Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Overbought dan Oversold Saham

Kalau anda sedang belajar indikator analisis teknikal saham, anda pasti sering mendengar istilah overbought dan oversold. Apa arti kedua istilah tersebut? Kapan digunakan dalam analisis grafik? 


Seberapa akurat analisa overbought dan oversold untuk menganalisa suatu saham? Indikator-indikator saham apa saja yang dapat menampilkan overbought dan oversold saham? 

INDIKATOR OVERBOUGHT DAN OVERSOLD SAHAM 

Indikator yang bisa menampilkan kondisi overbought dan oversold saham adalah indikator leading. Baca juga: Analisis Teknikal: Indikator Lagging Vs Indikator Leading. 

Overbought dan oversold sebenarnya adalah salah satu analisa indikator yang memberikan sinyal beli dan jual pada trader. Kalau harga saham sudah overbought, artinya sudah kemahalan, sehingga waktunya jual.

Kalau indikator sudah oversold, artinya harga saham sudah mulai murah, sehingga dipertimbangkan untuk buy. Indikator leading adalah indikator yang memberikan sinyal buy dan sinyal sell saham kepada trader, sehingga indikator leading seringkali menampilkan area overbought dan oversold suatu saham.

Ada banyak contoh indikator leading yang populer, contohnya adalah RSI, CCI, Momentum, Stochastic Oscillator (SO), Williams %R, Money Flow Index, Accumulation Distribution dan lain-lain. 

Di pos ini, kita coba mencontohkan indikator Stochastic sebagai contoh indikator leading yang bisa menampilkan overbought dan oversold saham. 

Overbought dan oversold saham

Pada contoh indikator stochastic diatas, anda bisa lihat garis horizontal di area 80 dan 20. Garis diatas 80 adalah area overbought. Sedangkan garis dibawah 20 adalah area oversold. 

Setiap indikator leading umumnya memiliki area overbought dan oversold yang berbeda-beda. Sebagai contoh, indiakator RSI overbought dan oversoldnya ada di area diatas 70 dan dibawah garis 30. Anda bisa menyesuaikan dengan setiap indikator yang dipakai. 

Sekarang kita akan bahas lebih dalam mengenai penjelasan dan praktik overbought dan oversold saham.  

OVERBOUGHT SAHAM 

Sesuai namanya, overbought dalam Bahasa Indonesia artinya adalah jenuh beli. Overbought (jenuh beli) adalah suatu kondisi di mana harga saham terus naik dan mulai menuju puncak, serta mayoritas trader mulai tidak berminat membeli saham tersebut. 

Karena banyak trader yang membeli saham, maka otomatis harga saham akan naik tinggi. Namun seperti kita ketahui, dalam konsep harga saham tidak ada saham yang harganya terus naik. Kalau saham harganya sudah naik terus, cepat atau lama pasti akan koreksi / turun.

Ketika harga saham sudah naik tinggi, disinilah terjadi yang namanya jenuh beli, yaitu para trader sudah mulai tidak berminat membeli saham, karena harganya sudah naik tinggi, dan bayak yang udah pegang sahamnya di harga murah. 

Para trader menganggap harga saham sudah tinggi dan trader-trader yang punya sahamnya di harga bawah sudah profit, maka trader akan menjual untung sahamnya (take profit), sehingga harga saham akan turun lagi.

Untuk lebih jelasnya, anda bisa lihat praktik melihat overbought di grafik saham berikut (kita gunakan contoh indikator Stochastic Oscillator): 

Overbought Saham

Perhatikan yang saya beri tanda persegi diatas. Ketika garis indikator berada pada kondisi overbought, tidak lama kemudian harga saham turun. Perhatikan juga ketika indikator masuk overbought, harga saham (candlestick) sudah naik beberapa hari dan mulai sulit untuk naik lebih tinggi. 

Inilah yang dinamakan dengan jenuh beli, di mana setelah harga saham naik, peminat beli di saham tersebut mulai menurun karena pelaku pasar menganggap harga saham sudah mahal secara teknikal.    

