Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Tetap Slow dan Waspada di Saat Saham Naik

El Heze
Judul diatas mungkin menimbulkan sedikit kontroversi bagi pembaca web Saham Gain. Waktu saham naik2nya kan mestinya borong saham yang banyak, ini kok malah disuruh waspada?  Saya bisa membaca pasti itu yang terlintas dalam pikiran Anda. 

Anda semua pasti tahu, saat ini pasar modal Indonesia sedang dilanda euforia. IHSG sekarang sedang melaju kencang bak mobil yang melaju cepat di jalan tol. Berikut adalah laju grafik IHSG yang sedang berada pada tren bullish.


Kalau Anda perhatikan tren diatas, maka posisi IHSG kita sedang bullish. IHSG yang pada Bulan Mei 2016 masih bertengger di posisi 4.600-4.800-an, kini sudah menembus level 5.400 dan akan menguji resisten all time high di angka 5.524. Apa lagi penyebab utamanya kalau bukan: Tax Amnesty dan Sri Mulyani Effect. Dan, IHSG kita terhitung mulai awal tahun memberikan kenaikan paling tinggi diantara indeks2 dunia, kenaikan IHSG sampai 18% sejak awal tahun 2016 - awal Agustus 2016. Bagaimana dengan portofolio Anda? Apakah bertumbuh? Sudah mencetak return berapa persen?

Sebagai sedikit bocoran, saham2 sekarang yang sangat bagus untuk dikoleksi adalah saham2 di sektor properti. 

Kembali lagi dengan judul pos diatas, kalau saham naik kan seharusnya borong saham. Namun, saya justru menyarankan untuk 'tetap waspada'. Apa artinya? Artinya saya menyarankan pada Anda untuk tidak larut dalam euforia pasar. Saat kondisi pasar saham naik, jangan borong banyak saham . Nah lho?

Kenaikan harga saham belakangan ini didukung oleh tax amnesty dan Sri Mulyani Effect. Selain itu, kenaikan juga didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2016 yang naik dibanding kuartal I: 5,18% vs 4,92%. Tetapi sekali lagi, kondisi ekonomi Indonesia masih belum mencerminkan fundamental ekonomi seutuhnya. Mengapa demikian?

Tax amnesty belum memberikan dampak apapun ke sektor riil maupun perekonomian Indonesia, karena dampak tax amnesty bersifat jangka panjang. Bukan berarti ada tax amnesty, maka perekonomian Indonesia langsung pulih dengan segera. Demikian juga dengan masuknya kembali Sri Mulyani sebagai menteri keuangan, bukan berarti ekonomi Indonesia otomatis pulih 100%. Di satu sisi, Indonesia masih terdapat shortfall target pajak sebesar 219 triliun. Sehingga pemerintah harus memangkas belanja negara sebesar 133 triliun, seperti perjalanan dinas, biaya operasional dan biaya2 lainnya yang dianggap kurang diperlukan.

Masih ingat kejadian tahun 2015 kemarin? Kondisi perekonomian kita lesu, sehingga hampir semua harga saham berjatuhan. Padahal, pada pertengahan 2014 - pertengahan April 2015 pasar saham berada dalam tren strong bullish. Sayangnya, di saat strong bullish seperti itu, banyak sekali trader yang memborong saham banyak2, terus beli, tanpa waspada sedikitpun, tanpa mengamankan portofolionya.

Hasilnya, ketika pasar saham benar2 jatuh, buanyaak trader yang sahamnya nyangkut. Kenaikan IHSG yang terjadi sebelumnya hanyalah euforia saja, bukan mencerminkan fundamental ekonomi sesungguhnya. Biasanya, pasar saham yang naik terlalu tinggi tidak menutup kemungkinan adalah indikasi bubble. Meskipun untuk tahun 2016 ini, saya yakin kenaikan IHSG bukanlah pertanda bubble tersebut. 

Nah, inilah yang jadi alasan mengapa dalam keadaan IHSG yang naik kencang, Anda harus tetap waspada. Jangan sampai karena IHSG naik kencang, Anda kehilangan kontrol.

Jadi bagaimana strategi trading yang PALING IDEAL pada saat IHSG sedang (strong) bullish?

Strategi paling ideal adalah dengan menerapkan trading plan. Baca pos: Ciri2 Trader yang Tidak Punya Trading Plan (belum terbit... coming soon). Tetap slow dan waspada terhadap fluktuasi. Tetap menyikapi pasar dengan cool, kalem, rileks, jangan terbawa euforia. Intinya cuman itu saja kok. Dalam kondisi pasar saham bullish, tidaklah sulit (mudah) untuk mendapatkan cuan dari saham. Yang paling penting, Anda harus mampu menyeleksi saham2 yang layak dibeli menurut pengamatan dan analisis Anda, sehingga Anda tidak terjebak dengan saham2 yang naik cepat tanpa didasari alasan yang jelas. 

Saya lebih menyarankan Anda, untuk memasukkan 2-4 saham saja yang menurut Anda bakalan bullish, dengan porsi modal yang lebih besar. Misalnya: Biasanya Anda mendiversifikasikan saham dengan 4-5 saham. Nah, dalam kondisi pasar strong bullish, Anda bisa coba 'menyempitkan' jumlah portofolio Anda menjadi 3 saham saja, dengan alokasi modal yang lebih besar. Selain itu, dengan posisi portofolio yang tidak terlalu banyak akan memudahkan Anda untuk memantau portofolio. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.