Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Beli Saham di Pucuk

Dalam trading saham, kita sering mendengar istilah: "Beli saham di pucuk". Banyak yang mengatakan salah satu penyebab saham nyangkut karena trader beli saham di harga pucuk, di mana saham yang sudah berada di pucuk berisiko untuk turun drastis. 


Beli saham di pucuk artinya anda membeli saham ketika harganya sudah naik tinggi, atau beli saham ketika harganya di puncak / di ujung teen naik, sehingga harga saham berpotensi turun dengan cepat. 

Seperti kita ketahui, di pasar saham tidak ada harga saham yang akan naik terus. Saham yang naik tinggi, cepat atau lama pasti akan turun lagi. Dan semakin cepat harga saham naik, maka penurunannya pun juga akan semakin cepat. 

Ini adalah siklus market yang harus anda pahami, di mana saham akan berfluktuatif mengikuti pola yang terjadi. Kita sudah pernah bahas siklus pergerakan saham dengan perumpaan bola basket. Anda bisa pelajari disini: Analisis Saham: Membaca Pergerakan Saham. 

Konsep utama pergerakan harga saham adalah fluktuatif. Harga saham yang naik akan turun lagi. Harga saham yang sudah turun dan murah, berpotensi diborong, sehingga bisa naik lagi. Pelajari: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik. Jual Saat Mau Turun. 

APAKAH BELI SAHAM DI PUCUK BERBAHAYA? 

"Jadi Pak Heze, apakah beli saham yang sudah ada di pucuk itu berisiko?" Tanya anda. 

Secara praktik, ya. Beli saham di harga puncak risikonya lebih besar. Saham yang sudah naik tinggi, itu berarti banyak trader yang koleksi saham di harga bawah / murah. Kemudian market maker terus mengangkat harga saham sampai naik tinggi. 

Tujuan trader beli saham adalah supaya bisa mendapatkan profit. Ketika para trader dan market maker yang sudah beli saham di harga bawah menyadari saham yang dimiliki sudah naik dan menghasilkan profit, pasti mereka akan melakukan TAKE PROFIT, yang menyebabkan harga saham turun. 

Jadi kalau anda beli saham di harga puncak, ibaratnya anda sudah "ketinggalan mengejar kereta". Pada saat banyak trader banyak yang beli di harga bawah, anda beli di harga tinggi, di mana saat-saat tersebut para trader sudah mulai berpotensi untuk jualan. 

Hal ini sering sekali terjadi pada saham yang trennya lagi naik kencang, atau saham2 yang sedang booming karena isu tertentu. Contohnya seperti chart saham INAF berikut: 

Beli saham di pucuk

Perhatikan di mana saham INAF yang naik drastis, setelah naik harga saham terlihat mulai tertahan di resistennya (Tanda persegi). Setelah di tanda persegi, di mana saham terlihat sulit untuk naik lagi, tidak lama kemudian saham INAF mulai turun drastis. 

Membeli saham di harga pucuk berarti trader membeli saham pada kisaran tanda persegi tersebut. Yap, saat saham naik, trader baru membeli. Risiko beli saham di harga puncak adalah saham anda bisa nyangkut di harga pucuk. 

Banyak saham (terutama saham yang naik hanya karena booming sesaat) yang setelah turun drastis, tidak kembali ke harga puncaknya. Inilah salah satu penyebab trader sering nyangkut di harga puncak. 

Supaya anda tidak terjebak membeli saham di harga pucuk, anda bisa menggunakan strategi buy on weakness, yaitu membeli saham ketika harganya sudah turun atau murah secara teknikal. 

Saham yang sudah murah secara teknikal dan diskon, berpotensi naik dibandingkan saham yang sudah di harga pucuk. Selain itu, anda juga bisa mendapatkan saham di harga yang lebih rendah, meminimalkan risiko saham nyangkut. Baca juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.

Kedua, anda perlu menganalisa saham sebelum membeli. Kalau saham sudah menunjukkan kenaikan drastis dan berpotensi turun, sebaiknya hindari dulu sahamnya. 

Jangan terburu membeli saham hanya karena ingin dapat untung besar, padahal risikonya juga besar. Ada baiknya anda pelajari cara-cara membaca saham yang berpotensi turun pada pos berikut: Full Praktik Membaca Saham yang Berpotensi Koreksi. 

Tapi bukan berarti saham yang sudah di harga puncak nggak bisa naik lebih tinggi lagi. Terkadang saham yang sudah naik, bisa breakout terus. Hanya saja, kalau anda ingin menerapkan cara-cara trading yang lebih aman, anda bisa menunggu saham yang sudah naik koreksi dulu baru anda buyback di harga bawah.

Toh, menunggu saham turun tidak ada salahnya. Karena siklus market akan bergerak dalam 2 arah, yaitu naik atau turun. Ketika market dan mayoritas saham lagi turun, anda akan lebih mudah menemukan saham yang sudah di harga support.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.