Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Saham: Buy on Weakness atau Buy on Strengh

Analisis tren adalah salah satu analisis yang bisa anda gunakan untuk mengambil keputusan beli saham. Dan analisis tren adalah analisis yang populer, simpel dan terbukti cukup bagus untuk memprediksi kecenderungan pergerakan harga saham. 

Dalam analisis analisis tren, ada strategi yang dinamakan dengan: Buy on weakness selanjutnya kita singkat dengan BOW. Atau buy on strengh, selanjutnya kita singkat dengan BOS. 

Secara sederhanya, BOW berarti anda mengincar saham-saham yang sedang turun. Biasanya, saham2 yang sedang turun  diskon memiliki potensi rebound karena pelaku pasar alias trader selalu memiliki kecenderungan untuk membeli saham2 yang harganya sudah diskon. 

Nah, ibarat anda beli barang di supermarket, kalau ada harga diskon anda cenderung akan membeli barangnya dalam jumlah yang lebih banyak, ketimbang saat tidak ada harga diskon. Baca juga: Buy On Weakness Saham: Strategi Trading yang Aman.

Sebaliknya, BOS berarti anda tidak mengincar saham yang turun, tetapi anda mengincar saham yang UPTREND. Saham yang uptrend yang membentuk higher high baru, biasanya memiliki kecenderungan harga akan naik lagi. Lihat saja contoh-contoh saham ERAA, INKP, PTBA, TKIM yang harganya terus saja naik. Di beberapa pos ini, saya juga sering mengatakan pada anda bahwa saham2 yang cenderung memberikan return bagi trader adalah saham2 yang trennya naik. 

Oke jadi mana yang lebih disarankan, BOW atau BOS? 

BOW maupun BOS memiliki kelebihan dan kekurangan. Inilah yang pertama-tama harus anda pahami, sebelum anda memutuskan mana yang lebih cocok untuk anda. 

Kelebihan dan kekurangan BOW saham

Kelebihan utama BOW adalah saham yang turun, biasanya akan kembali diborong oleh trader. Hal ini ibarat supermarket yang saya tuliskan di beberapa paragraf sebelumnya. Trader akan menyukai saham2 yang harganya diskon dan likuid, sehingga saat harga saham ada di harga support, harganya bisa berpotensi naik dengan cepat. 

Saya sudah membuktikan sendiri saham2 yang ada di harga support setelah turun tajam, bisa naik drastis seperti yang pernah saya praktikkan di saham SMGR, PWON, JSMR, TLKM, BRPT dan masih banyak lainnya.

Tapi kekurangannya, karena anda mengincar saham yang sedang turun, maka jika analisis anda tidak didukung oleh indikator2 yang mumpuni, anda belum punya banyak pengalaman menganalisis saham2 downtrend, harga saham anda bisa turun lagi. Ibaratnya anda "menangkap pisau jatuh". Masalahnya, dibutuhkan kejelian untuk melihat apakah saham yang turun masih akan turun lagi, atau sudah mau technical rebound?
Tidak ada salahnya anda menggunakan BOW. Namun anda harus menggunakan analisis yang tepat, yang membuat anda yakin bahwa saham2 yang ada di area support itu memang bisa cenderung rebound / technical rebound. Kalau anda masih pemula, ada baiknya anda membeli saham dengan jumlah yang kecil dahulu, atau membeli secara bertahap. 

Kelebihan dan kekurangan BOS saham

Kelebihan utama BOS adalah harga saham yang uptrend, harganya cenderung naik cepat dalam jangka pendek. Selama tren saham masih naik dan membentuk higher high yang baru, harga sahamnya punya potensi naik lagi. Seperti yang saya tuliskan tadi pada contoh saham ERAA, TKIM, INKP, PTBA.  Jika anda adalah seorang trend follower, saham2 yang harganya naik ini bisa menjadi pilihan untuk anda. 

Tapi BOS ini terkadang juga berbahaya, karena anda tidak akan pernah kapan tren saham akan segera berakhir. Banyak trader yang berpikir harga saham masih akan naik lagi, ternyata saat dibeli harganya langsung koreksi berbulan-bulan. Akhirnya banyak trader yang harga sahamnya nyangkut di harga pucuk. 

Barangkali salah satu contohnya adalah BBRI. Banyak trader yang nyangkut di BBRI di harga 3.900 (saat itu BBRI rebound terus dari harga 2.900). Ternyata harga mencapai 3.900, BBRI koreksi selama 3 bulan hingga menyentuh 2.800. 

Trader yang belum punya pengalaman menerapkan BOS, trader bisa memiliki masalah dengan psikologisnya. Mengapa? Karena biasanya trader akan cenderung takut ketinggalan kereta saat melihat harga saham pada naik. Akhirnya tanpa dasar analisis, trader ikut membeli dan akhirnya harga sahamnya langsung koreksi. 

Dengan kata lain, sama seperti BOW, jika anda mau menerapkan strategi BOS, anda harus melengkapi dengan analisis objektif anda, didukung dengan indikator2, dan pengalaman anda juga. Jangan asal membeli berdasarkan rekomendasi, analis, broker, teman anda. 

Kembali lagi, dari pemaparan saya diatas tadi, dua strategi BOW maupun BOS tidak ada yang lebih baik ataupun jelek. Semua tergantung pada penggunanya (anda sebagai trader saham). Baca juga: Cara Membeli Saham di Harga Breakout.

Anda lebih terbiasa menggunakan strategi BOW atau BOS, atau bahkan keduanya? Jadi kalau ada trader yang mengatakan: Kenapa tidak pakai strategi BOS saja, kan harganya bisa naik lebih cepat, dibandingkan beli saham di harga support? 

Atau sebaliknya jika ada trader mengatakan: "Ngapain beli saham saat harganya naik? Beli saham harus di harga rendah supaya profitnya besar".

Sebenarnya tidak ada rumus yang tepat untuk mengatakan bahwa BOS lebih baik dari BOW dan sebaliknya. Cobalah untuk menerapkan strategi2 trading anda, kalau ternyata BOW lebih menguntungkan untuk anda lanjutkan. Tapi kalau BOS yang lebih bisa mendatangkan profit untuk anda, maka asah terus kemampuan anda menggunakan BOS. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.