Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Kenapa Saham Bisa Naik Turun?

Kalau anda mengamati pergerakan harga saham real time selama jam trading Bursa Efek, mayoritas saham harganya selalu naik turun (fluktuatif). Untuk para pemula, mungkin anda bertanya: Kenapa saham bisa naik turun? Dan bagaimana cara mengetahui saham yang potensi naik dan turun dalam periode tertentu? 



Harga saham bisa naik turun karena adanya PERMINTAAN dan PENAWARAN. Sesuai hukum ekonomi, kalau banyak yang membeli (banyak permintaan), maka harga saham akan naik. Sebaliknya, ketika banyak yang menjual (banyak penawaran), maka harga saham akan turun. 

Jadi pergerakan naik turunnya harga saham itu murni terbentuk karena adanya permintaan dan penawaran. Adanya permintaan beli dan penawaran jual, membuat mekanisme harga saham di market akan terbentuk.  

Sama seperti barang-barang komoditas riil, ketika banyak permintaan maka harga barang komoditas akan naik. Demikian juga sebaliknya. Tapi mungkin anda masih belum puas dengan jawaban ini. Karena jawaban diatas memang adalah jawaban yang paling dasar. 

Sebenarnya ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan para trader / pelaku pasar tertarik membeli saham (permintaan) dan menjual saham (penawaran). Tentu saja permintaan dan penawaran tidak terjadi begitu saja, namun ada hal-hal yang mempengaruhi minat trader untuk melakukan aksi beli dan jual saham. Sebagai trader, hal inilah yang perlu anda pahami. 

Di pasar saham, ada beberapa penyebab kenapa harga saham bisa naik turun. Berikut beberapa hal yang bisa mempengaruhi minat market untuk membeli ataupun menjual suatu saham:   

1. Harga saham sudah mahal atau murah (faktor teknikal) 

Faktor utama penyebab naik turunnya harga saham adalah karena harga saham memang sudah murah atau sudah mahal. Ketika harga saham sudah murah, maka saham akan banyak dibeli (permintaan tinggi), sehingga harganya akan naik. 

Sebaliknya, ketika harga saham sudah mahal, maka saham tersebut pasti akan dijual (penawaran tinggi), sehingga harganya rentan turun. 

Ingat bahwa fluktuatif harga saham disebabkan karena mayoritas pelaku pasar yang ingin mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga saham jangka pendek. 

Itulah sebabnya ketika harga saham sudah murah atau turun, maka saham akan dibeli. Dengan harga murah, anda bisa mendapatkan saham dengan jumlah lebih banyak. Apalagi jika saham yang anda beli adalah saham-saham bagus.

Namun tidak selamanya harga saham akan naik. Kalau harga saham sudah naik tinggi dan banyak orang yang sudah beli di harga bawah, maka harga saham cepat atau lama pasti akan turun, karena para trader akan melakukan take profit. 

Menganalisa mahal murahnya harga saham dalam jangka pendek bisa dilakukan dengan ANALISIS TEKNIKAL / GRAFIK. Analisis teknikal dapat memberikan petunjuk pada trader mengenai saham2 yang punya potensi naik maupun saham2 yang akan turun.

Anda bisa pelajari cara-cara menganalisa saham murah (diskon) dan menganalisa saham yang sudah mahal dan berpotensi turun disini: 
2. Pengaruh fundamental perusahaan 

Kondisi kinerja fundamental dapat mempengaruhi minat pelaku pasar untuk membeli ataupun menjual suatu saham. Tentu saja hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga sahamnya. 

Sebagai contoh, perusahaan yang sering mengalami rugi, atau laba bersihnya cenderung dari tahun ke tahun, hal ini dapat menurunkan minat pelaku pasar untuk membeli saham tersebut. 

Pada akhirnya, kalau saham tidak diminati dan sepi transaksi, harga saham akan sulit untuk naik. Ketika banyak saham dijual, maka harga saham dalam jangka pendek- menengah juga rentan turun. 

Sebaliknya, kondisi kinerja fundamental yang bagus, juga dapat mempengaruhi minat pelaku pasar untuk membeli saham tersebut, sehingga ketika banyak permintaan beli, harga saham akan naik.  

3. Pengaruh kondisi fundamental negara (makro) 

Kondisi ekonomi negara yang sedang turun atau lesu, menyebabkan investor saham menahan modalnya untuk tidak membeli saham terlebih dahulu. Sedangkan investor2 yang sudah memiliki saham akan menjual saham, sehingga harga saham rentan turun.  

