Salah satu rasio likuiditas yang cukup populer digunakan dalam analisa laporan keaungan CURRENT RATIO (Rasio lancar). Rasio lancar merupakan perbandingan total aset lancar dengan total kewajiban lancar.
Dalam current ratio, kita menggunakan aset lancar total karena aset lancar adalah aset-aset perusahaan yang paling likuid, yang bisa digunakan untuk melunasi kewajibannya dengan segera.
Bayangkan kalau perusahaan tidak memiliki kecukupan aset lancar, maka perusahaan tidak akan bisa melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kalau perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban jangka pendek, perusahaan akan terkena risiko pailit.
Berikut adalah rumus current ratio (CR):
Rumus Current Ratio |
Yang termasuk dalam aset lancar contohnya adalah kas dan setara kas, investasi jangka pendek (seperti deposito, surat berharga), piutang usaha, persediaan dan aset2 jangka pendek lainnya yang bisa dicairkan jangka pendek (dibawah 1 tahun) dan dapat digunakan segera.
Yang termasuk dalam kewajiban jangka pendek adalah kewajiban2 yang punya jatuh tempo maksimal 1 tahun seperti utang usaha, utang dagang, utang bank jangka pendek. Anda juga bisa melihat kewajiban jangka pendek pada laporan keuangan perusahaan.
Untuk mencari nilai current ratio, anda bisa melihat pada laporan keuangan, tepatnya pada laporan posisi keuangan (neraca).
INTERPRETASI DAN CARA ANALISA CURRENT RATIO
Current ratio yang bagus adalah rasio yang nilainya berada diatas 1. Artinya perusahaan memiliki aset lancar yang lebih besar dibandingkan kewajiban lancarnya.
Dengan kata lain, perusahaan memiliki kecukupan aset yang bisa digunakan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo segera. Sehingga ketika nilai current ratio diatas 1, artinya perusahaan memiliki likuiditas yang 100% aman.
Sekarang kita akan langsung masuk ke contoh soal menghitung current ratio dan jawabannya pada laporan keuangan perusahaan riil. Disini kita akan menggunakan laporan keuangan PT Astra International Tbk (ASII).
Kita coba gunakan data laporan keuangan ASII selama dua tahun. Dari data laporan keuangan ASII, didapatkanlah nilai current ratio sebagai berikut:
Dari current ratio ASII diatas, didapatkan nilai current ratio diatas 1 setiap tahun, di mana tahun 2019 CR ASII adalah 1,3 kali dan tahun 2020 sebesar 1,6 kali. Artinya kita dapat menyimpulkan bahwa setiap tahun ASII memiliki jumlah aset lancar yang lebih besar dibandingkan kewajiban lancarnya.
Kesimpulannya, ASII memiliki likuiditas yang bagus. ASII memiliki kecukupan aset lancar yang bisa digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Sehingga, dari segi likuiditas, tidak ada yang dikhawatirkan dari perusahaan ASII.
Itulah cara melakukan analisis current ratio. Yap, caranya se-simpel itu. Intinya, kalau CR perusahaan diatas 1 setiap tahun, maka likuiditas perusahaan dapat dikatakan bagus.
Nah, yang berbahaya adalah kalau anda menemukan CR perusahaan nilainya selalu dibawah 1. Atau selama tren beberapa tahun, ada CR perusahaan yang nominalnya berada dibawah 1.
Maka ini adalah indikasi bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang buruk. Perusahaan dengan likuiditas buruk berpotensi terkena risiko pailit yang besar, karena perusahaan tidak memiliki kecukupan aset lancar untuk melunasi seluruh kewajiban jangka pendeknya.
Anda juga perlu mewaspadai jika CR perusahaan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Hal ini juga mengindikasikan adanya penurunan likuiditas perusahaan.
Analisa current ratio juga bisa anda bandingkan dengan perusahaan di sektor sejenis. Apabila nilai CR perusahaan berada diatas rata-rata industri, maka dapat dikatakan perusahaan punya likuiditas yang sangat baik di sektor industrinya.
Namun jika perusahaan memiliki CR yang selalu berada diatas 1 setiap tahun, sebenarnya perusahaan sudah dapat dikatakan aman alias memiliki likuiditas yang bagus.
Itulah contoh soal menghitung current ratio dan jawabannya. Semoga bermanfaat untuk anda.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.