Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Fundamental: Ekuitas Negatif

Dalam analisa laporan keuangan, kita mengenal beberapa macam laporan keuangan utama yaitu: Laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas (laporan ekuitas) dan laporan arus kas. 

Laporan keuangan yang menunjukkan posisi modal perusahaan adalah laporan perubahan ekuitas. Nah, laporan ekuitas yang baik adalah laporan ekuitas yang minimal nilainya positif. Artinya, perusahaan bisa menghasilkan aset yang lebih besar daripada utang / kewajiban. Dibawah ini contoh ekuitas positif: 


Tapi pernahkah anda mendengar istilah ekuitas negatif? Ekuitas negatif contohnya seperti pada laporan keuangan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) dibawah ini: 

Ekuitas negatif
Apa penyebab ekuitas negatif?

1. Utang (kewajiban) > aset 

Rumus laporan neraca adalah: Aset = Utang + Modal (Ekuitas). Jika kita modifikasi sedikit rumusnya, maka Aset - utang = modal. Nah, kalau aset lebih kecil daripada utang, maka otomatis akan menghasilkan ekuitas negatif di laporan neraca. 

Seharusnya, aset perusahaan lebih besar daripada utangnya. Hal ini karena perusahaan membutuhkan aset yang besar untuk bisa meng-cover atau melunasi utang2nya. Kalau perusahaan memiliki utang > aset, maka risiko likuidasi perusahaan akan semakin besar. 

2. Perusahaan mengalami kerugian terus menerus

Penyebab ekuitas negatif yang sering terjadi adalah perusahaan mengalami kerugian bersih secara terus menerus. Rugi bersih ini akan menggerus saldo laba perusahaan yang masuk di ekuitas nantinya.

Kalau perusahaan mengalami kerugian dalam jangka panjang, tentu saja saldo laba minus akan semakin besar, sehingga akan menurunkan nilai ekuitas. Anda bisa perhatikan perusahaan2 yang punya ekuitas negatif, mayoritas memiliki rugi bersih di laporan keuangannya. 

Sebagai contoh, PT Bakrie Telecom (BTEL) yang pernah mengalami ekuitas negatif yang cukup besar, di mana Desember 2013 ekuitas negatifnya mencapai Rp1 triliun. Hal ini terjadi karena selama bertahun-tahun BTEL terus mengalami rugi bersih. 
Bakrie Telecom
Jadi dapat disimpulkan, ekuitas negatif adalah kondisi yang terjadi di mana perusahaan mengalami kerugian usaha secara terus menerus sehingga menggerus nilai ekuitas yang dimilikinya, serta utang yang lebih besar daripada aset.  

Secara analisa fundamental, perusahaan yang memiliki ekuitas negatif adalah perusahaan yang tidak layak untuk dibeli / diinvestasikan jangka panjang. Karena salah satu ciri perusahaan yang sehat adalah ROE yang besar (diatas 10 kali). 

Nah, kalau ekuitas perusahaan negatif, itu artinya perusahaan tidak mampu memberikan imbal hasil kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Artinya, kalau anda pegang saham2 yang punya ekuitas negatif, otomatis anda nggak akan pernah dapat dividen. 

Ekuitas negatif juga menunjukkan bahwa operasional perusahaan tidak berjalan dengan baik, karena selain memiliki utang yang lebih besar daripada aset, perusahaan tidak mampu menghasilkan laba bersih dari operasionalnya. 

Bahkan saya menyarankan pada trader untuk menghindari membeli saham2 yang memiliki ekuitas negatif. Karena saham2 yang dalam laporan keuangan memiliki ekuitas negatif, umumnya pergerakan sahamnya juga tidak terlalu baik. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.