Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisa Fundamental LPPF: Saham LPPF Anjlok

Saham PT Matahari Departement Store (LPPF) yang merupakan salah satu Lippo Group, bergerak di bidang bisnis gerai ritel mengalami penurunan laba bersih yang cukup signifikan, yaitu sebesar -42%. Karena penurunan laba bersih yang signifikan, harga sahamnya pun langsung anjlok sebesar 22% hanya dalam sehari. Besoknya, LPPF masih turun terus sebesar 15%. 

Bisnis ritel Matahari  ini sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Nah,  anjloknya saham LPPF ini kemudian menjadi perbincangan trader dan investor, terutama pebisnis saham yang sudah punya saham LPPF ini atau bahkan yang baru beli LPPF sebelum harganya turun drastis. 

Apakah sebaiknya LPPF ini hold atau cut loss saja? Well, sebelum saya memutuskan menulis pos ini, saya sudah beberapa kali ditanya rekan2 trader / investor tentang eksekusi LPPF tersebut. 

Saat LPPF sudah mulai turun, saya sudah mengajurkan untuk jual dulu LPPF ini, karena saya juga melihat ada banyak peluang di saham2 lain yang harganya masih terdiskon. Dan mungkin mayoritas trader sudah sigap lebih dulu melakukan eksekusi cut loss. 

Yang jadi persoalan selanjutnya, apakah LPPF ini masih layak dibeli lagi atau tidak? Apakah fundamental LPPF masih bisa membaik lagi? Sebelum kita bahas bersama tentang LPPF ini, ada baiknya anda perhatikan laporan keuangan audited (laba rugi komprehensif) LPPF dibawah ini:

Laporan keuangan lengkap LPPF bisa anda download disini: Laporan Keuangan LPPF Audited. 

Anda bisa lihat laba bersih (Laba tahun berjalan yang paling bawah sendiri), di mana laba LPPF tahun 2017 adalah 1,9 triliun, sedangkan tahun 2018 labanya turun menjadi 1,09 triliun. Penurunan labanya sekitar -42%. 

Sebenarnya LPPF masih mampu mencetak kenaikan penjualan. Karena tahun 2017 penjualannya adalah sebesar Rp 10,023 triliun dan tahun 2018 naik menjadi Rp 10,245 triliun. Kenaikan omzetnya adalah sekitar 2%. 

Beban pokok pendapatan pun juga meningkat seiring dengan kenaikan omzet-nya yaitu kurang lebih 2%. Sedangkan beban usaha LPPF juga meningkat hanya sebesar kurang lebih 5%. 

Artinya kalau kita melihat dari sisi operasionalnya, sebenarnya tidak ada masalah dengan LPPF. Meskipun omzet LPPF ini naiknya sangat tipis, tetapi kenaikan beban operasional (beban pokok penjualan dan beban umum) masih mengikuti, kurang lebih sama dengan kenaikan omzetnya.  

Beda cerita kalau omzet LPPF naik 2% misalnya, tapi beban pokok penjualannya naik sampai 8%. Nah, ini bisa menandakan kalau LPPF benar2 bermasalah dari sisi operasionalnya. 

Oleh karena itu, kalau anda perhatikan laba kotornya, LPPF pun masih bisa mencetak kenaikan laba kotor dari 6,2 triliun menjadi 6,3 triliun. 

Nah, ketika saham LPPF anjlok karena ada berita laba bersih turun 42%, banyak yang mulai spekulasi mengatakan bahwa beban operasional LPPF naik tinggi. Ada yang mengatakan omzet turun dan sebagainya. Padahal penurunan laba LPPF bukan berasal dari operasionalnya secara murni.  

Lantas kenapa laba bersih LPPF turun sampai 42%? 

Well, jawabannya karena adanya kenaikan beban lain-lain yang tinggi, lebih tepatnya pada akun 'Kerugian atas Penurunan Nilai Investasi pada Instrumen Ekuitas'. Pada tahun 2017, perusahaan tidak mencatatkan nilai apapun pada akun ini. 

Namun pada tahun berikutnya, LPPF tiba-tiba mencatatkan kerugian sebesar Rp769 miliar. Inilah yang kemudian menggerus laba bersih LPPF. Harusnya kalau nilai ini tidak terjadi di tahun 2018, maka laba bersih LPPF bakalan naik dibanding tahun sebelumnya. 

Anda mungkin bertanya-tanya: "Pak Heze, apa itu Kerugian atas Penurunan Nilai Investasi pada Instrumen Ekuitas di laporan laba rugi LPPF?"

Anda bisa lihat pada Catatan Atas Laporan Keuangannya. Berikut penjelasannya: 

Intinya, kerugian LPPF ini dikarenakan investasi yang ditempatkan LPPF pada PT Global Ecommerce Indonesia (GEI) ini mengalami kerugian, sehingga LPPF melakukan penyesuaian terhadap nilai investasinya, dan didapatkanlah angka kerugian sebesar Rp769 miliar itu tadi. 

