Saya sering mendengar kisah-kisah trader yang rugi besar di market. Saat saya tanya kenapa bisa membeli saham tersebut? 

Trader tidak bisa menjawab alasan membeli saham tersebut. Trader membeli saham karena ikut-ikutan "pakar saham", trader beli saham karena ikut rekomendasi di grup-grup premium. 

Trader rela membayar mahal untuk masuk ke grup-grup premium saham, dengan tujuan dapat rekomendasi saham yang bisa memberikan profit cepat tanpa perlu menganalisa sendiri. 

Akhirnya trader justru terjebak dalam kerugian besar, karena trader nggak ada pondasi trading. Di pasar saham, kita perlu belajar saham secara otodidak. 

Memang anda harus punya pengorbanan waktu. Anda harus mau menganalisa mandiri. Karena tidak ada sukses instan di pasar saham, ataupun di bidang manapun. 

Di market kita tidak bisa mengandalkan orang lain sebagai "alat" kita untuk mendapatkan profit. Di pasar saham, anda harus bisa mengambil decision trading secara pribadi, karena seluruh modal yang anda punya adalah tanggung jawab pribadi. 

Kondisi market bisa berubah. Kalau anda tidak punya pondasi trading, anda nggak punya trading plan, anda nggak punya analisa pribadi, anda akan bingung mengambil keputusan trading ketika market yang awalnya bagus tiba-tiba berubah jadi turun tajam. 

Pengalaman trading saham yang saya sharing disini memang adalah pengalaman pribadi. Setiap orang bisa memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Tapi apa yang saya share disini setidaknya bisa menjadi tambahan referensi untuk para pemula yang ingin belajar saham. 

Bahwa untuk bisa bertahan di pasar saham, anda harus punya pondasi. Pondasi itu bisa dibangun jika anda secara rutin, konsisten meluangkan waktu untuk menganalisa saham, belajar saham secara mandiri, melakukan eksekusi trading tanpa harus tergantung dengan orang lain. 

Dengan cara-cara inilah anda bisa memahami pergerakan saham, dan memahami seni market yang sesungguhnya, sehingga tidak mudah terjebak membeli saham jelek, dan anda bisa mengambil keputusan dengan benar baik ketika market bullish, bearish maupun sideways.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.