Pertengahan tahun 2022 pasar saham sempat heboh dengan berita "resesi 2023". Saat itu, ada banyak prediksi baik dari para pakar saham, influencer, trader mengenai adanya resesi 2023 yang akan melanda Indonesia. Dan terus berlanjut sampai awal tahun 2023.
Ada sebagian yang percaya tahun 2023 Indonesia ada potensi besar terkena resesi. Ada sebagian pihak yang tidak percaya. Saya termasuk salah satu orang yang tidak percaya bahwa tahun 2023 akan terjadi resesi di Indonesia. Beberapa kali, saya pernah membahasnya di web Sahamgain.com maupun di Facebook Belajar Saham.
Analisa saya simpel, di tahun 2022-2023, Indonesia justru mengalami pemulihan ekonomi setelah pandemi, bukan sebaliknya. Banyak orang yang mulai beraktivitas, belanja (konsumsi), dan Indonesia diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas karena Indonesia adalah salah satu negara pengekspor komoditas seperti batu bara, CPO, nikel.
Ditambah lagi, memasuki tahun politik (pemilu 2024), akan ada banyak dana pilpres yang keluar, yang otomatis akan meningkatkan konsumsi. Jadi, tidak ada dasar yang kuat untuk mengatakan Indonesia akan resesi di tahun 2023.
Terbukti sampai Agustus 2023, GDP Indonesia di kuartal II masih tumbuh diatas 5% (5,17%). Lalu, kapan IHSG ada potensi untuk crash market, atau minimal ada koreksi besar?
Sebelum masuk ke pembahasan ini, ada baiknya kita melihat data historis IHSG sejak tahun 2008-2023. Data-data yang saya paparkan ini adalah kondisi di mana IHSG mengalami crash market, little crash dan koreksi besar.
Grafik Historis IHSG 2013-2022 |
Grafik Historis IHSG 2008-2012 |
Crash market = IHSG turun diatas 50%
Little crash = IHSG turun diatas 30% sampai dibawah 50%
Koreksi besar = IHSG turun diantara 20% sampai dibawah 30%
- 2008 (Februari-Oktober) = -140% (Crash market)
- 2011 (Agustus - September) = -28,4% (Koreksi besar)
- 2013 (Mei - Agustus) = -38% (Little crash)
- 2015 (April - September) = -35,7% (Little crash)
- 2018 (Februari - Juni) = -20% (Koreksi besar)
- 2020 (Januari - Maret) = -60,8% (Crash market)
IHSG setiap 2-3 tahun sekali, rata-rata selalu mengalami koreksi besar, little crash atau bahkan crash market. Sepanjang 2008-2023, crash market hanya terjadi sebanyak 2 kali, yaitu di tahun 2008 dan 2020 saat pandemi covid, sisanya adalah little crash dan koreksi besar.
Tetapi yang menarik adalah di tahun 2015, karena pola-nya agak mirip dengan tahun 2014 (pada saat pilpres pergantian presiden), di mana tahun 2024 nanti kita juga menghadapi pilpres pergantian presiden.
Sekarang kondisi ekonomi Indonesia, salah satunya tertolong oleh pilpres, ketika banyak uang keluar untuk kampanye, maka hal ini akan meningkatkan kebutuhan konsumsi, sehingga dapat membantu menopang konsumsi dalam negeri.
Pertumbuhan ekonomi kita juga masih bagus, dan banyak sektor perusahaan contohnya perusahaan-perusahaan perbankan, komoditas yang berhasil mencetak all time high net profit.
Tetapi ketika pilpres nanti sudah usai, maka sudah tidak ada dana kampanye yang dikeluarkan. Dan tidak selamanya perusahaan-perusahaan akan mencetak all time high net profit terus menerus.
Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi, tidak mungkin naik terus. Pasti ada masa-masa di mana GDP akan turun atau stagnan sebentar, untuk bisa melesat lagi.
Hal yang sama terjadi di tahun 2014-2015 lalu, ketika IHSG sudah naik tinggi di tahun 2014, namun memasuki awal kuartal 2 / 2015, IHSG mulai jatuh setelah euforia pemilu usai, karena sudah tidak ada sentimen positif.
Perlu diingat juga, IHSG sudah tidak pernah mengalami koreksi besar atau little crash sejak tahun 2020. Sejak tahun 2023 sampai pertengahan 2023, IHSG cenderung bullish, walaupun sempat ada koreksi di pertengahan 2022. Namun IHSG sudah berhasil menyentuh new all time high-nya di 7.377 pada bulan September 2022.
Artinya sekarang sudah 2,5 tahun IHSG naik dan cenderung sideways. Sedangkan secara historis, IHSG biasanya mengalami koreksi besar, atau bahkan ada little crash setiap 2-3 tahun.
Jadi mengacu pada data historis, apakah tahun 2025 IHSG akan koreksi besar, atau little crash atau bahkan crash market?
Masih belum ada tanda-tanda akan terjadi crash market, tetapi untuk risiko terjadi little crash atau koreksi besar kemungkinan besar bisa terjadi di tahun 2025 (jika mengacu pada historis tahun 2015 setelah pilpres 2014 saat IHSG bergerak bullish).
Kondisi ini sangat mungkin terjadi "sesuai skenario" kalau 2024 nanti presiden yang terpilih sesuai harapan pasar, sehingga menimbulkan euforia pasar. Maka saat euforia pasar selesai, disitulah IHSG sangat berpotensi jatuh.
Perlu diingat juga, euforia pasar itu bukan terjadi 1-2 minggu, tetapi bisa terjadi berbulan-bulan. Di pertengahan tahun 2014, setelah Jokowi diumumkan sebagai pemenang pilpres, IHSG bullish terus sampai bulan Februari 2015, baru di awal April 2015, IHSG jatuh.
Tetapi kondisi ini bisa meleset jika presiden terpilih nanti tidak sesuai dengan harapan pasar, sehingga tahun 2024-nya bisa jadi IHSG justru mulai turun atau stagnan lagi seperti sekarang, karena market akan wait and see untuk melihat kebijakan dan kinerja presiden yang baru.
Untuk saat ini, terkesan masih jauh. Tetapi sebagai trader atau investor, perlu mencermati kondisi-kondisi dan momentum di pasar saat ini, tentu saja sebagai REMINDER.
Agar ketika IHSG nantinya turun, anda sudah siap dengan 'uang dingin' untuk dibelanjakan ke saham. Mulai susun portofolio, jangan belanjakan semua uang anda, selalu siang uang dingin. Salam profit.
Tulisan ini saya posting di Facebook Belajar Saham pada tanggal 20 Agustus 2023:
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.