Pada saat pandemi virus Corona tahun 2020, mayoritas saham harganya jatuh, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.  

Demikian juga dengan politik negara. Ketika politik negara sedang kacau, hal ini membuat investor akan menjual saham besar-besaran dan memilih untuk menginvestasikan dananya diluar sahah. Tentu hal tersebut bisa menyebabkan harga saham turun. 

Sebaliknya, ketika kondisi ekonomi sedang bagus, pertumbuhan ekonomi meningkat, fundamental perusahaan-perusahaan membaik, banyak investor yang akan masuk ke pasar saham, sehingga ketika banyak permintaan beli, harga saham akan naik. 

4. Aksi korporasi perusahaan 

Aksi korporasi perusahaan terutama pembagian dividen, stock split, reverse stock split, right issue adalah beberapa aksi korporasi yang dapat mempengaruhi minat investor dan trader untuk membeli ataupun menjual saham perusahaan. 

Sebagai contoh, ketika perusahaan akan membagikan dividen besar dan harga sahamnya saat itu sudah murah, maka menjelang pembagian dividen, para pelaku pasar akan memborong sahamnya, sehingga harga saham naik mendekati tanggal pengumuman dividen. 

Contoh lainnya adalah right issue. Jika perusahaan melakukan right issue dibawah harga pasarnya saat ini, maka secara psikologis, pelaku pasar akan menjual saham perusahaan hingga harganya turun mendekati harga right issue-nya. Baca juga: Right Issue dan Dampaknya terhadap Harga Saham. 

5. Rumor dan sentimen market 

Rumor dan sentimen-sentimen yang beredar di pasar saham maupun di perusahaan tertentu, membuat pelaku pasar berminat untuk membeli ataupun menjual saham tersebut. Jika rumor dan sentimen dianggap bagus, maka banyak permintaan beli. Demikian sebaliknya. 

Sebagai contoh, rumor tentang merger dan akuisisi. Ketika Bank Danamon dikabarkan akan diakuisisi oleh Bank Jepang MUFG (Salah satu bank besar di Jepang), harga saham Bank Danamon langsung naik drastis. 

Contoh lainnya, ketika vaksin untuk Covid dikabarkan akan masuk ke Indonesia, saham-saham yang berkaitan dengan vaksin Covid yaitu saham2 sektor farmasi, harganya naik drastis. Anda bisa perhatikan contoh harga saham Kimia Farma berikut: 

Kenapa Saham Bisa Naik Turun

Perhatikan grafik saham KAEF diatas, di mana KAEF sempat naik dari harga 3.000 ke 7.000 ketika ada sentimen vaksin Covid akan masuk ke Indonesia. Karena sentimen tersebut, banyak orang yang berburu saham2 farmasi salah satunya saham Kimia Farma.

Tapi ketika harga saham sudah mahal, dan euforia sentimen sudah tidak sekuat sebelumnya, pelaku pasar yang sudah punya saham di harga bawah menjual saham KAEF, sehingga harganya turun lagi ke 2.000-an.  

Jadi, adanya rumor dan sentimen akan menyebabkan euforia pasar dan panic selling (Panik jual). Euforia akan membuat para pelaku pasar membeli saham, sehingga saham2 naik. Panic selling karena berita dan rumor negatif, membuat pelaku pasar 

6. Manipulasi harga saham 

Manipulasi harga juga menyebabkan harga saham bisa naik dan turun secara cepat. Anda mungkin sering menemukan saham yang tiba-tiba bisa naik dan turun lebih dari 10% dalam waktu cepat. Hal ini biasanya terjadi pada saham-saham yang market cap-nya kecil. 

Saham-saham dengan market cap kecil dan sedikit peminat, harga sahamnya lebih mudah dimanipulasi (digerakkan) oleh bandar saham tertentu, sehingga pergerakan harganya terkadang tidak beraturan.

Itulah faktor-faktor yang bisa menjawab pertanyaan: Kenapa saham bisa naik turun? Memang masih ada banyak faktor lainnya di market yang menyebabkan harga saham bisa naik dan turun. 

Tetapi keenam faktor diatas sebenarnya adalah faktor utama yang PALING SERING terjadi, di mana hal-hal diatas yang sering mempengaruhi minat pelaku pasar untuk koleksi maupun distribusi saham.  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.