Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Mengenal 4 Siklus Saham

Harga saham akan selalu bergerak fluktuatif. Demikian juga dengan pasar saham (IHSG) secara keseluruhan pasti akan mengalami fluktuatif market. 

 

Ketika harga saham sudah naik, harga saham pasti akan dijual (aksi profit taking), sehingga harganya akan turun lagi. Karena para pelaku pasar membeli saham dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan / profit, sehingga tidak ada saham yang harganya terus naik. 

Demikian juga, pada saat harga saham sudah turun banyak, harga saham akan diborong / dibeli lagi, sehingga harganya akan naik. Karena ketika pelaku pasar melihat saham sudah diskon dan murah, pasti sahamnya akan jauh menarik untuk dikoleksi. Baca juga: Full Praktik Menemukan Saham Diskon. 

Sehingga pergerakan harga saham akan memunculkan suatu SIKLUS SAHAM yang terulang. Di pos ini, kita akan mempelajari siklus di pasar saham. Yap, pergerakan harga saham dapat dibagi menjadi 4 siklus saham. Kalau kita gambarkan, berikut adalah 4 siklus saham yang selalu terulang di market: 

Siklus saham

1. Akumulasi saham

Akumulasi adalah aksi di mana para pelaku pasar mulai melakukan aktivitas beli dan menyimpan saham. Akumulasi umumnya terjadi setelah harga saham sudah turun, karena pelaku pasar menganggap saham sudah mulai murah, maka banyak dibeli. 

Pada fase ini, permintaan beli (Bid) akan lebih mendominasi dibandingkan permintaan jual (Offer), sehingga dalam fase akumulasi harga saham akan berpotensi untuk naik. Pada fase akumulasi, harga saham mulai terlihat ada kenaikan namun belum signifikan. 

2. Mark up 

Setelah harga saham mulai terlihat naik, para trader ritel yang belum sempat membeli saham di harga bawah, akhirnya ikut membeli sahamnya. Di satu sisi, market maker yang menganggap harga saham bisa naik lebih tinggi, akan melakukan mark up (mengangkat) saham tersebut. 

Hal ini membuat harga saham akan naik tinggi dengan cepat, karena pada fase ini semakin banyak yang membeli sahamnya. 

Fase mark up mirip dengan fase euoforia, di mana banyak pelaku pasar yang mulai ikut-ikutan beli saham, nggak ingin "ketinggalan kereta", saham yang sedang naik banyak direkomendasikan. 

3. Distribusi saham

Ketika harga saham terus mengalami kenaikan akibat mark up, di satu titik saham pasti akan mengalami jenuh beli. Jenuh beli artinya saham tersebut sudah mahal, sehingga kenaikan harganya sudah tidak setinggi sebelumnya.

Jenuh beli biasanya ditandai dengan pergerakan harga saham yang mulai stagnan, atau kenaikannya sudah tidak setinggi sebelumnya. Pada saat harga mulai masuk jenuh beli, biasanya akan mulai terjadi distribusi saham. 

Distribusi merupakan aksi pelaku pasar yang mulai menjual saham yang sudah dibeli di harga bawah sebelumnya. Pada fase distribusi, tekanan penawaran jual (Offer) akan lebih mendominasi daripada permintaan beli (Bid). 

4. Mark down 

Setelah harga saham mulai terlihat turun, para market maker yang sudah membeli saham dalam jumlah besar di harga bawah, akan menjual saham besar-besar, harga akan akan di mark down (diturunkan), sehingga penurunan harga saham terjadi secara masif. 

Mark down terkadang diikuti dengan aksi panic selling, di mana para trader ritel yang melihat harga saham mulai jatuh, akan ikut-ikutan menjual sahamnya, sehingga membuat penurunan harga saham semakin tajam. 

Namun setelah saham banyak dijual, ada satu titik di mana harga saham menjadi murah lagi alias jenuh jual. Jenuh jual merupakan kondisi di mana harga saham sudah banyak dijual, sehingga harganya turun dan disitulah tekanan jual mulai reda, karena trader sudah pada kehabisan "amunisi". 

Nah pada titik jenuh jual inilah para trader, market maket (bandar / sekuritas) yang sudah kehabisan "barang", akan mulai melakukan akumulasi saham, karena pelaku pasar melihat harga saham sudah murah dan menarik buat dibeli. 

Demikian seterusnya, siklus yang terjadi di pasar saham. Itulah yang dinamakan dengan fluktuatif harga saham. Lalu seperti apa contoh siklus saham dalam praktik riil-nya di market? Perhatikan chart berikut: 

Contoh Siklus Saham

Perhatikan nomor 1 (Lingkaran). Itu adalah fase akumulasi, di mana harga saham setelah turun mulai sideways dan ada sedikit kenaikan. Perhatikan nomor 2 (Panah atas), Itu adalah fase mark up, di mana harga saham semakin banyak dibeli dan terjadi euforia.

Perhatikan nomor 3 (Persegi). Itu adalah fase distribusi, di mana harga saham mulai sulit untuk naik, dan mulai mengalami penurunan, namun belum terlalu signifikan. 

Perhatikan nomor 4 (panah bawah). Itu adalah fase mark down, di mana tekanan jual terjadi paling tinggi pada fase ini, karena pelaku pasar yang sudah memiliki saham di harga bawah merealisasikan profit, plus aksi panic selling dari sebagian trader. 

Setelah harga saham mulai turun drastis, kita bisa melihat harga saham sulit turun lagi, dan mulai terjadi aksi akumulasi (Lihat tanda lingkaran terakhir). Dan setelah itu terjadi mark up harga dan seterusnya siklus saham terulang.  

SIKLUS SAHAM, APAKAH SELALU TERJADI? 

Faktanya, memang tidak semua saham memiliki siklus "sempurna" tersebut. Ingatlah bahwa tidak ada rumus baku di pasar saham. Siklus saham seperti ini biasanya banyak dijumpai pada saham-saham yang punya tren fluktuatif. 

Sedangkan saham yang trennya turun (donwtrend), atau saham2 yang jarang diperdagangan (tidak likuid), terkadang kita sulit menemukan siklus tersebut. Anda bisa lihat contoh saham UNVR berikut: 


Pada saham UNVR diatas, tren sahamnya terus mengalami penurunan, sehingga aksi distribusi dan mark down justru lebih dominan, dan hanya sedikit aksi akumulasi (Hanya ada beberapa technical rebound). 

Saham-saham yang trennya sedang turun drastis, atau karena ada sentimen2 negatif, biasanya siklus saham tersebut sulit kita temukan. 

Lalu, apa kegunaan siklus saham ini untuk trader? 

Trader saham memperoleh profit dari adanya fluktuatif harga saham. Sehingga, siklus saham ini bisa dimanfaatkan untuk meraih profit di market. Kita mengenal adanya strategi trading seperti Buy on Weakness alias beli saham di harga murah. 

Kita juga mengenal strategi Sell on Resisten, yaitu menjual saham ketika harga sudah mulai mencapai titik resisten dan mulai jenuh beli. 

Dengan memahami siklus saham tersebut, anda bisa membeli saham di harga murah (diskon), dan memahami kapan harga saham sudah mulai mahal atau sulit naik, sehingga ketika saham sudah mulai mahal, anda tidak terburu membeli sahamnya dengan modal besar. 

Untuk memahami siklus saham dan strategi2 mendapatkan profit dari fluktuatif, anda harus memahami analisa teknikal praktis. Anda bisa pelajari strategi2 full praktik analisis teknikal buat level pemula - expert disini: Ebook Saham Full Praktik Trading. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.