Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

3 Risiko Berinvestasi di Pasar Saham

Dalam dunia trading dan investasi saham, anda mungkin sering mendengar pendapat: "Kalau mau untung di saham, simpanlah saham buat jangka panjang / investasi. Jangan trading, karena risiko trading jangka pendek itu jauh lebih besar."


Banyak orang yang percaya kalau investasi saham itu profitnya lebih pasti karena saham yang disimpan jangka panjang umumnya akan naik / uptrend. Sedangkan kalau kita trading, kita akan menghadapi fluktuatif jangka pendek, di mana trader berpotensi cut loss 

Memang banyak saham yang dalam jangka panjang harganya bisa balik naik. Mungkin saham yang anda investasikan harganya dalam 1-2 bulan pertama turun. Tapi dalam waktu 1 tahun, ketika market sudah bullish, saham anda mungkin akan naik diatas harga beli. 

Sehingga dalam investasi saham anda tidak terburu cut loss, karena orientasi anda adalah untuk long term, sehingga anda bisa menunggu saham anda naik dengan jangka waktu lebih lama. 

Tapi perlu anda ketahui juga bahwa tidak semua saham yang disimpan untuk investasi harganya pasti naik dalam jangka panjang. Banyak saham yang dalam jangka panjang harganya turun, dan menjadi saham tidur (tidak diperdagangkan). 

Anda bisa perhatikan tren saham-saham yang ada di Bursa Efek. Banyak saham yang dalam 1-3 tahunan tren harganya cenderung turun. 

Artinya di market, anda juga akan menghadapi risiko-risiko utama dalam investasi saham. Ada 3 risiko berinvestasi saham

1. Penurunan harga saham jangka panjang 

Seperti yang kita bahas tadi, bahwa tidak selalu harga saham yang disimpan untuk investasi pasti akan naik dalam jangka panjang. 

Perusahaan dengan fundamental yang kurang baik, atau perusahaan2 yang bermasalah dengan kinerja dan tata kelolanya, membuat investor menjual saham, sehingga harganya akan turun dalam jangka panjang. 

Kalau dalam trading saham anda menghadapi risiko fluktuatif jangka pendek. Maka dalam investasi, anda juga akan menghadapi risiko harga saham yang bisa turun dalam jangka panjang.     

Risiko berinvestasi saham

Sebagai contoh, perhatikan saham TRAM diatas. TRAM sempat mengalami penurunan kinerja fundamental, sehingga tren harga sahamnya dalam 3 tahun lebih mengalami penurunan, hingga menyentuh harga terendah Rp50. 

2. Risiko delisting  

Delisting adalah penghapusan pencatatan saham perusahaan dari Bursa Efek Indonesia, sehingga perusahaan tidak lagi menjadi perusahaan go public, tetapi menjadi perusahaan privat. Delisting bisa dibagi menjadi force delisting dan voluntary delisting. Baca juga: Saham Delisting & Kerugian Investor. 

Jika perusahaan melakukan voluntary delisting, anda masih diberi kesempatan untuk menjual saham-saham anda diatas harga pasar. Namun jika perusahaan terkena force delisting, anda akan lebih sulit untuk menjual saham perusahaan. 

Force delisting biasanya disebabkan karena masalah besar pada kinerja perusahaan, bisa dikarenakan perusahaan mulai tidak beroperasi, risiko gagal bayar, masalah tata kelola dan lain-lain. 

Sebelum perusahaan terkena force delisting, biasanya saham perusahaan terkena suspensi dalam waktu agak lama, sehingga otomatis saham tersebut tidak bisa diperdagangkan. 

Perusahaan yang sedang terkena masalah fundamental dan terancam force delisting, harga sahamnya dalam jangka panjang umumnya juga turun terus karena dijual oleh sebagian besar investor.

Jika anda investasi pada perusahaan yang kinerjanya jelek, maka anda akan menghadapi risiko delisting yang lebih besar. Tentu saja, risiko delisting ini akan merugikan investor. 