Jadi overbought sebenarnya adalah sinyal jual yang diberikan pada trader melalui indikator. Ketika indikator mencapai overbought, maka itu artinya anda harus mulai ancang-ancang untuk menjual saham, karena ketika indikator saham sudah overbought, itu artinya harga saham sudah mulai mahal. 

Cepat atau harga saham berpotensi turun / koreksi lagi, karena para trader pasti akan melakukan aksi jual untung. Jika banyak yang jual, saham akan turun. 

OVERSOLD SAHAM 

Oversold atau dalam Bahasa Indonesia artinya adalah jenuh jual. Oversold adalah kondisi di mana harga saham mengalami penurunan akibat tekanan jual, sehingga harga saham mulai murah, dan tekanan jual para trader mulai trader, karena banyak trader sudah kehabisan barang (saham). 

Setelah harga saham naik, para trader pasti akan melakukan aksi profit taking (jual untung). Nah ketika tekanan jual suatu saham berlangsung secara dominan, maka harga saham akan turun terus. 

Namun trader tidak mungkin jualan saham terus. Pasti ada kondisi di mana para trader mulai kehabisan barang, sehingga tekanan jual akhirnya reda. Inilah yang disebut dengan jenuh jual. 

Pada saat trader melihat saham tersebut sudah murah, maka ini adalah kesempatan trader buat koleksi atau borong lagi sahamnya di harga rendah, sehingga ketika terjadi aksi beli, harga saham berpotensi naik alias technical rebound. 

Untuk lebih jelasnya, anda bisa perhatikan contoh indikator oversold pada grafik saham berikut ini: 

Oversold Saham

Perhatikan yang saya beri tanda lingkaran diatas, di mana indikator saham berada pada garis / area oversold. Setelah menyentuh area oversold, harga saham kemudian naik lagi. 

Dan kalau kita amati seksama, ketika indikator masuk oversold, hal ini diikuti juga dengan penurunan harga saham selama beberapa hari. Hal ini menunjukkan bahwa oversold terjadi karena tekanan jual saham yang besar, yang menyebabkan banyak trader akhirnya kehabisan barang (saham).  

Sehingga garis oversold pada indikator saham, sebenarnya adalah sinyal beli pada trader. Pada saat saham sudah oversold, maka harga saham ada potensi naik, sehingga anda bisa pertimbangkan untuk mulai koleksi sahamnya. 

FAKE SIGNAL OVERBOUGHT DAN OVERSOLD 

Dalam praktikknya, tidak ada indikator yang 100% sempurna. Terkadang kita juga bisa menemukan fake signal (sinyal palsu) overbought dan oversold, yaitu kondisi di mana saham sudah masuk overbought tapi harganya justru lanjut naik terus. 

Demikian juga, terkadang bisa juga saham sudah berada di area oversold namun sahamnya bisa lanjut turun. Perhatikan contohnya berikut:   

Overbought dan Oversold Saham - Fake Signal

Perhatikan tanda persegi, di mana indikator berada di area overbought. Namun harga saham justru lanjut naik, dan overboughtnya masih bertahan diatas, tidak langsung turun. 

Perhatikan pula tanda lingkaran, di mana indikator masuk di area oversold. Akan tetapi saham lanjut turun, dan setelah berada di oversold, ternyata harganya masih bisa lebih murah lagi. 

Sehingga, sebagai trader kita tidak disarankan hanya bergantung pada overbought dan oversold saja dalam menganalisa saham. Anda harus kombinasikan analisa indikator ini dengan analisa Buy on Weakness untuk mencari saham2 murah yang bagus.

Termasuk analisa candlestick, chart pattern, support resisten ataupun indikator lagging seperti Moving Average untuk melihat lebih jelas potensi rebound, breakdown, continuation maupun reversal suatu saham. 

Buat referensi praktik trading saham di market, anda bisa pelajari strategi-strategi analisis teknikal untuk mencari saham-saham bagus dan cara-cara mencari saham murah yang siap naik disini: Buku Saham Full Analisis Teknikal dan Full Praktik Menemukan Saham Diskon & Murah.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.