Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Memahami Fase Siklus Harga Saham

Pergerakan harga saham yang terbentuk merupakan grafik historis. Grafik historis ini atau lebih tepatnya dengan cara melihat pola yang terulang, bisa anda gunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa yang akan datang.

Di pos ini, saya akan memaparkan tentang fase siklus yang sering terjadi pada harga saham. Memang tidak terjadi pada semua saham, namun pada grafik yang cenderung agak fluktuatif selama jangka waktu tertentu (titik support-resistennya cukup terlihat jelas), siklus saham tersebut sering terjadi. Siklus saham apa yang saya maksud? Perhatikan gambar dibawah ini: 


Fase saham pertama ketika harga saham mulai menunjukkan tanda-tanda rebound. Pada fase ini, ada banyak trader yang merasa optimis. Banyak trader yang mulai melakukan pembelian saham, baik dalam jumlah kecil-kecilan atau melakukan buy dalam jumlah besar. 

Trader akan mulai senang ketika harga saham naik. Pada fase ini, ada beberapa trader yang segera realisasi profit. Namun, ada sebagian trader yang tetap hold sahamnya sampai naik lebih tinggi. Dan sebagian trader lain melakukan pembelian saham ketika saham sudah mulai naik. 

Kemudian setelah harga saham naik mencapai titik puncaknya, disinilah biasanya akan terjadi euforia. Titik euforia ini adalah titik yang paling berisiko, karena ketika trader terus membeli saham hingga harganya mencapai titik puncak.

Bahayanya, biasanya tidak sedikit trader yang mulai berpikir: "Wah ini sahamnya lagi naik. saya beli sahamnya". 

Masalahnya, tidak ada harga saham yang naik terus. Ada saatnya harga saham koreksi. Pada umumnya, harga saham yang naik dengan cepat, koreksinya juga cepat. Jadi ketika harga saham sudah terlanjur naik sangat tinggi misalnya, dan anda belum sempat membeli sahamnya, maka ada baiknya anda menunggu saham coolingdown atau koreksi sesaat.

Bagaimana cara mengetahui harga saham yang sudah berada di puncak / di titik euforia? Tidak ada rumus yang absolut, namun anda bisa menggunakan pola-pola (chart pattern), atau menarik garis resisten, dengan melihat chart yang lebih panjang (minimal 6 bulan) untuk melihat pola-pola yang terulang pada grafik sebelumnya. 

Setelah harga saham mulai turun dari titik tertinggi, trader yang sudah terlanjur membeli di harga atas mulai muncul rasa cemas, dan berharap harga akan rebound. Rasa cemas ini kemudian akan menjadi takut apabila ternyata harga saham melanjutkan kembali penurunannya. 

Ketika rasa takut sudah memuncak, akan terjadi aksi panic selling yang menyebabkan harga saham akan jatuh lebih banyak. Tapi bukankah kalau banyak yang jual saham, lama-kelamaan "barang" trader akan habis? 

Ketika trader banyak menjual saham, maka harga saham kemungkinan besar ada potensi untuk naik lagi, karena trader sudah kehabisan 'barang', sehingga trader bisa melakukan akumulasi saham. Disitulah ada peluang emas untuk koleksi saham di harga bottom. 

Itulah mengapa mungkin anda sering melihat saham2 yang sudah turun banyak, harganya tidak turun lagi, cenderung terus sideways dan mulai rebound. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan para pemain saham besar sudah mulai kehabisan barang. 

Tapi ketika peluang emas itu muncul, sebagian trader biasanya masih masuk pada fase depresi. Fase depresi ini terjadi saat harga saham sudah berada di harga bottom tapi harganya sideways lama dan tidak kunjung naik. 

Pada fase ini banyak trader bertanya-tanya: "kapan nih sahamnya naik?" "Saham saya nggak naik sampai 1 bulan, enaknya jual atau hold ya?"..  

Nah, ketika harga saham mulai breakout, akan mulai terjadi fase akumulasi. Demikianlah hingga pola siklus tersebut terulang kembali. 

Apa yang bisa dipelajari trader dari siklus ini? Tentu saja siklus ini berkaitan dengan psikologi seorang trader. Sebagai contoh ketika terjadi euforia, harga saham naik setinggi langit, akan jauh lebih baik jika trader tidak terburu membeli saham. 

Ketika terjadi panic selling, disinilah anda harus mulai menyiapkan cash (untuk saham2 likuid). Saat panic selling, anda harus memutuskan apakah anda akan menjual saham atau tidak. Ketika fase depresi sudah mulai berakhir, anda bisa mulai kembali membeli sahamnya. 

Pos ini bukan memberikan rumus terjadinya siklus harga saham. Seperti yang saya katakan di awal, tidak semua harga saham terjadi pola-pola seperti ini. Pada saham yang turun terus atau sideways terus, atau saham yang tidak likuid, maka pola seperti ini mungkin akan sulit ditemukan. 

Jika anda menemukan pola-pola saham seperti ini, anda bisa mempertimbangkan entry buy dan sell yang tepat sesuai dengan strategi anda masing-masing. Berikut saya berikan satu contoh pola siklus saham ASII. 


0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.