3. Risiko likuiditas 

Dalam investasi saham, anda juga akan menghadapi risiko likuiditas, yaitu risiko harga saham tidak likuid. Saham yang tidak likuid artinya peminat saham tersebut sedikit. Saham2 yang peminatnya sedikit harga sahamnya akan lebih sulit naik untuk jangka panjang. 

Pada risiko yang lebih besar, saham yang tidak likuid berisiko menjadi saham tidur (saham yang tidak diperdagangkan). Di market banyak saham yang harganya turun terus dan akhirnya menjadi saham gocap (Rp50) serta tidak diminati lagi. 

Saham-saham yang kinerja fundamentalnya kurang bagus memiliki risiko likuiditas lebih besar karena harga saham akan kembali ke faktor fundamental. Investor akan menjual saham2 yang kinerjanya kurang menarik. Hal inilah yang membuat saham2 dengan fundamental jelek, banyak yang tidak likuid dalam jangka panjang. 

Itulah tiga risiko utama berinvestasi di pasar saham. Risiko-risiko ini akan anda hadapi, terutama kalau anda membeli saham dengan FUNDAMENTAL PERUSAHAAN yang kurang baik. 

Ingat bahwa tidak semua perusahaan di Bursa Efek kinerjanya bagus. Banyak juga perusahaan yang rugi, sektor bisnisnya tidak jelas, utangnya besar (risiko pailit), tata kelolanya bermasalah. 

Jadi anda harus hilangkan mindset bahwa dengan menyimpan saham jangka panjang (investasi), anda pasti untung dibandingkan kalau trading jangka pendek. 

Dengan mindset tersebut, anda akan berpotensi membeli saham asal-asalan karena berpikir: "Toh kalau disimpan diatas 1 tahun nanti saham saya juga balik sendiri kok." Padahal faktanya tidak se-simpel itu. 

Saya sering menerima keluhan dari para investor yang sahamnya nyangkut sampai 3 tahun lebih, karena investor asal membeli saham yang kelihatannya menarik, dan menanamkan mindset bahwa saham-saham dalam jangka panjang akan naik. 

Mindset tersebut tidaklah salah, asalkan anda bisa memilih saham yang benar. Intinya, baik trading maupun investasi, hindarilah sifat gambling, karena akan merugikan diri anda sendiri.  

Untuk meminimalkan tiga risiko yang akan dihadapi dalam investasi saham, sebaiknya anda investasi saham dengan memperhatikan dua hal berikut: 

1. Belilah saham karena fundamentalnya 

Investasilah pada saham yang fundamental baik. Investasilah pada saham yang memang anda pahami kinerjanya, produk2 dan pangsa pasarnya. Dengan membeli saham yang fundamentalnya baik, anda bisa menunggu saham anda naik dalam jangka panjang, dan menghindari risiko likuiditas maupun risiko delisting. 

Sebagai referensi tambahan, anda bisa mendalami lebih banyak strategi2 investasi saham, bedah analisa laporan keuangan, dan cara-cara memilih saham jangka panjang disini: Ebook Analisis Fundamental Saham Pemula - Expert

2. Hindari investasi di saham yang naik hanya karena hype atau booming 

Saham-saham yang sedang naik banyak karena sedang di-hype market atau karena lagi booming, biasanya kenaikannya hanya bertahan sebentar. Ketika sudah tidak ada sentimen menarik di saham tersebut, maka saham akan dijual. 

Banyak investor yang sahamnya nyangkut dalam jangka panjang, karena investor ikut-ikutan membeli saham yang sedang ramai dan kelihatannya menarik, namun investor belum menelaah lebih dalam kinerja laporan keuangannya. 

Saham yang sedang naik karena booming, bisa jadi saham tersebut sedang 'digoreng' bandar, sehingga kenaikannya belum tentu mencerminkan kinerja fundamental. Investasi pada saham yang hanya booming sesaat akan meningkatkan risiko investasi.  

Semoga pos ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua untuk bisa mengambil keputusan investasi lebih rasional, berdasarkan pertimbangan dan analisa2 yang lebih objektif. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.