Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Saham Auto Reject: Peluang Trading

El Heze

Dalam perdagangan saham, kita mengenal istilah AUTO REJECT. Auto reject terdiri dari dua, yaitu auto reject atas (ARA) dan auto reject bawah (ARB). Anda bisa pelajari tentang auto reject disini: Arti dan Ilustrasi Auto Reject Saham. 


Secara singkat, ARA adalah kenaikan harga saham secara drastis dalam satu hari hingga mencapai batas maksimal kenaikan harga saham dalam satu hari. 

Sebaliknya, ARB berarti penurunan harga saham dalam satu hari, yang mencapai batas maksimal penurunan harga saham dalam sehari, sesuai ketentuan (aturan) Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Di pos ini, kita akan bahas khusus tentang saham-saham yang terkean auto reject bawah dan peluang tradingnya. Sedangkan untuk peluang trading di saham2 auto reject atas, bisa anda pelajari disini untuk strateg trading menitan: Cara Trading Cepat 15 Menit - Scalping Trading. 

Saham-saham yang turun drastis dan kena ARB seringkali membuat banyak trader panik. Saham yang kena ARB biasanya terjadi karena suatu hal, biasanya karena: SENTIMEN NEGATIF. 

Misalnya, saham HMSP dan GGRM harga sahamnya pernah kena ARB dua hari berturut-turut setelah pengumuman kebijakan kenaikan cukai. Hal ini membuat market panic selling, sehingga sahamnya kena ARB.  

Nah, sentimen negatif ini seringkali memepermainkan psikologis trader. Ketika saham ARB, banyak trader yang takut beli sahamnya. Banyak trader yang bertanya: Apakah sahamnya masih prospek untuk dibeli?

Tetapi di satu sisi, kalau saham kena ARB, otomatis harganya jadi jauh lebih murah (secara teknikal). Jadi, ketika anda menemukan saham yang turun drastis hingga ARB, sebenarnya hal ini juga bisa menjadi peluang trading. 

Namun tentunya, anda tidak bisa membeli saham yang kena ARB secara asal-asalan, karena tidak semua saham ARB punya peluang bagus untuk trading. 

Saham ARB bisa anda manfaatkan untuk trading jangka pendek. Namun ada baiknya, anda memperhatikan beberapa analisa berikut jika ingin trading pada saham yang sedang ARB:     

1. Pilih saham ARB yang secara historis chartnya bagus 

Faktanya, banuak saham ARB karena memang sahamnya adalah saham2 gorengan yang tidak likuid. Kalau anda menemukan saham2 tidak likuid (bid offernya sedikit), grafik sahamnya tidak beraturan, maka sebaiknya hindari sahamnya untuk trading. 

Karena banyak saham gorengan yang setelah ARB, harganya turun terus dan tidak sedikit yang sahamnya tidak naik lagi ke harga semula. 

Saran saya, pilihlah saham2 likuid, atau saham2 blue chip yang kena ARB karena sentimen negatif sesaat. Biasanya saham2 tersebut setelah ARB dan harganya murah, sahamnya technical rebound cepat. 

Contohnya yang pernah terjadi pada saham HMSP dan GGRM. Kedua saham ini adalah saham2 likuid yang punya market cap besar. Namun selama 2 hari, sahamnya jatuh kena ARB. Perhatikan contoh chart HMSP berikut: 

Saham Auto Reject

Yang saya beri tanda lingkaran itu adalah saat di mana HMSP harganya jatuh kena ARB (GGRM juga punya pola yang sama). Jatuhnya saham HMSP dikarenakan pengumuman kenaikan cukai rokok, yang membuat market menjadi pesimis terhadap saham2 di sektor rokok, sehingga sahamnya jatuh. 

Namun bisa kita lihat, setelah 2 hari ARB, saham HMSP kembali hijau (tanda panah). Saat itu, HMSP naik sekitar 4% setelah tekanan ARB reda. 

Jadi, kalau ada saham yang memang fundamentalnya bagus, chartnya likuid tiba2 kena ARB, maka anda bisa gunakan kesempatan untuk trading. 

2. Tunggu tekanan jual reda  

Berdasarkan pengamatan saya, saham2 bagus yang kena ARB, biasanya tekanan ARB berlangsung antara 1-3 hari. Setelah 1-3 hari, dan tekanan jual saham mulai reda, mulai ada kenaikan harga saham, disitulah ada peluang besar untuk rebound. 

Seperti pada contoh saham HMSP diatas, di mana harga sahamnya mengalami ARB selama 2 hari. Tapi setelah itu, hari ketiga sahamnya rebound. Ketika tekanan jual reda, anda bisa mulai pertimbangkan untuk akumulasi sahamnya. 

Nah, untuk melihat kekuatan tekanan beli dan jual, memang anda harus meluangkan sedikit waktu untuk memantau kecenderungan pergerakan sahamnya selama jam market. Biasanya saya gunakan cara seperti ini: 

Hari pertama: Saham turun drastis kena ARB. Saya tidak akan beli sahamnya. Hari kedua: Saham masih jatuh, maka saya hindari sahamnya. Hari ketiga: Jika penurunan harga saham tidak se-drastis dua hari pertama, maka disitulah saya mulai tradingkan sahamnya. 

Catatan: Contoh tiga hari diatas bukanlah patokan baku. Ada juga saham ARB yang hanya terjadi 1 hari, besoknya sudah rebound. Tapi inti analisanya tetap sama seperti diatas. 

Penurunan harga saham justru bisa anda manfaatkan untuk meraih profit jangka pendek. Anda harus melihat peluang2 tersebut. Kalau anda menemukan saham yang ARB, jangan langsung menghindari sahamnya. Jika saham yang ARB adalah saham2 bagus, bukankah itu bisa menjadi peluang?  

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.