GEI sendiri adalah perusahaan Ecommerce, yang sahamnya diakuisisi oleh LPPF sebesar 10%. Tujuannya adalah untuk memperluas jaringan bisnis LPPF di bidang Ecommerce (fashion, pakaian dan lain2 yang juga merupakan sektor ritel yang digeluti LPPF saat ini). 

Sejak munculnya toko-toko online inilah menyebabkan omzet LPPF sulit berkembang dari waktu ke waktu, sehingga LPPF memutuskan untuk mengakuisisi GEI tersebut untuk mengembangkan kerja sama Ecommerce. 

Tapi sayangnya kinerja GEI sendiri belumlah memuaskan, sehingga justru hal ini menjadi pemberat laba bersih konsolidasi LPPF. 

Sebenarnya bisa saja LPPF melepas investasinya di GEI (dengan catatan kalau ternyata di tahun2 berikutnya GEI masih belum profit), sehingga LPPF tidak mencatat kerugian nilai investasi lagi, dan kemungkinan besar laba bisa terdongrak lagi. Tapi inikan kembali lagi tergantung dari kebijakan manajemen LPPF.

Dan sampai saat ini, seperti yang anda ketahui juga, LPPF dan banyak 'pemain lama' di bisnis sektor ritel tergerus oleh keberadaan inovasi toko online. 

Nah jika LPPF tidak segera berbenah, melakukan inovasi, tidak 'mengembangkan sayap baru', maka bukan tidak mungkin omzet-nya di tahun2 berikutnya bisa turun (sekarang omzet LPPF masih bisa naik, tapi kenaikannya pun sangat tipis). 

Mengacu pada persaingan bisnis dan fundamental LPPF, kita harus melihat dulu bagaimana LPPF kedepan, terutama dalam hal inovasi LPPF untuk mendongrak kinerjanya. 

Anda tentu ingat bagaimana saham2 di sektor transportasi khususnya taksi konvensional yaitu BIRD dan TAXI yang harga sahamnya terus jatuh karena persaingan dari bisnis taksi online. 

Untungnya manajemen BIRD sigap dengan perkembangan teknologi, dan juga menyediakan layanan lewat aplikasi, sehingga paling tidak bisa mendongrak kembali laba perusahaan. Sedangkan TAXI masih tertinggal dengan layanan konvensional dan manajamen yang kurang baik, sehingga sahamnya pun juga sulit untuk naik lagi. 

Jika LPPF bisa menyesuaikan bisnisnya dengan generasi milenial saat ini, maka paling tidak saham LPPF masih bisa bergerak di masa-masa mendatang, alias tidak turun dan turun terus. 

Jadi menurut saya, keputusan anda sekarang untuk jual LPPF terlebih dahulu ini sudah benar. Anda bisa alihkan dulu ke saham2 lain yang lebih potensial yang harganya masih murah. 

Anda yang sudah exit lebih awal, dari sisi psikologis anda juga pasti lebih tenang karena LPPF ini masih turun terus, dan turunnya juga belasan persen. 

Dari sejak lama, saham LPPF ini juga dipermainkan terus sama bandar. Plus, tren LPPF ini juga cenderung turun dan tidak pasti (downtrend) selama bertahun-tahun. Dulu LPPF harga sahamnya sempat di 17.000-an, tapi sekarang sudah turun dibawah 4.000.

Tapi kalau anda masih hold saham ini, dan belum sempat 'exit' dari LPPF saat LPPF koreksi besar, maka ya sudah mau tidak mau anda menunggu saja saham ini dinaikkan bandar lagi, karena pasti ada kemungkinan saham LPPF ini akan dinaikkan, walaupun mungkin tidak ke harga semula. 

Sisi positifnya, LPPF ini termasuk salah satu emiten yang rajin bagi dividen, dengan nilai dividend per share (DPS) yang cukup besar.

Fyi, penulis sendiri sudah lama menghindari trading maupun invest di saham2 Lippo Group ini, setelah beberapa tahun lalu saya coba analisa pergerakan saham2 Lippo Group ini ternyata pola pergerakannya sama semua, yaitu cenderung turun dalam jangka panjang. 

Dari sini juga, kita semua bisa menjadikan saham LPPF ini sebagai pembelajaran dan evaluasi bersama. Kalau ada saham yang dari sisi teknikalnya saja sudah acak adut pergerakannya. 

Di satu sisi, omzetnya juga tidak sebagus dulu, maka sebaiknya hindari saja emiten2 seperti itu. Toh, banyak juga emiten2 lain yang pergerakan teknikal maupun kinerjanya layak buat bisnis saham.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.