Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Bisakah Indikator Saham Menghasilkan Profit Konsisten?

Pada saat pertama kali belajar analisa teknikal, anda akan diperkenalkan dengan berbagai macam penggunaan indikator analisis teknikal. Indikator untuk trading saham termasuk dalam analisis teknikal modern. Baca juga: Analisis Teknikal Klasik vs Analisis Teknikal Modern.  

Memang indikator teknikal merupakan analisa teknikal yang sangat umum digunakan trader untuk melakukan analisa saham, sehingga dengan adanya indikator, diharapkan bisa membantu trader untuk mengambil keputusan trading yang tepat.    

Karena indikator analisa teknikal ada begitu banyak, sebagian besar trader selalu mencoba untuk menemukan sistem analisa teknikal yang cocok. Baca juga: Cara Menemukan Indikator Trading Terbaik. 

Contoh indikator saham adalah: Stochastic, Moving Average, MACD, Bollinger Bands, CCI, RSI, Williams% dan lain2.  Seberapa banyak dari anda yang sering mendengar istilah2 ini dalam trading? Bahkan para analis saham, kerap menggunakan indikator2 ini untuk memberikan ulasan dan rekomendasi saham. 

Tetapi faktanya, banyak trader yang nyaris tidak bisa menghasilkan profit yang konsisten dari indikator. Saya berkali-kali mendapat curhat dari trader: "Pak Heze kenapa indikator sudah memberikan sinyal beli, tapi kok malah turun terus? Kenapa indikator memberikan sinyal jual, kok malah naik terus?"

Selama saya menjalani trading, indikator saham memang tidak bisa memberikan profit yang konsisten. Lho kenapa begitu? 

Anda harus tahu cara kerja indikator saham. Indikator saham pergerakannya akan selalu mengikuti pergerakan harga. Pergerakan harga ditentukan oleh supply dan demand dari para trader. 

Jadi kalau pada saat itu ada permintaan beli yang besar, maka yang terjadi indikator akan memberikan sinyal bahwa harga saham akan diangkat naik lagi dalam jangka pendek. Sebaliknya, kalau terjadi tekanan jual yang besar, sehingga harga saham turun dalam, maka indikator juga akan ikut bergerak turun, searah dengan tekanan jual yang dilakukan trader.

Oke that's simple. Cara kerja indikator itu simpel. Maka dari itu, banyak trader yang demen menggunakan  indikator untuk trading. Saya yakin dari apa yang saya tulis diatas, anda bisa memahaminya. 

Tapi bagaimana kalau kasusnya begini: Awalnya suatu saham terdapat permintaan beli yang sangat besar, sehingga indikator menunjukkan sinyal beli. Namun keesokan hari, karena para trader merasa profitnya sudah cukup dan harga saham sudah naik tinggi, tiba2 sebagian besar trader menjual sahamnya. 

Dalam hal ini, anda kemungkinan akan tertipu, karena indikator yang awalnya memberikan sinyal beli... Ehhh tiba2 indikator berubah jadi death cross lagi alias memberikan sinyal jual dalam waktu singkat. 

Bingung kan harus apa? 

Banyak trader yang terlalu percaya dengan indikator. Ujung2nya mereka harus kecewa pada saat indikator memberikan perubahan sinyal secara mendadak. 

Artinya kalau mau untung, anda harus mempelajari pergerakan saham itu sendiri. Bukan hanya dari indikator. Tapi anda harus belajar analisa2 teknikal klasik: Candlestick, support-resisten, tren saham, analisa IHSG. Anda bisa mendapatkan materi dan praktik langsung analisis teknikal disini: Buku Saham Analisis Teknikal Pemula - Expert. 

Karena analisa2 inilah yang anda butuhkan untuk trading. Dengan analisa-analisa teknikal tersebut, anda bisa tahu saham apa yang layak dibeli, saham apa yang tidak layak anda tradingkan, kecenderungan pergerakan saham naik atau turun. Semuanya itu akan terefleksi dari analisa teknikal klasik. 

"Jadi apakah indikator itu sebaiknya nggak perlu kita gunakan?" Tanya anda semakin penasaran. 

Indikator tetap penting. Saya sendiri trading menggunakan indikator, dan indikator terbukti bisa menghasilkan profit. Akan tetapi, indikator bukanlah analisa utama. Indikator sifatnya adalah untuk PELENGKAP. 

Ibarat anda makan nasi, daging, sayur dan sambal. Sambal sifatnya adalah pelengkap, bukan makanan utama. Makan nasi lauk pauk ditambah sambal akan menambah rasa sedap pada makanan. 

Tetapi kalau anda makan nasi, daging dan sayur tanpa sambal, anda akan tetap kenyang. Sebaliknya kalau anda hanya makan sambal tanpa nasi, daging dan sayur, anda tidak akan kenyang. Kira-kira seperti itulah analoginya. 

Jadi untuk mendapatkan profit konsisten dari saham, sangat baik jika anda melakukan kombinasi keduanya: Kombinasi indikator dan analisa teknikal klasik. Baca juga: Belajar Analisa Teknikal Full. 

Saya sendiri sudah trading bertahun-tahun, dan saya tidak meninggalkan indikator untuk menganalisis suatu saham. Saya tetap menggunakan indikator. Tetapi indikator sifatnya adalah untuk analisa tambahan. 

Katakanlah indikator saham sudah memberikan sinyal yang bagus untuk membeli, tetapi dari sisi market sendiri masih bearish misalnya. Atau tekanan jual masih tinggi, maka saya lebih cenderung untuk menahan diri untuk membeli sahamnya. 

Kesimpulannya: Hanya mengandalkan indikator untuk trading, harus saya akui, tidak akan bisa menghasilkan profit konsisten. Mau sebanyak apapun indikator yang anda pakai, anda tetap akan mudah tertipu dengan pergerakan indikator. 

Karena indikator sifatnya hanya mengikuti pergerakan harga. Kalau anda mau dapat profit yang konsisten di saham, anda harus melakukan kombinasi indikator dengan analisis teknikal klasik. Ada banyak faktor yang harus anda praktikkan agar bisa mendapatkan untung di pasar saham, bukan hanya indikator. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.