Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Ulasan Perjalanan IHSG 2018

El Heze
Tidak terasa tahun 2018 sudah berakhir. Tahun 2018 ini IHSG kita ditutup di level 6.194,5 pada tanggal 28 Desember 2018. Sebuah pencapaian yang sebenarnya boleh saya katakan JAUH dari prediksi2 sebelumnya. 

Awal 2018 lalu, banyak analis, trader, broker yang memprediksi kalau IHSG punya potensi tembus ke 7.000, karena banyak analis yang melihat pergerakan IHSG di 2017 uptrend dan menembus all time high-nya. 

Dulu tanggal 1 Januari 2018, saya juga sudah pernah mengulas tentang prediksi IHSG setahun kedepan disini: Prediksi IHSG 2018. Di mana saya sudah menuliskan bahwa IHSG tahun 2018 akan menghadapi tantangan, termasuk IHSG yang sudah overvalued. 

Meskipun saya sebenarnya sama sekali nggak yakin kalau IHSG tahun 2018 bakalan tembus 7.000 (karena alasan2 yang sudah saya ulas di pos sebelumnya), tapi prediksi kita memang sedikit meleset, karena saya memprediksi IHSG akan berada di kisaan 6.500-6.700 akhir tahun, tapi ternyata kenyataannya lebih rendah daripada itu (6.194,5). 

Saya yakin hampir semua trader, analis yang sangat optimis dengan IHSG di tahun 2018 tembus ke 7.000 (karena mengacu pada historis IHSG 2017 yang ditutup bagus), namun faktanya IHSG 2018 boleh saya katakan lesu (meskipun ekonomi kita nggak lesu atau lagi ada krisis). 

But who knows.. Nggak ada yang bisa memastikan masa depan. Oke sekarang kita lihat bersama IHSG kita selama 1 tahun (2018) dibawah ini:

Tren IHSG Tahun 2018

Bisa anda lihat grafik diatas, di awal-awal bulan (Januari - pertengahan Februari) IHSG kita cenderung uptrend. Hal ini wajar karena umumnya IHSG di awal tahun cenderung naik, selain karena adanya efek Window Dressing, ada January Effect juga. 

Tetapi kenaikan IHSG nggak bertahan lama. Pertengahan Februari IHSG langsung anjlok srtelah berhasil mencetak all time high di level 6.693. IHSG terus anjlok sampai awal Juli 2018, di mana IHSG balik lagi ke level 5.500. 

Di saat itu, banyak sekali trader yang panik yang beranggapan bahwa IHSG mau jatuh ke 4.000. BBRI balik ke 2.000. Saham UNVR balik ke 5.000 dan kepanikan2 lainnya, di mana kepanikan2 ini tentunya juga membuat pemula yang masih belum tahu apa2 tentang pasar saham, psikologisnya jadi nggak tenang. Mau makan nggak enak, mau tidur nyaman.

Kalau kita perhatikan lebih seksama, IHSG sebenarnya ditahan terus di level 5.500, karena selama 4 bulan lebih ini IHSG cuma mantul terus di 5.500-5.900. Nggak pernah naik lebih tinggi dari itu, dan nggak pernah turun dibawah 5.500 (perhatikan tanda persegi). 

Kenapa bisa begitu? We don't know, tapi memang saya melihat turunnya IHSG ini sebenarnya bukan dikarenakan Indonesia lagi krisis ekonomi atau semacamnya, tetapi beberapa penyebab UTAMA IHSG anjlok di tahun 2018 adalah sebagai berikut: 

- Perang dagang AS dan Tiongkok
- Nilai tukar Rupiah cenderung melemah terhadap Dollar AS (Efek perang dagang)
- Dampak lanjutan dari perang dagang 
- Kepanikan pelaku pasar  

Dari penyebab2 penurunan IHSG diatas, bisa kita lihat bahwa penurunan IHSG lebih karena guncangan eksternal. Namun guncangan eksternal ini tentu akan membawa dampak untuk Indonesia, terlebih IHSG. But, sekali lagi penurunan IHSG bukanlah dikarenakan Indonesia lagi krisis ekonomi. 

Maka nggak ada alesan lagi bagi pelaku pasar untuk menjatuhkan IHSG lebih dalam. Di satu sisi, kalau anda saat itu sering mengamati saham2 blue chip, maka saham2 blue chip ini akan selalu dikoleksi lagi setelah benar2 turun tajam. 

Saham BBRI misalnya, ketika harga BBRI turun terus ke 2.900, BBRI selalu naik lagi. Demikian pula dengan saham2 lain seperti HMSP yang setelah turun ke 3.300-an selalu berhasil rebound lagi. Jadi apa yang dikhawatirkan oleh trader bahwa BBRI akan balik ke 1.500 dan sebagainya, sama sekali nggak terjadi. 

Kemudian pada dua bulan terakhir, IHSG akhirnya berhasil membentuk pola uptrend dari 5.600 dan akhirnya IHSG berhasil menembus kembali level 6.000. Yup, IHSG ditutup tepatnya di level 6.194,5.  

Kabar baiknya, IHSG yang ditutup di 6.194,5 itu sebenarnya bagus, dan harusnya seperti itu. Lho kok? 

Penutupan IHSG di tahun 2018 yang nggak terlalu tinggi ini justru bagus, karena kalau IHSG katakanlah ditutup di 7.000 atau bahkan diatas itu, maka hal ini bisa berpotensi menyebabkan bubble IHSG. 

Apalagi di tahun 2019 nanti adalah tahun Pilpres. Nah kalau IHSG sudah naik diatas 7.000 sekarang, sangat sangat mungkin IHSG akan jatuh dengan cepat, dan mungkin saham2 anda juga akan jatuh lebih banyak lagi dibandingkan sebelumnya. 

Fenomena bubble IHSG ini sudah beberapa kali terjadi di pasar saham kita, contohnya seperti yang terjadi di tahun 2015. Di mana IHSG di tahun sebelumnya meskipun sudah overvalued, tapi terus saja naik, menembus all time high seolah kondisi IHSG sangat bagus. Namun ketika kondisi ekonomi internal mulai bergolak, IHSG langsung jatuh tanpa ampun. 

Jika IHSG sekarang masih di 6.194, maka IHSG masih punya peluang naik yang tinggi. Dan kalau nanti di tahun Pilpres 2019 pelaku pasar masih belum mau masuk ke pasar saham Indonesia (karena masih wait and see), setidaknya IHSG nggak jatuh2 amat, karena di tahun 2018 IHSG sudah turun banyak, di mana net sell asing IHSG tahun 2018 mencapai 50 triliun!

Walaupun pelemahan IHSG ini sejatinya bukanlah pelemahan tertinggi, karena di tahun 2018 IHSG "hanya" turun 2,4%. Bandingkan tahun 2015 di mana IHSG terjerembab sampai 12,1%. Tetapi hal ini bisa menjadi suatu kabar baik, karena dengan penurunan IHSG ini, IHSG berpeluang naik tinggi kalau di tahun depan kondisi makro Indonesia mulai dibanjiri sentimen positif. 

Oke terus bagaimana dengan prediksi IHSG 2019 nanti? Faktor2 apa yang perlu anda perhatikan? Apakah anda sudah bisa membeli saham lebih banyak, mengingat IHSG sekarang belum benar2 uptrend lagi? Simak ulasan saya disini: Prediksi IHSG 2019 (belum terbit... coming soon). 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.