Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Nilai Tukar Rupiah dan Pelemahan Harga Saham

Akhir-akhir ini pelaku pasar dikhawatirkan dengan penguatan Dollar AS secara signifikan, sehingga nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS terlihat seolah "melemah" ( di mana nilai tukar Rupiah bahkan sempat menyentuh 15.000). Di satu sisi, sebenarnya bukan hanya nilai tukar Rupiah saja yang terdepresiasi terhadap Dollar AS, tetapi sebagian besar mata uang dunia juga terkena dampaknya (anda bisa baca-baca beritanya di mbah Google). 

Jadi tidak heran kalau kemudian banyak pelaku pasar yang panic selling. IHSG sempat drop -4,5% sehari. Sebagian besar trader kemudian mengaitkan pelemahan nilai tukar Rupiah 2018 dengan krisis moneter 1998 (tahun 1998 saat terjadi krisis moneter nilai tukar rupiah juga anjlok). 

Kemudian saya sempat membaca pendapat trader2 di grup-grup saham, yang kebanyakan isinya sudah pada takut, pada cut loss, membicarakan krisis dan lain2. Padahal faktanya tidak seburuk itu... Nanti saya akan menulis pos tersendiri tentang pola berulang IHSG (mohon bersabar). 

Jadi apakah ketika IHSG turun sebanyak itu, menandakan bahwa negara kita sedang krisis ekonomi? Apakah krisis 1998 akan terulang? Eknomi kita sedang jatuh? Apakah saat itu adalah saat yang tepat untuk 'berdiam diri', tidak membeli saham apapun? 

Well, sebelum anda berpikir hal yang sama dengan kebanyakan trader lain, anda harus memahami terlebih dahulu fakta-fakta tentang perbandingan penurunan nilai tukar Rupiah tahun 2018 dengan tahun 2008 dan 1998. Perhatikan gambar dibawah ini: 

Sumber gambar: Detik Finance (www.detik.com)

Dari perbandingan data siklus 10 tahunan (1998 vs 2008 vs 2018), di tahun 2018 justru kondisi ekonomi kita yang paling bagus. Well, tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,10%, tapi sekarang? Kita berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi 5,17%. 

Demikian pula dengan laju inflasi kita di tahun 2018 yang stabil di angka 3%. Sedangkan tahun 1998, kita sudah masuk di inflasi berat yaitu di angka 82%. Fyi, tahun 2015 saat IHSG anjlok inflasi kita masih di kisaran 7% lebih, tapi sekarang sudah stabil di angka 3%. 

Sedangkan depresiasi Rupiah terhadap Dollar di tahun ini 23%. Coba anda bandingkan dengan tahun 2008, di mana depresiasi Rupiah terhadap dollar mencapai 34,86%. Terlebih lagi tahun 1998 yang mencapai 197%.

Data-data lain juga menunjukkan bahwa ekonomi kita (rasio utang, BI Rate) di tahun 2018 cenderung jauh lebih baik ketimbang tahun 2008 maupun 1998. 

"Jadi apa artinya semua ini Bung Heze?" Tanya anda 

Melalui pos ini, saya mengajak anda untuk menjadi pebisnis saham yang pandai melihat peluang. Sebagai trader yang CERDAS, anda harusnya bisa melihat peluang dari penurunan harga saham yang ada, dengan mempertimbangkan fakta-fakta tersebut. 

Kalau memang harga saham anjlok sampai 4% lebih hanya dalam sehari (kondisi ini juga jarang terjadi), kemudian mulai banyak pelaku pasar mengatakan hal2 negatif tentang pasar saham, maka itu sebenarnya adalah peluang anda untuk membeli saham2 yang lagi turun. 

Entah anda membeli secara bertahap untuk anda simpan. Entah anda memanfaatkan momentum jangka pendek. Tapi intinya anda harus bisa tenang dan jeli melihat kondisi yang anda. 

Jangan sampai anda ikutan panik, ikut berpikiran negatif, sehingga momentum yang seharusnya bisa anda dapatkan, justru hilang. 

Karena benar saja, setelah IHSG sempai anjlok sampai -4,5% sehari, keesokan hari IHSG mengalami technical rebound, naik 1,5%. Di saat itu, saham2 yang harganya sudah turun banyak, kembali naik.  

Intinya, penurunan IHSG apapun yang diakibatkan panic selling, maka kecenderungan harga saham tidak lama kemudian akan rebound. Ingatlah prinsip Warren Buffet: Takutlah ketika orang lain serakah, dan SERAKAHLAH KETIKA ORANG LAIN TAKUT. Baca juga: Makna Dari: "Be Fearful When Others Greedy dan Greedy When Others Are Fearful" - Part I dan Makna Dari: "Be Fearful When Others Greedy dan Greedy When Others Are Fearful" - Part II. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.