Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Analisis Saham: Buy High Sell Higher

Saya pernah mendapatkan pertanyaan dari salah satu rekan trader melalui email. Bunyinya kira-kira seperti ini: 

"Pak Heze gimana kalau dalam trading saham kita menggunakan strategi beli saham-saham yang sudah breakout all time high. Jadi saham-saham yang sudah benar-benar naik kita beli, karena banyak saham yang pada saat breakout all time high, harga sahamnya masih naik lagi. Bukankah strategi tersebut bagus kita terapkan untuk trading jangka pendek?"

Strategi ini lebih tepatnya sering disebut sebagai buy high sell higher. Anda membeli saham di harga yang tinggi, dan kemudian menjual kembali di harga yang lebih tinggi. Trading ini didasarkan pada keyakinan bahwa saham yang uptrend biasanya masih akan cenderung melanjutkan kenaikannya.

Strategi buy high sell higher sebenarnya agak mirip dengan buy on breakout (BOB). Baca juga: Analisa Teknikal: Efektifkah Strategi Buy on Breakout Saham? Hanya bedanya, buy high sell higher adalah strategi trading yang "lebih ekstrem".

Anda membeli saham yang sudah benar-benar naik, bahkan yang sudah menembus resisten all time high, dan jual di harga yang lebih tinggi. Kalau pada BOB anda membeli saham yang breakout dari resisten tertentu, setelah sahamnya koreksi. 

Sebenarnya strategi buy high sell higher ibarat pedang bermata dua. Anda bisa untung cepat, dan sebaliknya, anda bisa nyangkut cepat. Memang kelebihannya, saham-saham yang uptrend biasanya akan melanjutkan kenaikannya. 

Dan saya sudah membuktikannya sendiri, salah satunya di saham PPRO (waktu PPRO masih uptrend). Saya pernah membeli PPRO di 400 dan jual di 800. Tapi karena harganya naik lagi sampai 1.000, akhirnya dengan pertimbangan2, saya memutuskan untuk beli PPRO lagi di harga 1.000, dan saya masih bisa jual di kisaran 1.100. Profit trading di PPRO ini saya dapatkan dalam waktu yang cukup singkat, dibawah satu minggu. 

Tapi beli saham di harga yang sudah tinggi inilah yang seringkali menjadi penyebab trader nyangkut di harga pucuk, karena saham yang sudah naik tinggi, biasanya akan turun. Dan semakin cepat harga saham naik, koreksi sahamnya cenderung cepat juga (meskipun tidak selalu). 

Sebagai contoh, banyak rekan2 yang mengeluhkan nyangkut di saham BBRI di harga 3.900, dan selama beberapa bulan BBRI turun terus. Banyak rekan2 trader yang nyangkut bertahun-tahun di saham GJTL di harga 1.100 dan saat ini harganya turun ke 850. Banyak rekan-rekan yang nyangkut di saham TAXI di harga 1.400 saat harganya naik terus, dan TAXI sekarang harganya tinggal 100. 

Ini artinya, strategi buy high sell higher sebenarnya juga cukup berbahaya. Karena sesuai konsep dasar main saham, anda bisa baca disini: Konsep Trading Saham: Beli Saat Mau Naik, Jual Saat Mau Turun, harga saham itu selamanya tidak akan naik. Ada saatnya harga saham akan turun. Nah, kalau anda membeli di saat yang tidak tepat, maka anda bisa nyangkut di harga atas. 

Dari pengalaman trading saya, ada dua penybab utama trader melakukan kesalahan saat ingin menerapkan strategi buy high sell higher: 

1. Trader mudah panik dan ingin untung cepat saat melihat harga saham sedang naik, sehingga trader akhirnya membeli harga saham yang sudah naik tanpa pertimbangan yang bagus, hanya karena ingin 'mengejar kereta'.

2. Trader tidak tahu penyebab saham tersebut naik (baik secara teknikal maupun fundamental). Dengan kata lain, trader membeli hanya karena ikut-ikutan saja, hanya karena saham tersebut sedang ramai diperbincangkan. 

Dua hal inilah yang sering menyebabkan strategi buy high sell higher akhirnya sulit diaplikasikan dalam trading. Sebenarnya idak masalah jika anda ingin membeli saham menggunakan strategi ini. Asalkan.... Anda tahu kenapa anda membeli

Jika anda tahu alasan anda membeli saham, dan anda disiplin dalam cut loss, anda tidak perlu panik, dan kemungkinan nyangkut anda akan lebih kecil, karena sebenarnya tidak ada jaminan bahwa harga saham yang sudah naik sekian persen bakalan koreksi panjang. 

Bahkan harga saham yang sudah naik 100% pun masih bisa berpotensi naik. Sudah banyak saham2 yang masih terus saja uptrend, walaupun sudah naik 100% lebih. Jadi, seperti yang saya tuliskan tadi, kalau anda tahu kenapa anda membeli saham dengan strategi ini, kemungkinan berhasil anda akan lebih besar.  

Yaa... tapi memang menerapkan strategi ini gampang-gampang susah terutama untuk pemula, karena pemula biasanya masih sulit mengontrol emosi saat liat saham2 naik lagi trending, saat saham2 naik terus saja naik, padahal disitulah puncak harga saham akan berbalik turun. 

Jadi kalau mau menggunakan strategi buy high sell higher di saham, gunakanlah pertimbangan yang tepat, batasi kerugian anda, dan jangan pernah emosi dalam membeli saham. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.