Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Reverse Stock Split di Bursa Saham

Reverse stock split (RSS) kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya: Kebalikan dari pemecahan saham. Arti yang lebih mudah dicerna lagi adalah: PENGGABUNGAN SAHAM dalam corporate action (aksi korporasi). Jika Anda belum mengerti stock split, silahkan baca pos: Stock Split di Bursa Saham.

"Penggabungan saham, emang cara menggabung saham itu gimana Pak Heze?" Tanya Anda.

Penggabungan saham atau RSS berarti adalah kebalikan dari stock split. Saya berikan ilustrasi mudah. Anda memiliki uang Rp20.000 sebanyak 5 lembar. Anda butuh menukarkan duit gede Rp100.000 karena dompet Anda semakin "tebal" akibat terlalu banyak uang kecil. Anda pun menukarkan uang Rp20.000 sebanyak 5 lembar tadi dengan uang Rp100.000 sebanyak 1 lembar.   


Jadi, Anda awalnya memiliki jumlah uang sebanyak 5 lembar, kini Anda hanya memiliki jumlah uang sebanyak 1 lembar, tetapi nilai Rupiahnya tetap sama (tidak berubah). Itulah ilustrasi penggabungan saham. Sudah menangkap maksud saya? Lalu, apa tujuan dari RSS? Apa dampak RSS terhadap harga saham dan jumlah saham beredar?

RSS tidak akan mengubah nilai Rupiah saham Anda. RSS akan mengubah: Jumlah saham yang Anda pegang, mengubah harga saham perusahaan menjadi lebih tinggi, dan mengubah jumlah lembar saham beredar di pasar. Dengan RSS, maka jumlah saham beredar akan semakin sedikit. Logikanya, jika beberapa saham digabung jadi satu, maka jumlah saham beredar akan semakin sedikit. 

Tujuan emiten melakukan RSS: Supaya menaikkan harga saham perusahaan, sehingga saham perusahaan menjadi likuid kembali.

Biasanya RSS dilakukan jika harga saham perusahaan sudah sangat rendah. Harga saham rendah biasanya dikarenakan harga saham tersebut turun terus, sehingga menjadi tidak likuid. RSS cenderung dilakukan jika harga saham sudah menyentuh level gocap (Rp50).

Harga saham yang sudah berada pada harga Rp50, yang merupakan batas harga terendah di BEI, sejatinya harganya "lebih rendah" lagi. Hal tersebut dikarenakan ketika harga saham mencapai Rp50, maka banyak nyangkuters yang sebenarnya ingin menjual sahamnya di harga Rp47, 48, 49, 50, 50, 51, 52, tetapi harganya sudah mentok di Rp50, sehingga harganya nggak bisa turun lagi. Atas dasar inilah emiten perlu melakukan RSS. Dengan RSS, maka investor bisa menjual sahamnya di harga yang lebih tinggi. 

Cara Membaca Pengumuman RSS

Contoh perusahaan yang melakukan RSS: PT Buana Listya Tama Tbk (BULL). Berikut adalah pengumuman RSS BULL:

Emiten: BULL
Rasio RSS: 8:1
Cum RSS: 6 Maret 2015
Ex RS: 9 Maret 2015

Arti pengumuman tersebut adalah: BULL akan melakukan RSS dengan rasio 8:1. Setiap pemegang saham BULL yang memiliki 8 saham BULL sampai tanggal cum date 6 Maret 2015, akan digabung menjadi 1 saham baru pada tanggal ex date 9 Maret 2015.  
Kalau saya rangkum: Dengan RSS, maka harga saham perusahaan akan menjadi lebih tinggi, sehingga:

- Investor ritel maupun institusional yang sahamnya nyangkut (Karena harga saham mentok di harga Rp50), bisa menjual saham di harga yang lebih tinggi. 

- Harapannya, dengan RSS harga saham perusahaan lebih banyak diminati investor. Dikarenakan harga saham tidur dan rendah, secara value tidak menarik untuk ditradingkan dibandingkan dengan harga saham yang agak tinggi.

- RSS dapat mengurangi jumlah saham beredar, nilai nominal tetap. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.