Website edukasi saham, ekonomi makro, rekomendasi, investasi saham, analisis saham dan strategi trading.

Investasi yang Ideal, Berapa Lama?

El Heze

Berapa lama investasi saham yang ideal? Apakah sebaiknya hold saham 1 tahun? Apakah 2 tahun? Apakah 5 tahun? Apakah cukup investasi saham dengan hold saham 6-8 bulan saja? 



Kita sering mendengar saran bahwa investasi saham itu berarti menyimpan saham untuk jangka panjang, minimal 1 tahun. Kalau menyimpan saham dibawah 1 tahun berarti bukan investasi, itu namanya trading. 

Dalam praktikknya, tidak ada aturan yang kaku / rules yang baku mengenai keharusan berapa lama menyimpan saham. Aturan yang terlalu baku membuat anda menjadi strict (kaku) terhadap investasi. 

Padahal ketika anda menyimpan suatu saham, keputusan untuk menjual /take profit tidak selalu ditentukan dari berapa lama jangka waktunya. Kalau anda ingin investasi saham dan memutuskan akan menjual saham, ada empat analisa utama yang perlu anda terapkan:

1. Ketika valuasi sudah mahal 

Jika anda menerapkan value investing (membeli saham yang kinerjanya bagus dengan valuasi murah), maka waktu yang paling tepat untuk menjual saham adalah ketika valuasi saham tersebut sudah mahal. 

Kriteria mahal murahnya valuasi saham bisa anda analisa dari Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Saham-saham dengan PBV diatas 2 kali sudah mulai mahal. Jika anda membeli saham dengan valuasi dibawah 1 kali, dan saham anda naik sampai ke PBV diatas 2 kali, anda bisa pertimbangkan untuk take profit.  

2. Terjadi perubahan pada kinerja fundamental perusahaan 

Perubahan kinerja bukan hanya kinerja yang dulu bagus menjadi jelek (rugi). Kalau pertumbuhan kinerja perusahaan tetap naik, tetapi tidak mulai melambat, anda bisa memutuskan untuk menjual untung saham anda. 

Kenaikan harga saham dalam jangka panjang akan mengikuti kinerja perusahaan. Maka dari itu, pada saat kinerja fundamental tidak sebagus dulu, harga saham biasanya akan mulai melandai. 

Perubahan kinerja fundamental perusahaan bisa terjadi karena berbagai hal. Pertama, rotasi sektor (baca poin ketiga). Kedua, persaingan bisnis. 

Anda bisa lihat contoh saham UNVR yang dulunya punya kinerja cemerlang. Namun ketika terjadi penurunan laba bersih (meskipun tetap profit), harga sahamnya tidak bisa naik seperti dulu. Potensi penurunan kinerja inilah yang harus dipertimbangkan investor ketika ingin menjual saham.

3. Potensi terjadi rotasi sektor 

Melanjutkan poin kedua, perubahan kinerja fundamental seringkali disebabkan karena terjadi (perubahan) rotasi sektor. Artinya, sektor-sektor yang dulunya punya kinerja bagus, tetapi kinerjanya berbalik arah karena sektor usahanya bersifat musiman.  

Hal ini seringkali dialami pada perusahaan2 berbasis komoditas, yang kinerjanya sangat dipengaruhi oleh siklus dan musiman. Salah satu contohnya bisa anda lihat saham Bukit Asam Tbk (PTBA) berikut: 


Perhatikan garis hijau. Saham PTBA mengalami kenaikan harga saham yang drastis karena booming sektor batu bara setelah pandemi, di mana PTBA naik dari harga 2.100 (yang pada saat itu valuasinya masih sangat murah) sampai ke harga 4.500-an.

Tetapi setelah booming batu bara selesai, kinerja keuangan PTBA juga mengalami penurunan, dan disertai pula dengan penurunan harga saham secara signifikan sampai kembali ke level 2.300. 

Sebagai investor, menganalisa momentum siklus adalah hal paling penting. Jangan sampai anda menyimpan saham selama mungkin tanpa melihat momentum siklus. 

Jika mulai ada tanda-tanda siklus suatu sektor akan berakhir (contohnya siklus batu bara yang akan selesai ditandai dengan mulai melandainya harga batu bara, harga coal yang sudah overpriced, valuasi yang sudah tidak murah), maka anda sebaiknya pertimbangkan untuk segera take profit terlebih dahulu.  

4. IHSG berpotensi crash 

Crash market atau strong downtrend biasanya diawali dengan fase euforia, di mana IHSG terus naik tinggi, banyak saham-saham yang naik bahkan menyentuh all time high. 

Tetapi ketika pertumbuhan ekonomi mulai turun, saham-saham sudah di puncak euforia, anda harus mulai waspadai, karena disitulah berpotensi terjadi penurunan IHSG secara masif. 

Kita pernah mengalami crash market di tahun 2008 dan 2020 (saat pandemi), serta 2015 (tidak sampai crash) tetapi kala itu IHSG year on year -11% lebih, di mana pasar saham jatuh saat itu akibat pelemahan ekonomi. 

Maka dari itu, kalau anda membaca tanda-tanda akan terjadi penurunan IHSG secara masif / crash market, sebaiknya anda realisasikan dahulu profit anda. 

Ketika banyak orang euforia, ketika semua orang membicarakan saham, ketika mayoritas saham naik terus-terusan, saat itulah anda menjual saham anda. Jangan sampai anda baru masuk ketika harga saham lagi tinggi-tingginya. 

INVESTASI SAHAM IDEAL, BERAPA LAMA? 

Kesimpulannya, investasi saham yang ideal itu tidaklah ditentukan berdasarkan waktu (harus menyimpan saham 6 bulan, harus hold 1 tahun). Lama tidaknya anda investasi saham dipengaruhi dari kondisi-kondisi tersebut. 

Anda mungkin bisa menyimpan saham hanya 3 bulanan, kalau ternyata saham anda sudah naik tinggi dan overvalued, sehingga anda perlu merealisasikan profit, tidak perlu menunggu sampai 1 tahun. 

Tetapi jika tujuan anda investasi adalah untuk dividend hunter, meminimalkan risiko, maka anda bisa menyimpan saham anda dalam jangka waktu yang jauh lebih panjang, diatas 5 tahun. Baca juga: Cara Investasi Saham yang Aman dan Menguntungkan. 

Karena kalau anda dividend hunter, maka yang anda incar adalah passive income setiap tahun. Jadi anda tidak perlu terlalu memikirkan valuasi saham. Selama kinerjanya masih bagus dan perusahaan bertumbuh, anda bisa tetap hold sahamnya dalam waktu lama. 

Hal ini juga kembali menarik pada satu kesimpulan, bahwa investasi saham yang ideal itu tidak selalu ditentukan oleh jangka waktu. Tujuan investasi tiap orang beda-beda. Ada yang ingin passive income (dividen), ada yang value investing. 

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan bertanya apapun tentang saham, saya sangat welcome terhadap komentar rekan-rekan.