Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Simple Moving Average VS Exponential Moving Average

Dalam analisis teknikal menggunakan Moving Average, kita bisa menggunakan berbagai macam variasi analisis setting Moving Average. Pada umumnya, ada tiga Moving Average yang biasa dipakai, yaitu Simple Moving Average (SMA), Exponential Moving Average (EMA) dan Weighted Moving Average (WMA). 


Pada pos ini, kita akan fokus untuk membahas perbandingan Simple Moving Average vs Exponential Moving Average, karena kedua Moving Average ini yang paling sering digunakan trader, dan paling sering dibandingkan keakuratannya. 

[Anda bisa perdalam juga full praktik dan kombinasi analisa moving average praktis, serta cara-cara screening saham bagus disini: Panduan Simpel & Efektif Screening Saham Bagus + Moving Average Praktis.]

Saya juga sering menerima pertanyaan dari trader saham: Lebih baik saya pakai Simple Moving Average atau Exponential Moving Average? Mana yang lebih baik dan akurat? 

Jawaban dari pertanyaan ini, tentu akan sangat "abu-abu", karena baik SMA maupun EMA itu ada kelebihannya masing-masing. Oke, untuk menjawab pertanyaan ini, anda perlu pahami konsep SMA dan EMA terlebih dahulu. 

SIMPLE MOVING AVERAGE (SMA)

SMA adalah garis Moving Average standar (setting default MA). SMA memberikan bobot yang sama untuk setiap periode. Sebagai contoh, anda menggunakan Simple Moving Average 5, berarti hari 1, hari 2, hari 3, hari 4 dan hari 5 dianggap memiliki bobot yang sama di dalam SMA. 

Sehingga garis SMA akan terlihat lebih smooth alias tidak terlalu berfluktuatif, karena pembobotan setiap periode dianggap sama. Demikian pula kalau anda menggunakan Simple Moving Average 100, maka mulai hari pertama sampai hari seratus akan dianggap memiliki bobot yang sama. 

Tentu saja, SMA memiliki beberapa kelebihan untuk trader saham, yaitu sebagai berikut: 
  • Dapat meminimalkan fluktuatif
  • Meminimalkan risiko fake signal dari adanya fluktuatif yang terlalu cepat
  • Lebih enak untuk trading santai 
Sehingga, SMA cocok untuk trader yang ingin TRADING LEBIH SANTAI, karena garis SMA lebih smooth. Tetapi SMA juga tidak luput dari kekurangan. Berikut beberapa kekurangan SMA: 
  • Karena garis, MA lebih lambat, sinyal yang diberikan juga bisa terlambat. Kalau trader menunggu sinyal garis SMA, bisa jadi saham sudah naik duluan. 
  • Kurang cocok untuk scalper
EXPONENTIAL MOVING AVERAGE (EMA)

EMA adalah variasi dari SMA. Kalau garis SMA lebih smooth, maka EMA memiliki garis yang lebih fluktuatif. Hal ini karena konsep EMA adalah memberikan BOBOT YANG LEBIH BESAR pada periode hari yang lebih baru. 

Sebagai contoh, anda menggunakan Exponential Moving Average 5, berarti bobot hari kelima lebih besar daripada bobot hari keempat. Demikian juga bobot hari keempat lebih besar daripada bobot hari ketiga, dan seterusnya.

Sehingga, hari pertama akan memiliki bobot hari yang paling rendah, dan hari kelima memiliki bobot hari yang paling tinggi. Hal ini karena menurut EMA, sinyal yang diberikan di hari terakhir tentu memiliki validitas yang lebih kuat dibandingkan hari-hari sebelumnya yang sudah terlalu lampau. 

Hal inilah yang membuat garis EMA lebih fluktuatif dibandingkan garis SMA, karena bobot hari / periode yang diberikan tidak sama, di mana semakin dekat dengan hari ini, maka bobot sinyal-nya akan semakin besar. 

Ada beberapa kelebihan Exponential Moving Average untuk trading, yaitu sebagai berikut: 
  • Memberikan sinyal trading yang lebih cepat
  • Trader tidak perlu menunggu sinyal terlalu lama 
  • Cocok untuk trader yang suka trading pendek atau scalping 
Exponential Moving Average juga tidak luput dari kelemahan. Berikut beberapa kelemahan EMA: 
  • Garis EMA yang fluktuatif, berpotensi memberikan fake signal lebih besar dibandingkan SMA 
  • Kurang cocok untuk trader yang ingin trading santai 
Namun perlu dipahami juga, bahwa garis SMA sebenarnya juga cocok untuk trader jangka pendek, khususnya intraday dan swing trader. 

Karena perpaduan beberapa garis SMA seringkali memberikan sinyal-sinyal trading jangka pendek yang bisa dimanfaatkan oleh day trader.  

