Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Rasio Keuangan: Rumus dan Makna ROI (Return On Investment)

Salah satu rasio keuangan yang sering digunakan untuk melihat kinerja perusahaan adalah rasio return on investment (ROI). Selain ROI, dalam analisis fundamental, kita juga mengenal Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Saya sudah membahasnya di Saham Gain. Di pos ini, saya akan membahas apa itu ROI dan rumus ROI.

Return on Investment (ROI) atau biasa juga disebut Rate of Return (ROR), atau dalam Bahasa Indonesianya rasio laba atas investasi adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan untuk menutup biaya investasi yang dikeluarkan

ROI merupakan salah satu ukuran rasio profitabilitas. ROI dapat melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari investasi yang telah dilakukannya. 

Oke, berikut rumus ROI: 


Contoh soal dan perhitungan ROI: 

Contoh 1 (Perhitungan ROI untuk usaha): 

PT Agung Jaya melakukan investasi untuk usaha sebesar Rp 500 juta. Kemudian PT Agung Jaya menghasilkan penjualan sebesar Rp 600 juta. Ini artinya PT Agung Jaya dapat menghasilkan laba sebesar Rp 100 juta. Jadi ROI-nya adalah sebagai berikut: 

(600 juta - 500 juta) / 500 juta x 100% = 20%. Jadi dapat disimpulkan, ROI PT Agung Jaya adalah sebesar 20%. Artinya, Agung Jaya mampu menghasilkan pengembalian atas investasi sebesar 20%.  

Contoh 2 (Perhitungan ROI untuk investasi / trading saham):

Seorang investor membeli saham sebanyak 20.000 lembar saham di harga Rp2.000 per lembar saham. Dua tahun kemudan, investor menjual saham di harga Rp3.000 per lembar saham. Berapakah ROI yang didapatkan oleh investor? 

Pendapatan atas investasi adalah sebesar Rp 60 juta (20.000 lembar saham x Rp3.000). Sedangkan biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 40 juta (20.000 lembar saham x Rp2.000). Maka ROI-nya: (60.000.000 - 40.000.000) / 40.000.000 x 100% = 50%. 

Jadi dapat disimpulkan ROI atau pengembalian atas investasi yang dikeluarkan investor  selama dua tahun adalah sebesar 50%. 

Contoh 3 (Perhitungan ROI untuk operasional usaha):

Manajemen perusahaan memutuskan untuk membeli mesin sortir seharga Rp300 juta. Dengan adanya mesin sortir yang baru, maka divisi produksi bisa menghembat penggunaan tenaga kerja sebesar 10 orang. Dan gaji setiap tenaga kerja adalah Rp4 juta. Maka, berapa ROI untuk mesin sortir tersebut selama satu tahun? 

Pendapatan investasi = Rp 480 juta (10 orang x Rp4 juta x 12 bulan) 
Biaya investasi = Rp 300 juta

Maka ROI-nya adalah (Rp480 juta - Rp300 juta) / Rp300 juta x 100% = 60%. Jadi tingkat pengembalian investasi atas mesin sortir tersebut adalah sebesar 60%. 

IMPLIKASI DAN CARA MEMBACA ROI 

ROI sangat berguna untuk melihat apakah usaha yang dijalankan suatu perusahaan mampu terus berkembang dalam jangka panjang. 

Sebagai contoh, jika PT ABCD membuka usaha dengan investasi awal Rp 100 juta, tetapi kemudian perusahaan menghasilkan rugi sebesar Rp5 juta, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan tidak mampu melakukan pengembalian (berupa pendapatan) atas investasi yang telah dikeluarkan. Dengan kata lain, kemampuan perusahaan untuk dapat terus berkembang dan berjalan akan diragukan.

Selain itu, dengan adanya ROI, perusahaan dapat menimbang biaya investasi dan target yang ingin dicapai. Sebagai contoh, manajemen perusahaan harus dapat melakukan analisa atas jumlah dana yang diinvestasikan untuk mencapai target omzet, sehingga modal dari tingkat pengembalian investasi, bisa digunakan untuk mengembangkan bisnisnya.

ROI juga sangat berguna untuk mengambil keputusan efisiensi yang dilakukan manajer, seperti contoh 3 diatas (Perhitungan ROI untuk operasional). Karena jika manajer salah mempertimbangkan keputusan yang diambil, perusahaan justru akan rugi dan tidak mampu menghasilan ROI (biaya investasi lebih besar daripada pendapatan). 

Kegunaan ROI lainnya, anda bisa melihat perusahaan mana yang benar2 mampu menghasilkan pengembalian atas investasinya. Sebagai contoh, perusahaan yang menghasilkan untung lebih besar dibandingkan perusahaan lainnya belum tentu ROInya lebih bagus. 

Contoh, investasi perusahaan A sebesar Rp 2.000 dan menghasilkan pendapatan Rp 100 (ROI = 5%). Sedangkan investasi perusahaan B sebesar Rp 500 dan menghasilkan keuntungan Rp 50 (ROI = 10%). 

Memang investasi B menghasilkan keuntungan yang lebih kecil, namun ROI perusahaan B dua kali lipat lebih tinggi daripada ROI pada perusahaan A. Jadi dapat dikatakan investasi B lebih bagus dibandingkan investasi perusahaan A. 

Itulah rumus ROI, cara menghitung ROI dan implikasi ROI. 

4 komentar:

  1. Anonymous19:10

    Kalau menghitung ROI dan datanya dari laporan keuangan, bagaimana caranya ya? Investasi perusahaan dilihat dari mana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo,

      Beberapa sumber menuliskan bahwa ROI rumusnya adalah laba bersih setelah pajak / aset total. Sehingga rumus ROI itu sama dengan ROA.

      Tapi untuk pengembangan lebih lanjut, ROI juga bisa dijumlahkan antara lama bersih setelah pajak / aset + ekuitas, karena ROI sendiri sebenarnya adalah breakdown dan ROA dan ROE.

      Angka-angka ini bisa dicari di laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan untuk mencari aset dan ekuitas totalnya

      Delete
    2. Anonymous14:10

      Masih dengan penanya yang sama, berarti investasi bisa disamakan dengan aset + ekuitas perusahaan ya? Jika iya, menggunakan aset + ekuitas pada awal atau akhir tahun?

      Delete
    3. Iya benar. ROI sebenarnya turunan dari ROA dan ROE. Tapi kalau berdasarkan formula Du Pont, ROI yang dipakai adalah Laba Bersih / Total Aset (ambil yang akhir tahun).

      Soalnya aset didapatkan dari utang + ekuitas, jadi lebih mewakili seluruh investasi perusahaan.

      Delete

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.