Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Beli Saham BUMN, Pasti Untung?

El Heze
Anda mungkin sering mendengar stigma: Saham BUMN itu aman dan untungnya (profit) lebih pasti, karena perusahaannya dijamin oleh pemerintah. Benarkah demikian? Kita bahas fakta2 pergerakan saham BUMN di pasar saham kita. 

Di pasar saham, cukup banyak perusahaan BUMN yang listing dari berbagai sektor, Beberapa contoh saham BUMN yang pergerakan sahamnya cukup likuid, dan emitennya juga cukup terkenal yaitu: 

1. PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
2. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) 
3. PT Jasamarga Tbk (JSMR) 
4. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 
5. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
6. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) 
7. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) 

Dan masih banyak saham2 BUMN lainnya. 
Faktanya, kita semua juga menghadapi masa-masa di mana saham BUMN tidak selalu memiliki pergerakan harga yang bagus. 

Sebagai contoh, kita pernah mengalami masa2 di mana ketika sektor konstruksi sedang banyak diterpa sentimen jelek, seperti arus kas-nya yang negatif, debt to equity ratio-nya besar. Maka tren saham2 BUMN di sektor konstruksi seperti WIKA, WSKT, PTPP dan kawan2 juga ikut turun drastis. 

Di satu sisi, tidak semua saham2 BUMN likuid. Ada saham2 BUMN yang pergerakan harga dan trennya tidak terlalu baik. Contohnya (menurut versi saya pribadi) saham PPRO yang likuiditasnya masih cenderung rendah dibandingkan BUMN lainnya seperti WSKT, WIKA, PTPP. 

Kalau anda membeli saham di masa-masa itu, atau bahkan anda beli saham hanya karena stigma saham BUMN itu aman, maka return saham anda akan minus. 

Saham PTPP - Sempat turun drastis dalam 2 tahun
Jadi kalau anda ingin membeli saham2 BUMN, ada baiknya anda mempertimbangkan strategi2 berikut:  

1. Perhatikan momentum tren sektornya 

Untuk membeli saham BUMN, anda harus perhatikan apakah sektor bisnis di saham tersebut sedang booming atau masih lesu / banyak sentimen negatif. 

Karena ketika tren saham2 BUMN di satu sektor pada lesu, masih banyak sentimen negatif, maka imbasnya saham2 BUMN di sektor tersebut akan turun semua. Sebagai contoh sektor konstruksi yang sempat sedikit saya singgung diatas. Saham2 konstruksi BUMN seperti WSKT, WIKA, PTPP semuanya turun.  

Maka untuk anda yang terutama seorang investor atau positioning trading, jangan terburu masuk dalam jumlah besar di saham2 tersebut. 

Masuklah di saham2 BUMN ketika sektornya lagi booming, perekonomian sedang bagus (biasanya saham BUMN konstruksi, infrastruktur akan ikut naik), dan tren sahamnya naik. Baca juga: Panduan Simpel & Efektif Memilih Saham Bagus. 

Untuk anda seorang trader, anda bisa mentradingkan saham2 BUMN dengan melihat likuidtas (baca poin 3), dan pergerakan teknikalnya jangka pendek. Anda bisa beli saham2 di harga support atau cari saham2 BUMN yang sudah diskon. Baca juga: Cara Mencari Saham Diskon yang Punya Potensi Naik. 

2. Valuasi saham 

Perhatikan juga valuasi saham BUMN. Valuasi saham yang sudah tinggi membuat saham2 BUMN akan cenderung bergerak stagnan. Contohnya di saham PPRO (salah satu saham BUMN di sektor properti). 

PPRO yang saat itu (sebelum stock split) harganya booming di tahun 2016-2017 naik dari harga 200 ke 1.500, banyak yang beranggapan bahwa PPRO bakal naik lagi. PPRO harga wajarnya 2.000 dan sebagainya. 

Tetapi secara valuasi, PPRO sudah mahal sekali dibandingkan saham2 di sektornya. Maka pergerakan PPRO hanya cenderung bergerak stagnan.

3. Tren dan Likuiditas saham 

Tidak semua saham BUMN likuid dan trennya (secara analisa teknikal) bagus untuk ditradingkan. Oleh karena itu, kalau anda ingin trading / investasi di saham2 BUMN, anda harus memilih saham2 yang punya pergerakan harga dan likuiditas yang baik. 

Contohnya saham2 BUMN di indeks LQ45 seperti TLKM, BBRI, BMRI, JSMR memiliki likuiditas yang bagus, serta pergerakan grafik yang dapat dianalisa dengan analisis teknikal.

Pilihlah juga saham2 BUMN blue chip seperti BBRI, BMRI, TLKM, di mana produk2 saham tersebut pasti dibutuhkan secara langsung oleh masyarakat, dan pergerakan sahamnya juga bagus. 

Jangan asal memilih saham BUMN hanya karena label BUMN-nya. Contohnya kita bisa lihat saham KRAS yang tren sahamnya dalam jangka panjang justru turun terus, karena DER-nya sangat tinggi, dan perusahaannya juga rugi bersih. 

Kesimpulannya, baik trading maupun investasi, anda harus tetap melakukan analisa-analisa tersebut, baik dari segi analisa teknikal, fundamental mikro dan makro sebelum membeli saham BUMN.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.