Tingkat kecocokan dan karakter masing-masing trader akan menentukan apakah lebih enak pakai SMA atau WMA. 

PERBANDINGAN SMA VS EMA 

Untuk memudahkannya, anda bisa melihat perbandingan pergerakan garis SMA dengan EMA berikut ini. Disini kita menggunakan contoh Moving Average 60: 

Exponential Moving Average 60

Simple Moving Average 60

Anda bisa perhatikan perbedaan kedua garis diatas. Garis EMA memiliki garis yang lebih bergelombang alias lebih fluktuatif dibandingkan garis SMA yang lebih smooth. Itulah perbedaan utama antara SMA vs EMA. 

Walaupun perbedaannya tidak terlalu mencolok, namun kita bisa melihat perbedaannya dengan jelas. Selain itu, seperti yang kita bahas tadi, EMA memberikan sinyal yang lebih cepat dibandingkan SMA. 

Perhatikan tanda persegi pada grafik. Itu adalah tren sideways minor yang terbentuk pada saham BBRI. Garis EMA terlihat lebih dekat pada tren sideways-nya (tanda panah merah). 

Sedangkan pada garis SMA, terlihat bahwa garis SMA masih agak jauh dari candlestick-nya. Kalau anda menggunakan EMA, maka anda bisa melihat potensi breakout sideways BBRI lebih cepat, yaitu dengan melihat potensi BBRI breakout dari garis MA60-nya. 

Tetapi kalau anda pakai garis SMA, anda tidak akan melihat potensi breakout sideways BBRI dengan garis MA60, karena terlihat garis SMA60-nya masih jauh diatas candlestick, sehingga garis SMA memberikan sinyal yang lebih lama dibandingkan EMA. 

Itulah mengapa garis EMA biasanya lebih disukai oleh trader-trader jangka pendek dan scalper, sedangkan SMA lebih disukai oleh swing trader. 

Tapi ingat juga, bahwa EMA juga ada kekurangannya dibandingkan SMA. Perhatikan kembali chart BBRI berikut, masih menggunakan Moving Average 60 yang sama: 

Garis EMA - Memberikan sinyal terlalu cepat

Garis SMA - Memberikan sinyal trading yang lebih "halus"

Perhatikan tanda lingkaran pada garis EMA. Setelah saham BBRI turun beberapa hari, BBRI kemudian menyentuh garis EMA dibawah, yang menunjukkan potensi bullish reversal. Namun seperti yang anda lihat, setelah bertahan diatas EMA60, ternyata candlestick BBRI masih turun sedikit lagi dibawah EMA60-nya.

Namun SMA memberikan sinyal yang berbeda (grafik kedua). Setelah saham BBRI benar-benar turun, barulah candlestick BBRI menyentuh MA60 (tanda lingkaran), dan langsung technical rebound setelahnya. 

Kalau anda perhatikan dengan seksama perbandingan keduanya, terlihat jelas bahwa EMA memberikan sinyal yang cepat dibandingkan SMA. Namun, ada sedikit fake signal pada EMA, karena setelah memberikan sinyal bullish reversal, ternyata BBRI masih sempat turun sedikit. 

Hal ini berbeda dengan SMA yang memberikan sinyal lebih smooth, namun lebih pasti, di mana BBRI benar-benar turun, baru candle-nya menyentuh MA60 dan rebound. 

Oke, dari sini anda sudah melihat perbandingan Simple Moving Average VS Exponential Moving Average. SMA memberikan sinyal yang lebih smooth, sedangkan EMA memberikan sinyal yang lebih cepat. 

Namun risiko EMA adalah risiko fake signal yang lebih tinggi. Sedangkan kekurangan SMA, terkadang terlambat memberikan sinyal, sehingga kalau trader terlalu bergantung pada SMA, trader juga berisiko ketinggalan momentum. 

Seperti yang kita paparkan, bahwa SMA dan EMA sama bagusnya, tergantung dari user. Kalau anda tipikal scalper, EMA memang lebih cocok dibandingkan SMA. Kalau anda tipikal swing, SMA lebih cocok dibandingkan EMA. 

Namun kalau anda tipikal day trader dan ingin menggunakan SMA, ada baiknya anda menggunakan beberapa garis MA. Tujuannya, supaya anda tidak hanya bergantung dengan satu garis MA, karena dengan beberapa garis, sinyal trading yang dihasilkan lebih variatif. 

Akhir kata, buat yang ingin menggunakan SMA atau EMA, sebaiknya anda juga melakukan pengujian back testing maupun forward testing, agar anda bisa melihat mana yang terbaik untuk trading plan. Pelajari juga: Trading Plan Saham: Back Testing dan Forward Testing.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.